Chapter 14

204 18 0
                                    


Setiap orang punya gilirannya sendiri-sendiri, bersabarlah dan tunggulah!

×××××


Luffy dan yang lain berjalan menelusuri hutan. Nami, Robin dan Otama menaiki anjing raksasa milik Otama. Hutan terlihat begitu hijau, aliran air sungai terdengar menyenangkan, ikan-ikan berenang dengan bebas. Namun air sungai terlihat berbeda dengan warna tidak lagi jernih. Limbah pabrik senjata sudah mencemari sungai, hingga semua orang sulit untuk mendapatkan air bersih.

Meski Wano dikelilingi hutan, sungai dan laut, namun karena ulah kaido dan Orochi, warga jadi kesulitan untuk mendapatkan makanan bahkan untuk minum sekali pun. Semua hewan liar tidak dapat dikonsumsi karena mereka minum dari sungai yang tercemar, membuat daging hewan-hewan tersebut beracun.

"Seperti yang kuduga, air sungai sudah tercemar limbah pabrik," Sanji menatap ke aliran sungai. Terlihat jelas bahwa air sungai tersebut tidak bisa dikonsumsi.

"Tidak dipungkiri bahwa negeri ini memang indah," Pedro menimpali. "Negeri ini sudah memendam sakitnya sendiri karena tertutup dari dunia luar," lanjutnya.

Semua orang mengangguk setuju dengan perkataan Pedro. "Tetapi pemerintah tidak bisa benar-benar diandalkan. Negeri ini dikuasai oleh Yonkou,"  seru Robin. Arkeolog cantik itu sukup tahu bagaimana pemerintahan berjalan. 

"Dengan siapa kamu tinggal, Otama?" Luffy memotong pembicaraan soal pemerintah yang menurutnya tidak berguna. Ia cukup kesal jika mengingat kembali insiden yang hampir menewaskan saudaranya, dan pelakunya adalah pemerintah itu sendiri.

Otama menoleh menatap Luffy yang juga mendongak melihatnya dari bawah. "Aku tinggal bersama tuan Tengu. Dia adalah pembuat pedang."

Mereka berjalan dalam diam. Tidak berniat bertanya lebih banyak lagi kepada gadis kecil itu. Hanya suara langkah kaki menelusuri jalan menuju tempat Otama. Dua puluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai tempat tujuan. Zoro dan Franky menurunkan barang-barang persediaan makanan dan air dari punggung Inu si anjing raksasa.

"Tempat ini cocok untuk berlatih pedang." Zoro menelusuri tempat itu dengan pandangannya. Ada sebuah rumah kecil dengan sungai di belakangnya. Tanaman bambu tumbuh di sana mengelilingi halaman kecil seperti sebuah lapangan.


×××××


"Bagaimana pertemuanmu dengan Dragon?"

Garp sedang menyesap tehnya ketika Sengoku tiba-tiba saja bertanya. Tidak ada yang mengetahui hal itu kecuali temannya ini.

"Berjalan dengan baik. Dia tidak pernah berpikir aku akan menemukan tempatnya," Garp tertawa kecil. Tangannya menyomot cemilan yang hanya tinggal satu-satunya dari piring. "Cucu-cucuku juga baik-baik saja jika kau ingin bertanya tentang itu."

Sengoku mendengus. Ia tahu Garp hanya sedang menyinggungnya karena insiden Marineford. "Bukan keinginanku untuk melakukannya," serunya sedikit penekanan.

"Dari itu aku tidak pernah ingin naik jabatan. Berada di bawah perintah mereka seperti anjing, aku tidak suka diperintah seperti itu."

Sengoku lagi-lagi mendengus kesal. Ingin sekali tangannya melayang untuk menghajar pria tua di depannya ini. Bagaimana pun, Sengoku sudah melepas jabatan itu dan digantikan oleh Akainu. Manusia itu ambisinya terlalu besar, karena itu dia menjadi kandidat kuat untuk memimpin ankgatan laut.

"Aku memiliki beberapa pengikut, mereka adalah murid ku juga prajurit yang percaya kepadaku."

"Maksudmu Coby dan temannya itu? Jika tidak salah dia berteman baik dengan cucumu."

Journey (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang