Chapter 2

441 37 6
                                    

Tiga cawan sake yang mengikat kita tak lantas akan berubah begitu saja.

×××××


Dua minggu telah berlalu, Ace akhirnya membuka mata. Mengerjap pelan menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya redup ruangan tempatnya berbaribg. Matanya perlahan mencari kehidupan lain di ruangan itu. Nihil, tidak ada satu orang pun yang Ia temui.

Kreaak...

Ace menoleh ke arah pintu yang terbuka. Seorang gadis rambut orange dengan topi baret masuk ke ruangan. Koala, sang gadis berniat untuk melihat keadaan Ace. Tapi langkahnya terhenti Ketika Koala melihat Ace yang sudah sadar. Tangannya reflek menutup mulut karena terkejut melihat Ace menatapnya diam. Seolah bertanya 'di mana aku, dan kamu siapa?'.

Hamparan putih terlihat sejauh mata memandang. Angin berhembus membawa debu berterbangan. Sabo menatap pemandangan gersang Baltigo tanpa minat. Tatapan mata tajamnya seperti hanya fokus pada satu titik tapi otaknya memikirkan hal lain. Setelah melihat berita koran satu minggu lalu, dia bersukur Luffy baik-baik saja. Walaupun Sabo tidak mengerti dengan pesan yang ingin Luffy sampaikan dengan kembali membuat onar di Marineford. Sabo memikirkan banyak hal. Apakah Ace akan marah padanya jika sadar nanti? Atau Ace tidak akan mengenalinya?

"Sabo kun. Sabo kun." Koala berlari ke arahnya. Nafasnya memburu meminta pasokan oksigen. "Ace kun sudah sadar," katanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Sabo tanpa sempat bertanya banyak hal berlari meninggalkan Koala. Sabo terlalu senang mendengarnya. Sedangkan Koala mengikutinya dari belakang.

BLAM!!!

Pintu terbuka kencang. Sabo tanpa permisi menerobos masuk ke ruang rawat Ace. Di sana terlihat keberadaan Dragon, Hack, dan seorang dokter yang sedang memeriksa keadaan Ace.

"Ace..."

Suaranya tercekat. Air mata tidak bisa ditahan lagi. Sabo menangis melihat Ace yang selama dua minggu ini tidak sadarkan diri.

"Kau mengenali ku?" jawab Ace pelan.

"Ini aku. Sabo."

Mata Ace membola tidak percaya. "Sa-Sabo?" ucapnya pelan. 'Apakah ini mimpi?' pikirnya. Tapi entah kenapa tubuhnya merespon dengan baik. Terasa ringan mengangkat sebelah tangan ingin menyentuh pria yang baru saja memperkenalkan diri sebagai mendiang saudaranya itu.

'Ini nyata?'

Sabo mendekati ranjang Ace dengan langkah pelan.

'Jika ini adalah mimpi, aku ingin tidur lebih lama lagi.'

"Ace...aku senang kau masih hidup." Tangan Sabo mengambil tangan Ace yang terulur.

'Aku menyentuhnya. Jadi ini bukan mimpi? Atau aku berada di isekai jadi anime?' (bego banget)

Air mata ace mengalir begitu saja. Bayangan adiknya yang menangis karena kematian Sabo berputar. Dia sudah tahu adiknya, Luffy, selamat dari pertempuran. Dragon memberitahu nya sesaat setelah dia sadar. Tapi tetap saja ini terasa seperti mimpi baginya. Sabo yang dia kira telah meninggal ternyata masih hidup dan berdiri di depannya sekarang. Sabo memeluknya hati-hati. Mencurahkan semua rasa rindu dan bersalahnya karena ingatan yang baru kembali ketika genting.

"Kenapa kamu tidak memberitahu kami kalau kau masih hidup, bodoh. Adik kita, Luffy, menangis karena kamu meninggalkannya." Ace mengambil jeda beberapa detik. "Dan aku juga," lanjutnya dengan suara pelan.

"Maaf. Setelah Dragon san menyelamatkanku, aku tidak ingat apapun. Aku minta maaf karena melupakan kalian selama ini. Ingatan ku Kembali setelah pemerintah dunia mengumumkan akan mengeksekusi mu."

Journey (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang