9. LB(ZA) Rn18

1.4K 187 27
                                    

Manusia akan berevolusi menjadi zombie setelah digigit tanpa penanganan selama kurang lebih dua hari. Rn18 tidak terpatahkan dan hanya serum In-Ruins yang bisa membatalkannya. Tetapi gejalanya akan langsung terlihat setelah gigitan karena sel Induk sudah mengontaminasi lewat aliraan darah manusia. Itu juga yang sedang terjadi pada anak itu. Tubuhnya langsung merespon virus yang membangkitkan instingnya, membuat tenggorokan kecilnya merasa haus, dia melihat Paman itu sebagai tali terakhir untuk mengatasi kekeringannya.

Matanya yang putih sangat tidak fokus, tetapi mulutnya tidak berhenti menghisap.

Renjun mendorong kepala anak itu dengan sekuat tenaga sambil menjerit kesakitan. Wajahnya pucat pasi dan butiran-butiran keringat meluncur dengan deras dari dahinya.

Bahunya terkoyak.

Tapi karena bahan pakaiannya sangat alot, dagingnya tidak bisa di makan, zombie hanya bisa menghisap darahnya dari luar dengan rakus, dan suara slurp... slurp... Terdengar nyaring.

Jeno mencengram erat rahangnya dan menumbuk wajah kecil itu dengan tinjunya beberapa kali. Suara tumbukannya tidak manusiawi, seperti menumbuk sayuran, tanpa ampun hingga darah dan daging muncrat beterbangan ke segala arah dan beberapa memercik ke wajah tampannya yang terlihat ganas. Tangannya yang sekuat besi berusaha membuka paksa mulut rapat zombie kecil, ibu jarinya yang terbungkus sarung tangan khusus mencongkel menembus pipi anak-anak yang masih lembut dan mematahkan rahangnya sekaligus. Wajah Lee Jeno sangat dingin tetapi di dalam hatinya dia terus menggerutu sambil mendengus penuh kekesalan. Ototnya yang kuat meremukkan tulang kepala zombie kecil, dalam sekejap anak itu sudah tergeletak tidak berdaya ke tanah dengan paruh bengkok, mulut bergeser ke telinga, berlumuran darah.

Bzzz...

Genangan darah mengalir mengenai sepatu mereka berdua.

Renjun merasakan sakit yang teramat sangat. Pandangannya mulai menghitam dan saat dia mulai pingsan Kapten menamparnya tanpa perasaan. Membuat Renjun kembali mendapatkan kewarasannya.

Pria kejam itu menggertakan giginya seperti ingin mengunyah Renjun hidup-hidup. Telunjuknya yang berkilau karena darah hanya berjarak satu senti meter dari hidung Renjun saat dia menunjuknya, menyalahkan. Dia meludah, "Terus lakukan hal bodoh dan lihat apakah aku akan membiarkanmu!"

Dengan kemarahan yang memuncak, Jeno meraih sleting di belakang tengkuk Guide dan membuka pakaiannya secara paksa untuk melihat lukanya.

Luka itu 70% mengerikan. Matanya melolot, "LIHAT INI SIALAN!" Ekspresinya terlihat seperti bukan manusia.

Renjun hanya bisa merintih sambil mengintip bahunya dengan luka yang menganga.

Segumpal daging yang sudah di kunyah hampir terkelupas, aliran darah terus mengalir seperti sungai, dan tulang putih dapat terlihat menonjol keluar. Luka yang benar-benar dalam. Apalagi luka ini di dapat dari gigitan seorang zombie yang hampir berevolusi, apakah virusnya masih bisa menginfeksi tubuh Guide?

Jeno sangat geram. Tangannya meremas tengkuk Renjun hampir mencekiknya.

Matanya memerah.

Dalam kebencian yang sangat dalam, dia memusatkan semua kekuatannya untuk meremukkan tulang dari orang sialan ini!Sudah pasti misi besarnya benar-benar gagal total gara-gara kebodohannya!

Renjun masih memejamkan matanya. Bahunya semakin menciut di bawah tangan Kapten, bibirnya terbuka sedikit dan bergumam. "Anda tidak perlu khawatir, aku tidak terinveksi. Serum ada di tubuhku, virus ini akan mati sebelum menyerang kedalam pembuluh darahku. Yakinlah..."

Dengan gemetar, dia memegang tangan pria itu di lehernya lalu membuka matanya, "Percayalah padaku."

Setelah dia mengatakannya dengan percaya diri, Jeno benar-benar melihat gumpalan darah hitam dan merah di luka Renjun. Kedua warna yang mencolok itu tidak bisa menyatu, atau bisa di katakan kalau darah yang tidak terinveksi tidak mau membiarkan virus itu menyebar dan membatasi wilayah teritorial mereka seperti hewan yang berkelompok. Pada akhirnya darah hitam berubah menjadi segumpal darah kotor dan tidak bisa pergi kemana pun kemudian jatuh ke tanah.

Itu tidak bergerak dan mati.

Pria gila yang awalnya cemberut tiba-tiba tertawa. Dia menghembuskan nafas kelegaan, seperti beban berat 1000 ton yang dia pikul telah menghilang.

Dia menghempaskan leher Guide ke samping lalu berdiri dengan angkuh. Kakinya menginjak gumpalan itu dengan jijik dan berkata, "Baguslah." Dia mendorong dahi Renjun dengan moncong senjatanya, "Jangan katakan ini kepada siapa pun, mengerti?"

- - ┈┈∘┈˃̶༒˂̶┈∘┈┈ - -

"Kapten!" Letnan Hae berlari bersama anak buahnya sambil menggendong satu karung pakaian hasil jajahan mereka. Dia terlihat lega saat melihat keadaan teman-temannya baik-baik saja. "Kami tidak menemukan kesulitan saat mengambil barang-barang ini. Sangat aneh, sepertinya zombie tidak pernah datang ke lantai atas. Aku merasa..."

Kapten Lee memotong perkataan Haechan dengan wajah dingin, "Itu tidak aneh sama sekali. Dalam keadaan panik karena infasi virus zombie, mereka berlari pontang-panting untuk menyelamatkan diri dan berpikir kalau pergi keluar lebih aman dari pada terjebak di dalam gedung. Maka dari itu pembantaian terjadi di lantai satu."

"Ah,.." Haechan mengangguk paham lalu menoleh ke arah Renjun. Ada senyuman jahil di matanya saat tatapan mereka bertemu. Namun saat dia melihat wajah pucat Renjun yang kelelahan, dia mengerutkan kening. Haechan hampir membuka mulutnya untuk bertanya tetapi Guide segera di seret oleh Kapten kedalam mobil.

Pria itu mendorong tubuh kurus Guide lalu berkata kepada semua orang, "Ayo, berangkat."

Jadi sore itu mereka langsung kembali ke markas besar.

Tim Alfa yang tersisa menunggu kepulangan mereka dengan sabar dan membantu membawa barang bawaan langsung ke dalam.

Presiden selalu puas dengan hasil kerja Lee Jeno, kapan dan dimana pun dia selalu memujinya hingga ke langit. Orang-orang tahu bahwa Kapten Lee adalah kebanggaan orang nomor satu di Negara ini dan mereka semakin tidak berani menyinggungnya.

Tapi semakin tinggi pohon tumbuh, semakin kencang angin berhembus. Walaupun prestasinya sangat banyak dan status dari pujian yang dia terima selama ini tidak mengurangi tingkat kebencian dari orang-orang yang iri kepadanya.

"Buka bajumu."

Jeno baru saja mengunci pintu dan berdiri di depan Renjun. "Aku ingin melihat seberapa buruk lukamu." Katanya.

Nadanya sangat tenang namun entah kenapa membuat Huang Renjun sesak nafas. Dia melepas bajunya dengan hati-hati di bawah tatapan tajam yang mematikan. Sedikit gugup, tapi dia tidak punya pilihan lain.

Huang Renjun menunjukan bahunya yang beberapa jam yang lalu hampir saja menjadi menu makan malam Zombie di depan Lee Jeno. "Tidak berdarah lagi. Lukanya mengering."

Jeno terlihat takjub tetapi masih berusaha menyembunyikan ekspresinya di depan Guide. Tangannya menyentuh bahu putih yang cekung karena gigitan, tapi lukanya benar-benar sudah tertutup oleh lapisan kulit. Walaupun itu belum bisa menumbuhkan daging baru, tetapi tidak terlalu menjijikan untuk dilihat.

Dia menganalisis secara teliti. "InRuins membantu regenerasi sel darah putih yang ada pada tubuh manusia untuk menyembuhkan luka dengan sangat cepat, kurang dari satu hari. Hanya beberapa jam... Hah, hebat."

Renjun mengangguk dan tidak mengatakan sepatah kata pun karena apa yang Kapten katakan adalah benar. Tentu saja Kapten Lee sangat pintar.

"InRuins berfungsi ditubuhmu, kalau begitu apakah InRuins juga bisa berfungsi ditubuhku?"

Renjun mengerutkan dahinya. Kata-kata Kapten sedikit membuatnya bingung. Dia baru saja akan membuka mulut dan bertanya maksud dari perkataan pria itu ketika Jeno tiba-tiba melepas bajunya juga lalu menunjukan lengan berotot, kuat, dan kerasnya, namun terdapat cap gigitan binatang yang membuat daging disekitar menjadi ungu. Mata Guide membulat saat tahu luka apa itu...

Kapten terkena gigitan zombie!

"Kapan anda!!" Di gigit zombie!

[𝐁𝐋] 🔞𝐋𝐈𝐕𝐄 𝐁𝐫𝐨𝐚𝐝𝐜𝐚𝐬𝐭; 𝐙𝐨𝐦𝐛𝐢𝐞 𝐀𝐩𝐨𝐜𝐚𝐥𝐲𝐩𝐬𝐞 | 𝐑𝐉𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang