22.

318 67 8
                                    

Disclaimer :

Beberapa lagu, Image/ Screenshot, Picture, yang terdapat di dalam cerita fiksi ini di ambil dari banyak sumber

dan penulis menambahkannya dalam cerita fiksi ini semata mata sebagai sarana agar pembaca dapat ikut melihat imajinasi penulis

Hak Cipta sepenuhnya milik pemilik aslinya, tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

.
.
.
.
.
.
.

Happy reading

💜💜💜

Menjelang tengah hari Damar dan Mina dalam perjalanan menuju sebuah rumah yang  letaknya di daerah Ungaran Semarang

.

"Mina ... bertemu ibuku sama seperti interview kerja, ibuku salah satu pemilik perusahaan ini, kalau kau ingin urusan usahamu lancar, kau harus menjawab semua pertanyaannya dengan tepat ...

Ingat ya ...!!!"

.

"Kok jadi serem, emang harus interview pak ?"

.

"Iya lah, kamu kan baca di akta pendirian perusahaan, satu koma lima M, jelas beberapa persennya itu dana dari ibuku ..."

.

"Huuufff ...

aku jadi deg degan ..."

.

"Kamu pasti bisa, kan kamu yang jalanin usaha,

tenang aja" akal akalan Damar berhasil, mana mungkin dia bilang ibunya mau bertanya sebelum mereka menikah, suka tidak suka lepas tiga bulan sepuluh hari Ane dia akan menikahi Mina, legalitas Langit lebih penting dari urusan percintaannya

Sementara Mina mencoba mengingat semua yang sudah di lakukannya, melupakan Langit yang di akuisisi daddynya yang sudah terverifikasi, si anak sibuk menciumi daddynya hingga glossy oleh liur,

tapi dasar Damar ...

dia hanya membersihkan wajahnya takut jika ada kotoran yang termakan oleh Langit, karena menurutnya di cium Langit adalah sensasi paling indah yang dia rasakan seumur hidup.

.

Memasuki jalan beraspal yang hanya berjarak lima puluh meter dari jalan desa, kemudian masuk pekarangan yang luasnya puluhan meter akhirnya mereka tiba di rumah kampung milik ibu Damar.

.

Ayah dan ibu Damar berpisah sejak dia masih kecil, ayahnya kembali ke korea dan tidak kembali, tinggalah ibunya yang sudah memutuskan untuk mudik setelah Damar bisa menjalankan usahanya sendiri dan memilih tinggal di pedesaan lereng gunung Ungaran.

Ibu Damar sudah menunggu mereka di depan pintu rumahnya membuat Jimin semakin ngeri,

.

"Hallo eyang ... Suara riang dan gembira Damar tergambar jelas, dia langsung memajang wajah menggemaskan Langit di gendongannya, perempuan itu langsung memonopoli Langit yang hanya diam tapi tidak menolak,

.

"Eeeee ...

Cucu kesayangan eyang, mukamu gembul plek ketiplek bapakmu to le ...

kamu pinter banget ya nak bisa nyari bapakmu ...

ga usah di sebut, semua orang sudah pasti kenal dia anakmu loh Dam ..."

In Vitro FertilizationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang