Di perjalanan menuju rumah sakit, haruto dan tamara tidak banyak mengobrol melainkan asik dengan ponselnya masing-masing.
"Sayang, apa kamu udah mengatakan ke mingyu untuk pulang dari sekolah langsung ke markas?" Tanya haruto.
"Belum, aku lupa untuk memberitahunya"
"Tidak apa-apa, biar aku saja yang menelpon dia" Tamara mengangguk.
Setelah mencari kontak mingyu, telepon tersebut di letakkan di telinganya.
"Halo pa"
"Mingyu-ya, kamu pulang jam berapa?"
"Jam setengah lima, ada apa pa?"
"Pulang dari sekolah datang ke markas papa ya, ada yang mau papa bicarakan"
"Baiklah, aku akan langsung ke sana"
"Papa tunggu" telepon di matikan.
Tamara menoleh ke arah haruto yang mematikan ponselnya.
"Bagaimana?"
"Dia akan langsung pergi setelah pulang dari sekolah"
"Baiklah kalo gitu"
"Tamara, aku harap kamu tidak memendam apapun setelah keputusan yang diambil oleh mingyu"
Seolah mengetahui hal itu lantas tamara mendadak diam, haruto menggenggam tangan istrinya membuat tamara menoleh menatap wajah tampan haruto.
"Mau bagaimanapun kamu menyembunyikannya itu tidak akan berhasil di hadapanku, sayang, mulut mungkin bisa berkata 'iya' tapi hati tidak, jadi aku harap kamu tidak menyembunyikan apapun"
"Ruto-ya, maafkan aku"
"Tidak, jangan minta maaf kepadaku, aku mengerti perasaan kamu sayang, menjadi seorang ibu yang melahirkan bahkan membesarkan anak-anaknya pasti ada saja sesuatu yang berat untuk di terima oleh seorang ibu, meskipun itu terbilang hal yang baik untuk anaknya"
"Tapi aku harap, kamu juga bisa mempercayai keputusan kamu yang mengizinkan mingyu untuk menjadi penerus aku" sambungnya.
"Aku hanya takut Ruto, dulu mungkin aku berpikir bahwa cukup hanya papa yang pergi tapi jangan kamu, tapi setelah kita menikah dan punya anak ketakutan aku semakin menjadi-jadi ketika aku sadar, bahwa masih tinggal dalam nama mafia adalah rintangan yang paling berat"
"Terutama saat kamu mengatakan kalo mingyu akan menjadi penerus kamu, jujur, aku berat untuk menerimanya, aku hanya takut kalian kenapa-kenapa, wajar untukku berpikir buruk bukan? Itu artinya aku menyayangi kalian" sambung tamara dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Haruto menarik kepala tamara agar wanita itu memeluknya, meletakkan kepalanya di dada bidangnya.
"Aku faham dengan semua ketakutan kamu, tapi aku janji, apapun yang terjadi kedepannya kamu, eunseo dan mingyu adalah berlian yang harus aku jaga, aku janji sama kamu sayang, semuanya akan baik-baik saja"
"Jangan pergi dariku ruto"
"Aku akan selamanya bersama kamu"
Dua puluh lima menit kemudian mobil mereka sampai di depan rumah sakit tempat dulu tamara bekerja.
"Huh akhirnya aku datang lagi ke sini"
"Tidak ada yang berubah sama sekali dari rumah sakit ini"
"Benar, semuanya terasa sama seperti dulu, ya sudah, ayo masuk"
Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah sakit dengan saling berpegangan tangan, semua suster yang berpapasan dengan tamara pun saling menegur sapa di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia 2 : Night Moonlight
FanfictionMelanjutkan perjalanan cerita mafia sebelumnya, setelah berhasil mengalahkan musuh utama mereka lorvenue yang di pimpin oleh Mr. Gilbert, setelah bertahun-tahun lamanya merasa aman kini sebuah teror dan kejadian-kejadian misterius kembali terjadi. R...