Tamara yang berada di dalam ruang ugd sudah memakai baju khusus begitupun sarung tangan medis dan masker, mesin Elektrokardiogram atau EKG juga sudah di nyalakan, beberapa alat juga menempel ke tubuh pasien tersebut.
"Tolong ambil sampel darahnya sus, kita harus melakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui jenis racun ini"
"Baik dok"
Saat suster mengambil darah pasien, tamara mulai memeriksa kondisinya dari denyut nadi hingga detak jantungnya.
"Matanya seperti sudah tidak bernyawa tapi jantungnya masih berdetak meskipun lemah" batin tamara.
"Dok, detak jantungnya pasien semakin melemah"
Ia melirik ke arah Elektrokardiogram atau EKG dimana grafik menunjukkan penurunan.
"Siapkan alat pacu jantungnya segera"
"Baik dok"
Tamara menggosokkan alat pacu jantung tersebut lalu meletakkannya di dada pasien yang membuat tubuh pasien mengangkat ke atas, ia melakukan itu hingga tiga kali dan sesekali melirik ke arah mesin Elektrokardiogram.
Suster yang melihat ke arah mesin dimana grafik lurus itu terus menerus bergerak lurus menatap ke arah tamara lalu menggelengkan kepalanya.
"Pasien tidak bisa di selamatkan dok"
"Tolong catat jam, tanggal dan hari pasien meninggal, urus semuanya dan beritahu keluarganya"
"Baik dokter"
"Dan untuk sampel darah tadi tolong di bawa ke laboratorium segera"
"Baik dokter"
Tamara berjalan keluar dari ugd di depan pintu sudah ada Liz yang menunggu dirinya.
"Kak tamara"
"Liz, kenapa kamu di sini? Dimana yang lain?"
"Mereka ada di ruang kerja tante rose, dan aku menunggu kakak"
"Kenapa? Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku?"
"Tidak, hanya saja saat aku dari toilet tadi aku melihat seseorang yang masuk ke rumah sakit ini"
Tamara mengangkat satu alisnya ke atas. "Seseorang? Ah liz, rumah sakit ini kan umum, siapapun boleh masuk dan keluar, jadi kamu tidak perlu curiga seperti itu"
"Aku tau kak, tapi seseorang itu misterius banget, dia pakai serba hitam dan begitu tertutup sampai tidak terlihat jelas wajahnya, aku takut dia memiliki niat jahat untuk rumah sakit ini"
"Liz, dengarkan aku, meskipun posisi kita bisa saja terancam kapanpun itu, kamu harus percaya, kita pasti baik-baik saja, oke"
Dengan berat ia menghela nafas panjang dan membuangnya perlahan, tersenyum tipis dan mengangguk.
"Baiklah kak, maafkan aku yang sudah berpikir jelek, aku hanya khawatir saja"
"Aku mengerti, tidak perlu di pikirkan, kamu akan aman"
"Ya sudah, ayo kita ke ruang kak rose sekarang, mereka pasti sudah menunggu" sambungnya.
Liz mengangguk. "Ayo kak"
Sedangkan di ruangan rose, mereka berempat duduk di sofa sambil menunggu Liz dan tamara, tidak lama kemudian pintu terbuka menampilkan keduanya.
"Maaf buat kalian semua menunggu lama" ucap Tamara.
"Tamara, bagaimana dengan pasien yang kamu tangani?" Tanya rose.
"Dia meninggal dunia kak" mereka terkejut mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia 2 : Night Moonlight
FanfictionMelanjutkan perjalanan cerita mafia sebelumnya, setelah berhasil mengalahkan musuh utama mereka lorvenue yang di pimpin oleh Mr. Gilbert, setelah bertahun-tahun lamanya merasa aman kini sebuah teror dan kejadian-kejadian misterius kembali terjadi. R...