PT 37

22 2 0
                                    

💌 HAPPY READING 💌

ini hari pertama arshaka mengurus perusahaan yang di kelola oleh mamanya.

ia bertampil sangat rapi, dasi yang ia letakkan di sesuai tempatnya, memakai jas hitam hingga rambutnya yang dulu acak-acak sekarang menjadi tapi.

arshaka berjalan dengan berwibawa membuat seluruh karyawan terpesona melihat pemuda berumur 17 tahun itu.

banyak sekali karyawan yang menyapa dirinya dan hanya dibalas oleh anggukan.

arshaka mendaratkan pantatnya di kursi ruangannya. ruangan yang ia tempati ini sangat mewah dan luas, seperti apartemen yang tersedia berbagai barang.

arshaka menyenderkan punggungnya di senderan kursi empuk itu, ia mendongakkan kepalanya menatap langit-langit ruangan "kangen" satu kata yang menggambarkan hatinya saat ini.

karena tak ingin membuang waktu, Arshaka membuka laptopnya dan mengurus semua laporan yang masuk.

💌💌💌

jam istirahat sudah di mulai sejak tiga puluh menit lalu, dan Arshaka pun baru menyelesaikan 4 laporan.

Tingg tongg

bel berbunyi dari luar, dengan segera arshaka mempersilahkan untuk masuk.

muncullah seorang perempuan dengan rambut di kuncir satu, melihat bagaimana perempuan itu menata rambutnya. arshaka menjadi teringat lagi dengan Ansel.

"perlu apa?" tanya arshaka dengan dingin. perempuan itu tersenyum dan menghampiri arshaka.

"permisi pak, kenalin saya dianna, anak magang disini" dianna yang berada di depan arshaka itu menjulurkan tangannya.

tapi arshaka tak menerima ulurannya, yang membuat Dianna menari tangannya lagi seraya tersenyum kikuk.

"hanya itu?" Dianna menggeleng "boleh saya duduk pak?" tanya Dianna dengan suara lembutnya.

arshaka mengangguk "jadi tujuan saya kesini, untuk mengajak bapak makan bersama. kebetulan tadi saya masak banyak pak"

"tidak perlu memanggil saya bapak, umur saya masih tujuh belas tahun" Dianna melebarkan matanya, jadi orang yang ada di depannya ini hanya beda satu tahun darinya, arshaka lebih muda dirinya.

"o-oh maaf pa, eh mas, eh kak" dianna bingung harus memanggil arshaka dengan sebutan apa.

"cukup nama" Dianna mengangguk paham. "dan untuk makan bersama, maaf saya tidak bisa" sambung arshaka.

💌💌💌

setelah semua kerjaanya selesai, arshaka merenggangkan ototnya yang lelah.

lalu ia siap-siap untuk pulang ke apartemennya. arshaka berjalan di koridor kantor.

banyak karyawan yang belum pulang, karena memang saat ini hujan mengguyur kota Makassar.

arshaka berjalan keluar dari kantor dan memasuki mobil. tak jauh dari kantor, ia menyipitkan matanya saat melihat orang yang tak asing baginya.

arshaka menepikan mobilnya, lalu turun dengan menggunakan payung yang melindungi tubuhnya.

"kenapa masih disini?"

Dianna berdecak kesal "ya Lo lihat aja anjir, ini lagi ujan! gimana gue mau pulang kalau semua ojol nolak pesanan gue" ucap dianna yang tak menyadari keberadaan arshaka di sampingnya, dan Dianna kira, yang bertanya itu teman kantornya yang akan menyusul dirinya di halte bus.

arshaka berdehem singkat yang membuat Dianna menoleh, Dianna tersenyum kikuk dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal "eh Shaka"

"pulang bareng saya saja"

"eh? beneran gapap Shaka? takut ngerepotin" tapi dalam hatinya, Dianna sedang berbunga-bunga saat mendapat ajakan pulang dari arshaka.

"ya, silahkan jalan dulu ke mobil saya" arshaka berjalan di belakang Dianna dengan memegang payung yang melindungi tubuh mereka berdua walau tak sepenuhnya.

mobil melaju dengan pelan karena jalanan yang licin, sedari tadi Dianna terus menatap wajah tampan arshaka.

"kapan gue bisa milikin arshaka ya?" batin dianna yang gak berkedip sama sekali melihat arshaka.

"Dimana alamat rumah mu?" arshaka menoleh pada Dianna yang sedang menatap dirinya.

karena tak ada jawaban, arshaka menjentikkan jarinya di depan wajah Dianna, seketika itu lamunan Dianna buyar.

"eh, iya ada apa?"

"alamat rumah"

"di jalan eceng gondok, abis ini Sampek kok" arshaka mengangguk tanpa berniat menjawab.

tak membutuhkan waktu lama, mobil arshaka berhenti tepat di rumah yang  sangat kecil.

"kamu tinggal sendirian?" Dianna menggeleng.

"gak kok, saya tinggal bareng ayah dan ibu saya, tapi sekarang kondisi mereka berdua sakit keras, jadi saya yang harus membiayai kehidupan"

"eh, maaf saya jadi curhat" ucap dianna dengan sopan.

"tidak masalah" lalu arshaka mengeluarkan beberapa lembar kerta bewarna merah dari dompetnya, arshaka menjulurkan tangannya di depan Dianna.

"mungkin ini bisa sedikit membantu kamu" Dianna terkejut, ia mendorong tangan arshaka dengan pelan.

"ga perlu Shaka, saya masih punya tenaga untuk berkerja" pasalnya uang yang akan arshaka berikan itu lebih dari dua juta.

"anggap saja ini reward kamu, selama kamu bekerja"

💌💌💌

"gimana keadaan Ansel?" arshaka merebahkan tubuhnya dengan kasar.

"sama seperti kemarin kak" ucap zava di sebrang sana.

arshaka menghela nafasnya kasar, ia meraup wajahnya yang terlihat lelah.
"kalau Ansel siuman, kabari gue lagi ya"

"iya kak" panggilan di putus oleh pihak arshaka, ia melemparkan ponselnya di sebelah tempat ia rebahan.

dengan perlahan mata arshaka menutup sempurna dan pergi ke alam mimpinya.

PESAN TERAKHIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang