PT 40

21 2 0
                                    

💌 HAPPY READING 💌

"kamu siap bertemu dengan keluarga paman mu?" tanya arshaka dengan duduk di depan mobil.

"tanpa saya jawab, kamu pasti sudah tahu arshaka" arshaka tak menjawab, ia memilih untuk memasuki mobil terlebih dahulu meninggalkan Dianna.

ia sedikit kecewa selama dua minggu ini, karena ia tak bisa pulang menemui Ansel. tapi mau bagaimanapun, arshaka harus menyelesaikan masalah ini supaya Dianna tak berbani dengan traumanya.

mobil berjalan saat Dianna memasuki mobil, hening. tak ada yang membuka suaranya.

hingga sampailah mereka di pekarangan rumah mewah paman Dianna, wira.

Arshaka di persilahkan oleh satpam itu memasuki halaman rumah itu. arshaka turun yang diikuti oleh dianna.

arshaka mengetuk pintu tiga kali. tak lama, muncullah seorang wanita paruh baya yang arshaka yakini itu adalah tante Dianna.

"cari siapa ya?" tanya sinta, istri Wira.

"boleh kita masuk terlebih dahulu?" tanya arshaka yang langsung di persilahkan Sinta.

Dianna terus mengekori arshaka, tetapi sebelum ia masuk. ia mendapatkan tatapan tajam dari tantenya.

merek bertiga mendekatkan pantatnya di sofa "tujuan kamu kesini ada apa?" Sinta menatap ke arah arshaka.

"saya ingin bertemu dengan om dan tante Dianna"

"sebentar, saya panggil suami saya dulu"

tak lama muncullah sepasang suami istri itu. "kenapa kamu mencari saya?" Wira mendaratkan pantaydi sofa tunggal.

"saya ingin meminta pertanggung jawaban atas perlakuan bajingan bapak pada Dianna"

"bajingan apa maksud kamu? tidak sopan sekali berbicara pada orang yang lebih tua dari mu!"

"saya akan sopan, bila bapak menghargai dianna sebagai ponakan"

"tujuan kamu kesini untyk apa? jangan bertele-tele" ucap Sinta yang tak paham.

"suami anda ini, telah melakukan pelecahan pada Dianna sejak dulu" Wira meneguk ludahnya kasar, ia berharap semoga istrinya tak mempercayai ucapan anak muda di sampingnya ini.

Sinta terkekeh "pelecehan? mana mungkin suami saya tega melakukan hal itu. kamu itu dihasut oleh dianna biar kamu benci dengan keluarga saya!"

arshaka mengeluarkan sesuatu dari tas-nya, ia melempar berkas itu di meja "kurang jelas apalagi nyonya Sinta?"

"kalian berdua ternyata iblis berkedok manusia! dengan teganya kalian melakukan hal kekerasan pada keponakan sendiri? dimana hati nurani kalian?"

"kekerasan? bukti darimana kamu? saya bisa saja melaporkan kamu atas pencemaran nama baik keluarga saya! saya tidak pernah melakukan kekerasan pada Dianna!" pekik Sinta.

arshaka tersenyum miring "justru sebaliknya! saya akan melapor anda kepada pihak berwajib! mungkin saya memang tidak punya bukti kekerasan anda, tetapi saya mempunyai bukti dampak kalian melakukan kekerasan" Wira dan Sinta meneguk ludahnya kasar. mereka siap-siap untuk berlari tapi sayang, sirine polisi terdengar keras di telinga mereka.

"semua terlambat"

💌💌💌

arshaka menggeret kopernya memasuki rumah yang sudah 9 bulan lebih tak ia kunjungi.

ya, arshaka kembali ke bandung setelah masalah Dianna selesai. karena minggu depan ia ujian untuk kelulusan, maka arshaka di haruskan untuk pulang.

"kok ga bilang kalau mau pulang?" ucap Vera yang berada di ruang keluarga.

arshaka meringis "biar suprise ma" Vera menggelengkan kepalanya samar.

lalu Vera merentangkan tangannya, tetapi arshaka hanya diam "ga mau peluk mama? ga kangen emang?" dengan segera arshaka berlari meninggalkan kopernya dan memeluk mamanya sangat erat.

arshaka mencium berkali-kali pipi Vera yang membuat sang empu terkekeh "Shaka kangen pakek banget sama mama"

cukup lama mereka berpelukan hingga akhirnya Vera lebih dulu mengurai.

"sana samperin zava, setiap malem dia ngerengek kangen kamu" arshaka mengangguk lalu ia menaiki anak tangga.

"kopernya ga kamu bawa" langkah arshaka terhenti, ia menepuk keningnya pelan.

"oh iya lupa" arshaka kembali turun dan membawa koper itu ke atas. Vera menggeleng seraya tersenyum melihat tingkah putranya.

arshaka mengetuk pintu kamar zava, tak ada jawaban dari dalam. arshaka membuka pintu itu, ia melihat zava duduk dengan membelakangi pintu dan memeluk figura, ntah foto siapa yang berada di dalam figura.

arshaka berdehem, membuat zava mengelus tengkuknya "kok kayak suaranya kak shaka? apa dia ada disini? ga mungkin deh, kan kak shaka ada di Makassar" arshaka terkekeh melihat zava yang berbicara sendiri.

arshaka berjalan perlahan mendekati zava, lalu ia menutup mata zava menggunakan kedua tangannya.

"AAAAAAA, JANGAN CULIK AKU" pekik zava dengan memberontak kesana-kemari.

akhirnya arshaka melepaskan tangannya, zava menoleh dan mendapati keberadaan arshaka.

matanya berbinar, dengan segera zava memeluk erat tubuh arshaka.
"ini beneran kak shaka?" zava mendongak menatap wajah arshaka.

arshaka mengelus lembut rambut zava, ia tersenyum tipis seraya mengangguk.

"katanya kak shaka bakalan jenguk kak Ansel, kok baru sekarang pulangnya?"

"ga sempet"

💌💌💌

arshaka berjalan di koridor sekolah dengan menyugar rambutnya ke belakang. semua siswi berteriak histeris karena sudah lama tak melihat pesona arshaka.

saat sampai di deoan kelasnya, ia melihat seluruh temannya duduk santai di depan kelas.

mikael mendekati arshaka, ia menelisik secara detail wajah arshaka. mikael menangkup wajah arshaka "ini beneran Shaka? kembaran gue?" arshaka hanya menatap tajam Mikael.

tanpa ba-bi-bu, mikael mencubit pipi arshaka yang membuat sang empu memekik "sakit bego" arshaka mengelus pipinya sendiri.

mikael tertawa dengan merangkul bahu arshaka, ia menepuk berkali-kali bahu temannya itu "kembaran gue kembali juga"

arshaka menepis tangan mikael "kalau gue jadi kembaran Lo, yang ada otak gue ikutan mlengse" lalu arshaka berjalan menghampiri teman -temannya yang lain, mereka bertos-ria ala mereka.

"apa kabar?" tanya Rasyaka.

arshaka mengangguk "baik"

TBC

PESAN TERAKHIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang