PT 45

16 2 0
                                    

💌 HAPPY READING 💌

setelah kepergian nindi, pikiran negatif Ansel berputar "kita ikutin nindi"

"kenapa? kan dia pulang ke rumah" ucap caca

"gak, ga mungkin. nindi ga bakalan pulang ke rumahnya, tapi ke rumah Tuhan. secara dia bilang Lo Itu ga boleh nemuin dia lagi" Risya diam tampak berpikir.

"yang di bilang Ansel ada benernya, kita harus samperin nindi" akhirnya Caca mengangguk, mereka pun berlari keluar dan menumpangi mobil Risya

Risya berdecak kesal dan memukul stir mobil saat jalanan yang ia lewati macet "gimana ini sel?"

"kita tunggu aja" tujuh menit mereka menunggu, akhirnya mobil Risya bisa berjalan leluasa.

tapi lagi dan lagi, mobil mereka berhenti karena macet, dan banyak segerombolan orang berkumpul serta mobil polisi.

"ada apaan sih anjir, kok banyak polisi"ucap caca kesal.

"kita turun buat lihat" mereka berdua mengangguk, lalu ansel berjalan yang diikuti mereka berdua.

mereka bertiga berusaha menerobos segerombolan orang, mata mereka melebarkan saat melihat orang yang mereka kenal tergeletak dengan darah berceceran dimana.

"NINDI!!" pekik mereka bertiga, mereka bertiga menundukkan badannya melewati police line

ansel meletakkan kepala nindi yang penuh dengan darah itu dipahanya, mereka bertiga menangis histeris melihat kondisi nindi.

"kenapa Lo ninggalin kita nin? katanya Lo mau pulang? tapi kenapa pulang kerumah tuhan?" ucap caca di tengah Isaknya.

"Lo udah ga ngerasain sakit lagi ya nin?" tanya ansel walau mustahil dijawab oleh nindi.

"nin, Lo udah janji sama kita kalau habis lulus kita ke Bali. tapi mana janji Lo Nin?" Lirih Risya.

💌💌💌

sudah seminggu kepergian nindi, tetapi mereka masih terpukul dengan kepergiannya.

saat ini, teman arshaka dan sahabat Ansel diam merenung di basecamp tempat biasa teman arshaka menghilangkan stress.

mikael sangat tidak suka dengan keheningan, ia berpikir seribu cara agar mereka semua berbicara.

"sebagai mengenang nindi, gimana kalau kita bikin rumah pohon?"

mikael tersenyum canggung saat tak mendapatkan respon dari mereka.

"Lo mending diem deh mik! kita lagi berduka"

"Lo pikir gue ga berduka karena kehilangan orang yang gue cinta selama tiga tahun?" ceplos Mikael, mereka semua menatap Mikael dengan tatapan bingung.

setelah Mikael menyadari bahwa ia keceplosan, mikael merutuki dirinya sendiri.

"Lo suka sama nindi?" tanya Zaheer.

"siapa? gue? ya nggak lah" elak Mikael.

rasyaka yang tadinya Hanya diam kini membuka suara "yang di bilang Mikael ada benernya, kita bangun rumah pohon. karena kita kayak merasa deket sama nindi, walau menurut realitanya ga"

"terus kalau kita stress bisa ngunjungin rumah pohon itu, biar ga di basecamp selalu"

hening, itu yang bisa rasyaka deskripsikan. hingga akhirnya mereka bersorak mengeluarkan kata 'setuju'

"rencananya kapan?" tanya arshaka.

"bisa mulai dari besok" senyum mereka yang sempat hilang itu sekarang mengembang seperti kue.

💌💌💌

keesokan harinya, mereka semua mulai membeli barang yang dibutuhkan untuk membangun rumah pohon, seperti kayu, pasir, genteng, dll.

ansel yang melihat kekompakan mereka semua itu tersenyum senang.

satu jam mereka berada di toko bangunan, akhirnya mereka keluar dari toko dan menaiki mobil menuju lokasi.

bukit, ya itu adalah lokasi tujuan mereka untuk membangun rumah pohon.

setelah semua barang turun dari pickup, mereka semua bergotong royong membangun rumah itu.

suapaya tak ada keheningan, mereka memutar musik galau yang sesuai dengan isi hatinya.

mereka membagi tugas, ada yang memotong kayu, memasang genteng, dll.

ansel bersedia membantu arshaka yang memotong kayu, ia menatap dalam-dalam bentuk rupa arshaka yang sangat tampan.

"aku tau kalau aku cakep" mata ansel berkedip saat arshaka berucap seperti itu.

"ih pede banget" Ansel memutar bola matanya malas. arshaka menggeleng pelan seraya terkekeh.

"YU BRIK MAY HAT, BTIK MAY HAF" pekik mikael secara tiba-tiba yang membuat semua orang terpekik.

"gila tuh lagu keren banget ya, apa Yas. aku mendengar lagu itu, yu brik mau hat, bir brik may" sambung Caca, semua orang yang berada di sana tertawa melihat tingkah kedua temannya yang berbeda gender itu.

setelah rumah pohon tersusun Sempurna, mereka melanjutkan sesi pewarna/mengecat. arshaka membantu Ansel mengecat tembok bewarna abu-abu itu.

seketika pikiran jahil terbesit di otaknya, ia mencelupkan tangannya ke dalam cat lalu ia oleskan dengan sengaja di pipi kanan ansel.

ansel menoleh dan mencolek pipinya yang ada warnanya itu "SHAKA!!!!" pekik ansel.

ansel melakukan hal yang sama seperti arshaka untuk membalas dendam, arshaka berlari sebelum terkena coretan itu. hingga akhirnya terjadilah kejar-kejaran, semua anak yang berada di situ tersenyum melihat kedamaian kedua pasangan ini.

sedangkan Risya berinsiatif mengambil tisu dan mengelap keringat rasyaka yang sedang memasang paku untuk pigura.

rasyaka menoleh, jantung berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya saat jarak mereka sangat dekat "mau minum? nanti gue ambilin" rasyaka tak menjawab, hingga akhirnya Risya berlalu dari hadapan Rasyaka.

"ada apa dengan diri gue?" gumam rasyaka, lalu ia melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Caca yang melihat ada pot bunga di bawah itu mengangkat pot itu untuk dibawa ke atas.

karena tak hati-hati dan tak melihat jalan, kaki Caca keseleo. ia merintih sanggup keras hingga verloz yang tak jauh dari keberadaannya itu menghampiri dirinya.

dengan segera verloz, mengalihkan pot itu dari tangannya lalu ia letakkan ke tanah.

tanpa ba-bi-bu, verloz mengangkat tubuh Caca ala bridal style menuju karpet yang memang sengaja di gelar.

verloz meluruskan kaki Caca dan mulai mengurut dengan perlahan, Caca terus meringis kesakitan.

"sabar, bentar lagi selesai. kalau Lo kesakitan, pegang bahu gue aja" Caca menutup matanya dan memegang bahu verloz, saat verloz melanjutkan kegiatannya.

TBC


PESAN TERAKHIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang