LSEO:Bagian 1

346 19 0
                                    

Suhu kota Seoul nyaris menyentuh angka -8°c,bahkan jalanan sudah dipenuhi salju. Disaat seperti ini biasanya orang orang akan berdiam diri dirumah dengan perapian yang hangat, bercengkrama bersama keluarga dan bermain bersama

Namun lain halnya dengan seorang lelaki dengan tubuh mungil yang sedang merapatkan jacketnya untuk menghalau rasa dingin yang ada

Ia sudah berada ditaman selama dua jam lamanya untuk menunggu seseorang dan yang ditunggu tak kunjung datang bahkan teleponnya pun di abaikan,seolah hal itu adalah tantangan si lelaki mungil tetap berdiam diri ditengah dinginnya musim salju,bahkan bulir bulir putih itu sudah turun kembali dan sialnya ia tidak membawa payung untuk setidaknya menghalau bulir salju yang turun

"Jihoon,datang atau tidaknya kamu aku tidak akan beranjak bahkan selangkah pun"

Ia bergumam dengan mulut yang bergetar,tubuhnya mati rasa bahkan ia bisa saja terkena hipotermia dan itu sangat menyeramkan

"Tuhan,tolong. Tidak apa apa jika ia tidak datang tapi setidaknya biarkan ia baik baik saja"

Tidak sanggup menahan dinginnya cuaca membuat ia terduduk ditumpukkan salju,menatap kebawah dengan tatapan menyedihkan hingga sampai matanya nyaris terpejam ia bisa merasakan tubuh hangat seseorang yang memeluknya erat

"Choi bodoh Hyunsuk aku tidak akan memaafkan mu jika terjadi sesuatu"

Si lelaki Choi tersenyum hangat,senyum indah sampai matanya ikut tersenyum. Sangat manis,namun entah mengapa seseorang yang memeluk tubuh kedinginan itu memicing tidak suka sampai akhirnya seseorang yang bernama Hyunsuk itu dibawa ke gendongannya

"Aku senang kau datang"

"Aku lebih senang jika kau pergi saja tanpa menunggu ku"

Hyunsuk terkekeh,ia rapatkan tangannya pada leher jenjang si penggendong, menyembunyikan wajah pada ceruk lehernya

"Park Jihoon,jangan pergi. Jangan tinggalkan aku sendiri"

"Tidurlah,aku akan mengantarmu pulang"

"Jangan alihkan pembicaraan, berjanjilah padaku"

"Tidak Choi"

Hyunsuk merengut tidak suka

"Lepaskan aku"

Namun perkataan nya berbanding terbalik, Hyunsuk justru semakin memeluk leher Jihoon erat

"Uhukkk...Kau mau membunuhku?"

"Iya..."

"Choi.. "

"Hyunsuk,panggil namaku dengan panggilan Hyunsuk"

"Tidak akan"

"Ayolah Ji"

"Mau pulang ke rumahku tidak?"

Dan itu berhasil membuat Hyunsuk menurut, semakin menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Jihoon

"Cepat. Aku akan tidur dan setelah bangun nanti pastikan aku sudah berada di rumahmu"

Disaat Hyunsuk terpejam Jihoon mengucap janji dalam hati,janji yang hanya ia ketahui

Lelaki itu tersenyum tipis dengan wajah penuh lebam dan jejak darah pada sudut bibirnya,tangannya sesekali membenarkan gendongan hingga mereka sampai dirumah sederhana milik Jihoon

Jihoon bawa tungkainya untuk masuk kedalam,dengan susah payah membuka pintu rumah dan mencari saklar lampu. Hingga ia turunkan Hyunsuk di sofa yang tidak terlalu lembut bahkan mungkin jika lelaki mungil itu terbangun ia pasti merasakan sakit pada area leher dan pinggangnya namun Jihoon selaku tuan rumah tidak bisa memberikan tempat yang lebih nyaman

Tangannya terulur untuk mengecek suhu badan si lelaki mungil dan sial itu terasa panas sekali, Hyunsuk demam. Maka dengan terburu Jihoon mencari kotak obat dan beruntung stock nya masih tersisa

" Bangun Choi,minum obatmu"

"Eunghh...Pusing... Kepalaku sangat pusing Ji"

Erangan dengan suara tidak jelas dan wajah yang semakin memerah bahkan mata indah yang mengeluarkan airmata membuat Jihoon kelabakan

"Kumohon,buka matamu lalu minum obat,jangan membuatku takut Choi"

Hyunsuk tahu ia sangat tahu bahwa Jihoon sedang ketakutan bahkan mungkin lelaki park itu sedang mati matian menahan tangis

"Tidak.Aku ingin tidur dulu,biarkan aku Ji. Aku akan minum obatnya nanti"

Namun tidak ada yang bisa Hyunsuk lakukan,lelaki mungil itu benar benar tidak memiliki tenaga dan Jihoon,Jika Hyunsuk sudah mengatakan hal itu apa yang harus ia lakukan? Jika memaksa pun itu terdengar sangat tidak mungkin,si mungil terlihat sangat kesakitan bahkan hanya sekedar membuka mata

"Sepuluh menit,aku hanya akan memberimu sepuluh menit saat itu kau harus bangun dan minum obat"

Dan itu hanya dibalas gumaman oleh Hyunsuk sampai akhirnya Jihoon menyesal,ia menyesal karena membiarkan Hyunsuk tertidur,ia menyesal karena tidak memaksa Hyunsuk minum obat

Sebisa mungkin Jihoon berdo'a dalam hati dengan tangis yang tak henti bahkan sampai pipinya ditampar beberapa kali hingga membuat wajah memar itu semakin parah dengan goresan acak yang tak terkendali

"Brengsek.Dari awal aku memang tidak pernah menyetujui pertemanan kalian"

Kemarahan dari wanita cantik dengan latar belakang hebat itu membuat Jihoon semakin menunduk merasa bersalah bahkan saat dirinya akan ditampar kembali dengan tas dengan tekstur yang terbilang cukup keras lelaki itu tetap pada posisinya,seolah menerima segala kemarahan dari wanita cantik tersebut

"Hentikan,itu tidak akan menyelesaikan masalah,biarkan saja dia"

Hingga sampai wanita cantik tersebut di tuntun untuk masuk kedalam rawat inap oleh lelaki dengan wibawa yang tinggi, Jihoon tidak tahu harus merasa bersyukur atau mungkin kecewa karena wanita itu tidak memukulinya sampai ia kehilangan nyawa

"Untuk saat ini tinggalkan Hyunsuk dulu ya Jihoon"

Jihoon jelas bisa membaca gerakan bibir si lelaki dengan wibawa tinggi itu walau tanpa suara dan sialnya ia tidak dapat mengatakan apapun lagi selain terus menunduk sampai bulir bening itu jatuh kelantai

"Hyunsuk-" Ia jeda ucapannya untuk menetralisir rasa sakit pada rongga dada

"Aku belum memanggil mu dengan panggilan itu,jadi kumohon bangun"

"Kau menyuruhku untuk berjanji agar tidak meninggalkan mu sendiri aku akan menepati janji itu dan kuharap kau juga bisa melakukan hal yang sama"

Bahunya bergetar namun tak ada isakan yang terdengar, Jihoon pribadi yang kuat ia tidak akan pernah menangis dengan segala hal yang terjadi dan tangisan pada malam ini adalah tangisan pertama Jihoon sebagai remaja lima belas tahun

Bahunya bergetar namun tak ada isakan yang terdengar, Jihoon pribadi yang kuat ia tidak akan pernah menangis dengan segala hal yang terjadi dan tangisan pada malam ini adalah tangisan pertama Jihoon sebagai remaja lima belas tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued


This is my second story
Mungkin cerita ini bakal sedih sedikit and sorry for the poor writing, i hope you like it

Let's Save Each Other [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang