LSEO:Bagian 16

63 10 0
                                    

Jihoon tidak tahu mengapa ia bisa berada di ruangan luas tanpa penerangan sama sekali,tangannya meraba sekitar berharap menemukan sesuatu sebagai pegangannya. Namun nihil,ia justru tersungkur karena kakinya sendiri,sampai Jihoon yang hendak bangun itu menoleh pada tangan yang terulur

"Ayah" Ruangan yang semula hanya hitam berubah menjadi ruangan serba putih yang menyilaukan sampai menusuk mata

Seseorang yang dipanggil itu tersenyum,lantas menarik tangan Jihoon yang sudah menerima uluran tangannya

"Rindu Ayah heum?"

Tanpa dijawab pun Jinhwan- sang Ayah tahu jawabannya melalui pelukan hangat yang Jihoon berikan

"Tidak apa apa,Jihoon kuat. Hari ini Jihoon sudah bisa beristirahat"

Jihoon lepas pelukan,netranya menyelam kedalam netra hitam milik sang Ayah

"Ada yang ingin Jihoon tanyakan"

Jinhwan mengangguk

"Mengapa Jihoon disini? Bukankah seharusnya Jihoon berada di ladang bunga dengan sinar matahari hangat,lalu ditemani dengan suara sungai yang menenangkan,seperti drama atau cerita fiksi kebanyakan"

Jinhwan sedikit terkekeh,tangannya mengusak rambut putra tunggalnya gemas

"Jihoon masih ingin hidup?"

Pertanyaan yang tak langsung mendapat jawaban,lantas tangan Jihoon di genggam untuk mengelilingi ruangan serba putih itu

"Pikiran Jihoon,jiwa Jihoon masih terperangkap disini. Kau terlalu takut untuk mengambil langkah karena itu kau terperangkap disini"

"Jihoon ingin hidup. Jihoon ingin hidup Ayah"

"Jihoon,waktunya sudah habis. Sekarang waktunya pergi,hidup dengan Ayah disini"

Lantas keduanya beralih pada padang rumput yang Jihoon bayangkan,pakaiannya tidak serba hitam seperti sebelumnya,namun pakaian serba putih yang bersih begitupun dengan sang Ayah

"Di ujung sana masih banyak tempat indah lainnya,kita bisa makan makanan hangat seperti yang kamu bayangkan,kita bisa olahraga bersama,kita bisa melakukan hal yang belum pernah kita lakukan dulu"

"Hyunsuk" Jinhwan diam,ia cukup mengerti mengapa putranya terperangkap diruangan gelap itu selama berhari hari

"Jihoon ingin hidup karena Hyunsuk Ayah,Jihoon bahkan belum bertemu Hyunsuk,pertemuan terakhir kita tidak baik,Jihoon harus pastikan Hyunsuk baik baik saja

"Jihoon mempunyai janji untuk pergi ke sungai Han saat salju turun pertama kali,Jihoon juga ingin mengajak Hyunsuk ke photostudio dan ke tempat karaoke"

"Jihoon-"

"Jihoon ingin hidup Ayah"

"Tapi Jihoon sudah tidak bisa,Jihoon harus pergi bersama Ayah"

Jihoon terisak,airmata yang sedari tadi tertahan itu lolos begitu saja melewati pipi putih Jihoon,Jinhwan yang melihat itu jelas segera memeluk tubuh Jihoon,mengusap punggung bergetar milik putranya

"Jihoon ingin hidup tapi Jihoon juga rindu Ayah"

Yeonjun datang terengah,nafasnya memburu dengan wajah memerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yeonjun datang terengah,nafasnya memburu dengan wajah memerah. Disana,tepat diruang rawat Jihoon,Yeonjun bisa dengan jelas melihat Jaehyuk juga Junkyu yang saling memeluk dengan tangisan yang bergema diantara lorong rumah sakit,tangisan kehilangan yang tidak akan sembuh dalam waktu singkat

Kakinya dibawa melangkah lebih dekat,tak lama Jun dan Joshua- ayah Jaehyuk,kedua dokter yang selalu mengawasi perkembangan Jihoon itu keluar dengan wajah lelah juga penyesalan yang teramat dalam lewat netra keduanya

Yeonjun sudah cukup tahu,Yeonjun sudah cukup mengerti dengan apa yang terjadi didalam sana,maka dengan begitu saja ia terduduk dilantai rumah sakit,tangisannya saling bersahutan dengan tangisan milik Junkyu dan Jaehyuk

.

.

.

.

Proses pelepasan yang menyakitkan,pagi ini raga Jihoon sudah tidak bisa lagi mereka peluk,suara datar juga dingin Jihoon sudah tak bisa mereka dengar lagi. Jihoon pergi meninggalkan segala luka bagi teman temannya juga orang orang yang merasa menyesal karena tak sanggup mempertahankan eksistensi anak baik itu

Junkyu dan Jaehyuk terus berpegangan pada satu sama lain seolah memberi tanda bahwa tidak boleh ada yang pergi lagi,kedua remaja lelaki itu berjalan dengan lemas menuju mobil meninggalkan rumah terakhir salah satu temannya

Sampai esok harinya Junkyu dan Jaehyuk harus pergi ke sekolah. Netranya kembali memanas saat melihat bangku belakang dekat jendela,melihat meja itu sudah dipenuhi bunga bahkan sampai salah satunya ada yang jatuh kebawah

Junkyu ambil bunga yang terjatuh,ia letakkan dengan perlahan dengan senyum menyakitkan,tangannya terlihat bergetar,Junkyu sebisa mungkin menggigit bibir bawahnya untuk tak keluarkan isakan

Sampai wali kelas memberi salam,sampai waktu pulang berlalu,kelas yang sebelumnya selalu terasa ramai itu menjadi sepi,semua siswa siswi turut merasa kehilangan,walau Jihoon selalu bolos kelas dan datang dengan wajah babak belur namun lelaki itu juga yang seringkali membuat kelas lebih terasa ramai karena kenakalannya,yang selalu membuat para guru mengeluarkan nasihat yang sama setiap harinya

"Hari ini kau langsung pulang?" Junkyu mengangguk membalas pertanyaan Jaehyuk

"Aku sudah izin untuk tidak ikut les selama beberapa hari"

Jaehyuk mengangguk

"Setelah ini kita harus bersikap seperti biasa ya Junkyu karena Jihoon tidak akan suka jika kita terus seperti ini"

"Karena yang ditinggal pergi harus tetap melanjutkan hidup seperti biasa walau menyakitkan"

Jaehyuk tidak membalas karena lelaki Kim itu sudah masuk kedalam mobil jemputannya hingga tak lama ia menyusul saat mobil lainnya berhenti tepat di depannya

.

.

.

Mino telusuri lorong hotel dengan suara sepatu yang berirama,hingga ia buka pintu dengan no 137 perlahan,melihat Jennie yang bersandar pada kepala ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya

"Kau sudah merasa lebih baik?"

Tangannya ditempelkan pada kening Jennie

"Jihoon"

"Kita harus melepasnya"

"Aku menyesal,sungguh aku bahkan tidak tahu hal ini bisa terjadi,aku tidak pernah merencanakannya,aku hanya ingin-"

"Tidak apa apa" Mino tarik tubuh yang sudah mulai bergetar itu kedalam pelukannya

"Tidak apa apa Jen,aku yakin Jihoon mengerti"

Jennie sudah menangis hebat dengan dada naik turun,bahkan ia mencengkram kuat baju yang Mino kenakan

"Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidup,maaf karena aku pun terlambat memberitahumu kalau Jihoon pendonor untuk Hyunsuk"

"Aku sudah terlalu jahat padanya bukan hanya kepada Jihoon bahkan pada putraku sendiri"

"Kita jalani ini bersama heum? Tidak apa apa,apapun yang terjadi kita hadapi bersama,kita harus bisa menerima hukuman yang akan kita dapatkan nanti"

"Aku tidak sanggup bertemu Hyunsuk,aku tidak-"

Mino sama sekali tidak menjawab,jutaan kalimat penenang itu tersangkut di tenggorokan,karena sejatinya Mino pun takut akan reaksi yang akan Hyunsuk tunjukkan,bukan bagaimana Hyunsuk yang akan membenci mereka nantinya,melainkan bagaimana Hyunsuk yang akan menerima kenyataan bahwa Jihoon-nya pergi tanpa pamit,pergi ke tempat yang sulit dijangkau

Let's Save Each Other [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang