Jihoon tidak pernah tahu bahwa harinya saat ini adalah hari paling melelahkan,maksudnya- hidupnya memang selalu melelahkan namun tak pernah se melelahkan ini
Dimulai dengan Hyunsuk yang terus merengek karena ingin bermain,para penagih hutang yang masih terus meminta uang padanya ditambah dengan pukulan pukulan pada bagian tubuhnya,jangan lupakan pekerjaan paruh waktu di cafe dan toserba
Jihoon buka pintu rumah perlahan,ia segera baringkan tubuhnya di sofa,tangan kanannya digunakan untuk menutupi bagian matanya pun mulutnya tak henti hentinya keluarkan hela nafas kasar
Jujur saja,Jihoon pun ingin sekali hidup seperti anak anak seusianya,Jihoon sangat ingin pulang kerumah dengan keadaan lampu yang sudah dinyalakan,dengan meja makan yang sudah terisi makanan lalu disambut pelukan hangat ibu dan ayah.Jika hal itu terlalu serakah maka Jihoon hanya ingin sang ayah kembali kerumah,sang ayah kembali mengajaknya olahraga di pagi hari,maka dunianya tidak apa apa,dunianya akan baik baik saja jika ada ayah, dunianya tidak akan sesulit saat ini jika ada ayah,Jihoon hanya rindu,Jihoon hanya ingin pelukan ayah maka selebihnya tidak apa
Jihoon sudah terlalu lama hidup sendiri,hidup dengan di kejar penagih hutang sang ibu,hidup dengan memar yang tak pernah hilang,hidup dengan segala rasa lelah tanpa ada yang bisa menolong
Sekali saja,Jihoon hanya ingin sekali bersikap manja pada seseorang,sekali saja Jihoon ingin dipeluk,sekali saja Jihoon ingin bersikap layaknya seorang remaja labil yang keinginannya selalu di dengarkan,tidak perlu. Jihoon tidak perlu dituruti keinginannya,hanya cukup di dengarkan dan diberi nasihat kecil,maka ia tidak apa apa,ia akan mengangguk dengan patuh lalu pergi menyantap masakan ibu
Entah mengapa akhir akhir inipun hatinya selalu terasa sesak, emosinya tidak terkontrol hingga membuatnya selalu ingin menangis,namun Jihoon tidak boleh,Jihoon tidak boleh menangis karena ayah pun tidak pernah menangis,ayah tidak pernah menitikan airmata bahkan saat ibu pergi meninggalkan mereka dengan hutang yang menumpuk,ayah tidak pernah tunjukkan raut menyedihkan itu maka Jihoon akan menjadi seperti ayah,Jihoon akan menjadi pahlawan seperti ayah,pahlawan yang tak pernah menangis walau hal sulit terjadi
Jihoon nyaris saja memejamkan mata jika ponselnya tidak bergetar menandakan telepon masuk. Tidak tertera nama,jadi ia tidak ingin mengangkat panggilan karena takut itu adalah orang orang sang ibu lebih menyakitkannya lagi orang orang penagih hutang yang membutuhkan pelampiasan
Namun hingga beberapa panggilan yang tak terbalas nomor asing itu mengirimkan pesan,pesan yang mampu membuat jantungnya berdetak tak karuan,pesan yang mampu membuatnya berlari tanpa alas kaki,tidak peduli seberapa kasarnya aspal jalanan hingga membuat kakinya terluka,tidak peduli pada petir yang terus menyambar,Jihoon terus berlari,berlari ketempat dimana satu satunya orang berharga miliknya berada
Choi Hyunsuk,ia harus menemui Hyunsuk jika tidak ingin terjadi hal buruk pada lelaki mungil itu,namun semesta memang tak pernah berpihak pada Jihoon,semesta memang senang mempermainkan Jihoon, karena tepat saat lampu hijau menandakan pejalan kaki diperbolehkan menyeberang, mobil sedan hitam menabrak tubuhnya begitu saja
Sakit sekali,Jihoon bahkan bisa merasakan kepalanya pening luar biasa,ia bisa merasakan rambutnya basah,tubuhnya bahkan sulit digerakkan,mulutnya kelu bahkan hanya untuk mengucapkan satu kata
Jihoon tidak menerobos lampu jalan,Jihoon bahkan sudah berbaur dengan pejalan kaki lainnya,namun entah bagaimana mobil itu bisa menghantam tubuhnya
Jihoon menangis,disela rasa sakit itu Jihoon menangis sambil terus menggumamkan nama Hyunsuk
Hingga sirine ambulance membuatnya semakin pusing dan semakin membuat penglihatannya mengabur. Hingga kesadaran Jihoon mulai berbaur dengan kegelapan diantara lampu jalan,Jihoon tertidur,meninggalkan seseorang yang sedang membutuhkan pertolongannya
Hyunsuk terduduk dihadapan Jennie,berlutut untuk meluluhkan hati sang ibu yang sedang marah besar karena ia ketahuan dekat dengan Jihoon
Hyunsuk menangis sesenggukan dengan bahu bergetar, Hyunsuk berbicara dengan nafas tersengal. Yeonjun disana,melihat bagaimana lelaki kecil itu berusaha menarik atensi Jennie yang hanya menatap datar pada Hyunsuk yang sudah memegang kakinya
Yeonjun tidak diizinkan mendekat,ia tidak bisa karena tangannya pun ditahan oleh orang orang berjas hitam, Yeonjun pun turut merasakan rasa sakit yang Hyunsuk rasakan,sampai pintu ruangan dibuka kasar menimbulkan suara keras hingga orang orang disana tersentak
Yeonjun tersenyum. Mino,ayah Hyunsuk itu datang dengan aura tegas yang dimilikinya,berjalan dengan wibawa menuju dimana istri dan putranya berada
"Bangun Choi Hyunsuk"
Namun Hyunsuk hanya diam,ia tidak sanggup,Hyunsuk tidak sanggup untuk berdiri
"Kubilang bangun Choi"
"Da-daddy"
Suaranya nyaris tak terdengar,tubuhnya sudah sangat lemah karena menangis, lututnya pun terasa perih karena terlalu lama berlutut sampai akhirnya Hyunsuk ambruk,matanya terpejam mengundang pekikan dari Jennie namun saat tangan itu hendak menyentuh tubuh putranya tangannya sudah dicekal oleh Mino
"Yeonjun,bawa Hyunsuk ke kamar"
Atas perintah itu Yeonjun mampu melepaskan diri, Yeonjun segera berlari kearah tubuh yang sudah meringkuk kedinginan,Hyunsuk tidak tahan dingin,lelaki itu memiliki imun yang lemah dan ia justru berlutut di lantai selama berjam jam ditengah suhu pendingin ruangan yang mampu menusuk kulit
"Kau...Aku rasa kau harus kuberi tahu satu hal yang terus aku rahasiakan"
Mino memberikan amplop coklat pada Jennie lantas segera keluar untuk melihat kondisi Hyunsuk
"Temui aku jika sudah selesai membaca, itupun jika kau masih mempunyai rasa bersalah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Save Each Other [SELESAI]
Teen FictionHyunsuk dan Jihoon berjanji untuk saling melindungi namun hal tak terduga terjadi hingga menyebabkan keduanya harus berpisah antara hidup dan mati "Tidak apa apa jika kamu pergi kemanapun tapi jika kamu pergi ketempat yang tidak bisa aku jangkau,aku...