Jihoon memiliki banyak alasan untuk tidak melayangkan pukulan tangannya pada siapapun. Sekalipun orang orang itu yang memulainya terlebih dahulu,sekalipun Jihoon harus sekarat atas pukulan yang diterima. Ia tidak akan membalas namun berbeda jika sudah melibatkan orang terdekatnya,Jihoon tidak akan tinggal diam bahkan jika harus menghabisi nyawa orang itu
"Kau disini?"
Seruan itu membuat Jihoon menoleh hingga temukan eksistensi Jaehyuk yang berjalan kearahnya dengan senyum yang terpatri
"Hyunsuk tidak apa apa hanya saja Sunwoo..."
Kalimat itu terjeda,seolah sengaja memberi peringatan pada Jihoon
"Dia sedikit mengamuk padahal jelas sekali tidak apa apa,benar benar cengeng padahal hanya tulang hidungnya yang terluka"
Jihoon menatap terkejut pada Jaehyuk yang dengan santainya memejamkan mata
"Jae..."
"Sudahlah, Junkyu sudah mengatasinya kau tenang saja"
Jaehyuk menoleh pada Jihoon,ia sedikit tersenyum menenangkan
"Tidak apa apa Jihoon,kau hanya membela diri semua orang tahu itu dan lagi,kau mencoba membalas perbuatannya karena membuat Hyunsuk terluka"
Ah benar,Hyunsuk. Jihoon sempat lupa tentang luka yang diterima lelaki mungil itu
"Hyunsuk..."
"Sudah kubilang tidak apa apa,sebentar lagi juga dia kemari"
Dan benar,tepat setelah Jaehyuk mengatakan itu pintu rooftoop terbuka, menampilkan eksistensi Hyunsuk serta Junkyu
"Hallo dengan pangeran Junkyu disi...awww Jae..."
Junkyu menatap sangsi pada Jaehyuk yang dengan kurang ajar menendang tulang keringnya,selagi Junkyu dan Jaehyuk berseteru Jihoon menatap Hyunsuk yang terlihat menunduk agak jauh dari tempatnya berada
Jihoon tidak ingin menghampiri,ia takut jika Hyunsuk akan menolaknya namun tidak berapa lama kepala lelaki mungil itu mendongak dengan binaran mata yang terlihat sangat antusias
"Wah Jihoon kau hebat"
sampai seruan itu membuat ketiga orang disana tersentak bahkan Junkyu dan Jaehyuk pun terhenti dari perkelahian tak bermanfaat nya,tangan yang semula akan saling memukul itu turun perlahan namun tidak dengan si jahil Junkyu karena sebelum itu Junkyu sudah mencubit perut Jaehyuk,membuat sang korban memicing
"Kau hebat,sudah lama aku tidak melihatmu berkelahi"
Hyunsuk berjalan menghampiri,berdiri tepat didepan Jihoon
"Kau..."
"Hehe,aku bangga padamu Jihoon"
Bahkan kedua ibu jarinya terangkat,namun merasa belum puas dengan itu Hyunsuk membawa tangan Junkyu juga Jaehyuk untuk melakukan hal yang sama
"Enam ibu jari"
Senyum itu konyol sekali,sungguh.Terlebih dengan raut Junkyu juga Jaehyuk namun tanpa sadar Jihoon tersenyum,manis sekali sampai mata bulat itu hanya menampilkan garis indah
Ketiga orang itu ikut tertawa,untuk pertama kalinya Junkyu dan Jaehyuk melihat senyum indah yang dimiliki oleh Park Jihoon dan mereka merasa bangga,untuk pertama kalinya juga Jihoon merasa aman selain bersama Hyunsuk,jika memang Jihoon boleh mengutarakan permintaan maka Jihoon ingin meminta untuk menjaga ketiga orang itu, Jihoon ingin meminta untuk menjadi lebih kuat lagi karena sekarang ia memiliki dua orang lainnya yang harus ia jaga
Pekerjaan paruh waktunya sudah selesai, Jihoon tinggal bersiap untuk pulang dan mengistirahatkan tubuhnya. Namun sial, saat baru saja membuka pintu toserba tangannya ditarik sampai menuju gang sempit tidak jauh dari toserba
Orang orang berbadan besar dengan setelan hitam. Jihoon jelas tahu siapa mereka
"Nyonya memerintahkan kami untuk membawa tuan muda"
Jihoon menghela nafas,terlalu lelah untuk berkelahi terlebih tangannya terasa pegal karena memukuli Sunwoo siang tadi,belum lagi tangannya baru saja akan diistirahatkan setelah berjam jam bekerja
"Katakan pada nyonya kalian bahwa saya bukan tuan muda yang dimaksud"
"Park Jihoon..."
"Kalian tahu?"
Jihoon jeda ucapan untuk melihat wajah kedua orang itu dengan bantuan cahaya lampu jalan
"Saya sudah cukup lelah dikejar oleh penagih hutang dan tebak siapa yang berhutang? Benar sekali,nyonya kalian,jadi bukankah dia harus memiliki setidaknya sedikit hati nurani untuk membiarkan saya tinggal sendiri dan melunasi hutang hutangnya
"-Dan tolong beritahu sekali.lagi. pada nyonya kalian jika tidak ingin menyebarkan rumor tentang artis terkenal yang terlilit hutang maka tinggalkan saya, tinggalkan Park Jihoon"
Tegas sekali,apa yang Jihoon ucapkan sangat tegas matanya tajam menatap kedua orang disana,lalu beralih pada layar besar yang berada ditengah tengah gedung gedung besar
"Kalian tidak inginkan jika judul keren dengan 'Album baru Rose mencetak penjualan tertinggi dalam waktu satu hari' itu berubah menjadi 'artis terkenal Rose terlilit hutang ratusan juta won dan membiarkan putra tunggalnya membayar seorang diri' "
Wajah menantang itu membuat kedua orang disana berlalu,benar. Park Jihoon memang selalu kalah jika berkaitan dengan orang orang penagih hutang. Namun Park Jihoon jelas bukan orang bodoh yang harus tinggal dengan sang ibu dan melarikan diri dari kejaran orang orang itu,hidup sebagai putra dari artis terkenal dan dijadikan bahan untuk menambah ketenaran sang ibu
Menghela nafas,Jihoon kembali melanjutkan langkah menuju rumah, namun tiba tiba saja hujan turun dan sialnya ia sudah terlalu jauh dari toserba dan tidak membawa payung
Jihoon melihat sekitar,semua orang yang berlalu lalang segera memakai payung mereka.Jihoon terlihat bodoh saat ini, lagipula salahnya juga tidak melihat perkiraan cuaca
Tidak ingin memperdebatkan hujan yang turun Jihoon tetap melangkah,berjalan ditengah guyuran hujan. Lagipula itu tidak terlalu buruk,Jihoon juga bukan anak lemah yang akan langsung terkena demam- walaupun ia sangat membenci hujan.
sampai akhirnya bukan hujan yang membuat Jihoon sakit. Melainkan bagaimana para penagih hutang itu kembali datang mengunjungi rumahnya,dengan pakaian serba hitam juga payung hitam yang terlihat mengerikan,mereka seperti malaikat maut namun jika benar mereka malaikat maut Jihoon tidak masalah karena itu terdengar lebih baik
"Sekarang bukan....." Ucapannya sudah terdengar tidak jelas,bahkan Jihoon bisa merasakan rasa anyir pada indera perasanya. Jihoon terbatuk dengan mengeluarkan darah
"Waktunya untuk membayar hutang"
Jihoon sebisa mungkin sadar, tangannya memegang perut bagian kirinya yang sempat di injak
"Memang bukan,namun ada seseorang yang membuat kami kesal dan sepertinya kau target yang pas untuk meredakan kekesalan kami"
Jihoon muak sekali melihat wajah wajah itu,dengan susah payah Jihoon bangun namun tenaganya tak sanggup hingga membuatnya kembali terbaring di aspal yang sudah basah,jangan lupakan hujan deras yang masih mengguyur kota
"Kalian..."
Tidak Jihoon,kau harus bangun dan membalas mereka karena ini sudah keterlaluan,kau tidak bisa terus diam
"Kasihan sekali,kami pergi ya semoga ada yang menolongmu"
Seiring dengan langkah penagih hutang yang semakin menjauh semakin Jihoon tak sanggup untuk membuka mata,perut bagian kirinya terasa menyakitkan ditambah dengan batuk yang mengeluarkan darah
"PARK JIHOON"
Bahkan disaat seperti inipun entah mengapa Jihoon bisa mendengar suara Hyunsuk dengan jelas,hingga mata bulat itu terpejam tanpa sadar tubuhnya pun sudah berada dalam dekap hangat seseorang
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Save Each Other [SELESAI]
Teen FictionHyunsuk dan Jihoon berjanji untuk saling melindungi namun hal tak terduga terjadi hingga menyebabkan keduanya harus berpisah antara hidup dan mati "Tidak apa apa jika kamu pergi kemanapun tapi jika kamu pergi ketempat yang tidak bisa aku jangkau,aku...