Aku merebahkan tubuh setelah seharian bekerja,melepas lelah. Kupandangi foto yang selalu terpajang di kamarku.
Tiba-tiba ponselku berbunyi,terdapat nama kekasihku. Aku baru ingat jika kami sempat bertengkar tadi. Aku segera saja mematikan ponselku. Entah kenapa sifatnya hari ini begitu kekanakan,aku tak terlalu suka dengan sikapnya hari ini. Aku menghela napas kemudian segera beranjak untuk menuju ke kamar mandi. Tiba-tiba aku merasa gerah,mengingat nama Gean mampiu membuat emosiku memuncak.
suara sesegukan terdengar dari arah dapur,kebetulan kamar mandi di rumahku dekat dengan dapur. Aku sedikit merinding karena hari sudah petang dan akhirnya aku hanya mencuci muka. Aku menghentikan langkah begitu merasa suara itu tak asing di pendengaranku.
Disya!
aku berlari masuk,kemudian terlihat Disya meringkuk di bawah lantai sembari memegang perutnya. Aku panik dan segera mendekat. Meraihnya menuju pelukan.
''Kenapa kamu bisa kaya gini?''tanyaku yang tentu Disya tak akan bisa menjawabnya. Seluruh badan Disya panas dan itu sanggup membuatku kehilangan sebagian dari diriku. Aku berpikir keras bagaimana cara membawa Disya karena aku tidak memiliki kendaraan. Taksi online bukan pilihan karena hari sudah sangat larut.
akhirnya aku menurunkan ego untuk menghubungi Kean,memintanya untuk datang ke rumah dan membawa kami ke rumah sakit.
Setelah Kean datang,lelaki itu segera membawa Disya dan aku mengikuti dari belakang,lelaki itu membawa mobil entah punya siapa.
Aku terus mengenggam tangan mungilnya,dia semakin mengigil dengan wajah pucat pasi.
''Tunggu sebentar ya sayang,kita akan sampai.''
''Sakit...kak,''lirih Disya yang bahkan aku harus menajamkan pendengaranku untuk mendengarnya. Airmataku luruh,mengapa aku bisa kembali mendengar suara Disya tapi dalam bentuk rintihan seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kecilku Tidak Bisu (Selesai)
Short StorySemua orang mengatakan dia tak bisa bicara,mereka tak pernah lebih tau dari aku... kakaknya.