Aku menghela,akhirnya setelah seharian ini bekerja,aku bisa bernapas dengan lega.
Bekerja menjadi seorang pelayan cafe cukup banyak membuatku harus ekstra sabar menghadapi semua orang.
"Rizka!" Aku menoleh,tersenyum begitu mendapati sosok pria yang menjadi tambatan hatiku selama tiga tahun ini.
Aku tersenyum cukup lebar,seraya melambai kearahnya.
"Kamu tumben banget gak telat jemput aku?"godaku setelah sampai di hadapannya.
Kean cemberut,setelahnya menarikku untuk naik keatas motornya.
"Kenapa gak jawab pertanyaan aku?"ucapku kala Kean hanya diam.
"Karena aku gak ngerasa telat jemput kamu,itu mah cafenya yang tutupnya kecepetan!" Aku tersenyum,Kean memang manis jika sedang marah seperti ini.
"Ayo pulang."
Kean segera melajukkan motornya hingga sampai dihadapan rumahku.
"Mau mampir?"tanyaku kepada Kean yang sedang memperhatikanku.
"Boleh."
Aku segera membuka pintu dan terlihatlah Disya yang menatap kosong jendela. Aku tersenyum perlahan mulai menghampirinya.
"Disya,"panggilku. Namun, tak ada sahutan. Disya hanya menoleh kemudian kembali menatap jendela. Aku mengikuti arah pandangnya dan ia sedang menatap Kean.
"Kak Kean mampir, Disya mau bantuin Kakak bikin minum?"tanyaku seraya merapikan rambut Disya.
Disya menggeleng kemudian berlari ke kamarnya. Dadaku sakit begitu mengingat Disya tak terlalu menyukai Kean.
"Kenapa?"tanya Kean begitu aku hanya menatap nanar dirinya.
Aku segera menggeleng, tak ingin Kean merasa tak enak.
"Gapapa." Disya, aku harap kamu bisa menyukai Kean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kecilku Tidak Bisu (Selesai)
Cerita PendekSemua orang mengatakan dia tak bisa bicara,mereka tak pernah lebih tau dari aku... kakaknya.