Aku meringkuk didepan Disya yang kini terbaring. Terus menerus menyalahkan diriku sendiri akibat kelalaian yang telah kuperbuat. Aku merasa semakin tidak berguna begitu mendengar bahwa Disya mengalami diare selama beberapa hari.
Kemana saja aku selama ini?
Aku menangis tersedu seraya menutup wajahu dengan tangan mungilnya. Dapat kurasakan rintihan pelan Disya. Aku terus merutuk sampai dapat kurasakan sentuhan tangan seseorang pada kepalaku. Aku mendongak dan terkejut ketika mendapati Ibu sedang tersenyum kearahku.
"Ibu..." Senyuman itu semakin lebar dan aku hanya mampu mematung. Betapa besar rasa rinduku pada Ibu. Aku tak mampu hidup tanpa Ibu,aku tak bisa menjlani hari-hariku tanpanya.
"Kamu hebat.''
Aku tersenyum mendengarnya,aku sangat ingin mengatakan jika aku lelah dengan semuanya. aku ingin ibu ada di samping kami,disya masih membutuhkan sosok ibu.
''Aku kangen,''lirihku yang kini berdiri,memeluk tubuh ibu yang begitu dingin. jika saja aku boleh meminta,tolong bawa aku bersama ibu.
''gadis kuat,ayah tahu kamu mampu melakukan semuanya,''tutur ayah yang tiba-tiba ada di samping ibu. betapa aku sangat merindukan suara merka berdua yang kini ada di hdapanku. aku sangat bersyukur bisa kembali mendengar suara khas ayah.
''maafin aku,aku nggak bisa jaga disya.''
terdengar kekehan ayah yang sanggup membuat hatiku menghangat. ayah mencubit pipiku lalu mengelusnya,''jangan berkata seperti itu,kamu sudah melalukan yang terbaik.''
Aku bsemakin terisak,namun tiba-tiba aku merasa seseorang mengelus suraiku dan aku terbangun. Ternyata aku hanya mimpi. Aku mendapati Disya yang sedang menatapku.
''Cepet sembuh sayang,maaf kakak nggak bisa jadi kakak yang baik buat kamu.''
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kecilku Tidak Bisu (Selesai)
Short StorySemua orang mengatakan dia tak bisa bicara,mereka tak pernah lebih tau dari aku... kakaknya.