3. the first week after his departure

386 32 1
                                    

Tak terasa sudah terhitung satu minggu semenjak kepergian dhafi untuk selamanya Nyonya muthia dan tuan prakash pun perlahan lahan mulai mengikhlaskan kepergian putra sulungnya. Namun meski begitu kepergiannya terkadang masih membuat shani murung dan sedih, entahlah shani sekarang menjadi semakin awkward saat bersama karez karena ia yang lebih sering murung ketimbang menjalin komunikasi atau kedekatan dengan karez.

Kini waktu menunjukan pukul 10:17 malam namun, sepertinya rasa kantuk belum menyerang
shani untuk tidur. Ia hanya berdiri dibalik jendela menghadap lurus pada balcon dan menatap langit yang dihiasi bintang yang indah ditengah gelapnya malam, ia terus menatap langit dengan tatapan kosongnya Hingga satu tepukan dibahunya pun menyadarkannya dari lamunan.

"Maaf jika saya lancang masuk begitu saja, soalnya tadi saya melihat pintu kamar kamu sedikit terbuka dan saya ingin menutupnya tapi saya malah melihat kamu yang sedang melamun" ucap karez namun shani tak menjawabnya

"Mau sampai kapan kamu seperti ini, papa dan bunda saya saja sudah mengikhlaskannya, apa kamu masih belum bisa?" Sambung karez

"Kamu gak ngerti gimana rasanya" ucap shani

"Aku masih belum terima aja kalo dia kabur dari acara dan pergi untuk selamanya" ucap shani

"Saya mengerti rasanya. Saya mengerti kamu sangat mencintai kakak saya, tapi kamu juga harus ingat bahwa didalam tubuh kamu itu bukan cuma ada jiwa kamu tapi juga ada jiwa malaikat kecil yang sedang berkembang didalam perut kamu" ucap karez

"So ikhlasin pelan-pelan, saya yakin bahwa kakak saya diatas juga sedih karna kamu seperti ini" sambung karez

"Akan aku coba, pelan-pelan.." ucap shani lirih

"Good, yaudah sekarang kamu tidur tidak baik ibu hamil malam-malam masih terjaga" ucap karez seraya ingin berbalik keluar

"Karez" panggil shani saat karez hampir membuka pintu kamar

"Ya, ada butuh sesuatu?" Ucap karez

"Eum, aku boleh minta.." ucap shani menjeda kalimatnya

"Minta?" Ucap karez

"Minta kamu tidur disini" ucapnya cepat berharap karez tak mendengarnya

Karez pun hanya diam tak menjawab ucapan shani, shani yang dibuat seperti itu pun merasa takut, takut jika karez marah padanya

"Ayok" ucap karez seraya berjalan ke sisi kasur

"Hah" beo shani

"Ayok, katanya mau saya temenin?" Ucap karez

"Sini shani, saya tidak mau ya babynya lelah karna kamu berdiri terus" sambung karez seraya menarik lengan shani untuk duduk disisi ranjang

Karez pun segera mutar ke sisi sampingnya dan segera merebahkan tubuhnya

"Ada apa lagi, kamu masih butuh sesuatu?" Tanya karez karna shani yang tak juga merebahkan dirinya

"G-gak, yaudah ayok tidur. Terima kasih dan maaf ngerepotin" ucap shani seraya merebahkan tubuhnya disamping karez

"Your well" ucap karez

Mereka berdua pun tidur dengan shani yang membelakangi karez dan karez yang menghadap ke shani. Merasa tak ada suara shani pun memberanikan diri untuk menghadap karez dan betapa terkejutnya ia bahwa karez tidur dengan menghadap ke arah dirinya

Shani pun tak langsung merem ia memilih untuk memandang wajah karez sebentar. Dilihat wajah karez yang tetap tampan meski sedang tidur sekalipun

"Ganteng" gumam shani tersenyum seraya memandangi wajah karez

An Out Of Blue MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang