60

659 60 2
                                    

Tengah malam. Jaehyun kembali mengendap endap ke dapur untuk mencari makanan sisa. Ia membuka kulkasnya pelan pelan, dan mengambil kotak makan yang tersimpan di sana. Jaehyun langsung membawanya ke meja makan, mengambil alat makannya dan langsung melahapnya sampai habis.

Aktivitas Jaehyun selalu terpantau oleh si kembar dari balkon lantai atas. Mereka mengawasi, jika Jaehyun tertangkap, maka mereka bisa langsung menyelamatkan nya. Si kembar tak kuasa melihat kakaknya yang harus makan sambil bersembunyi seperti saat ini, dia terlihat seperti maling yang berusaha mencuri makanan.

Setelah menghabiskan seluruh makanan sisa itu, seperti biasa Jaehyun mencucinya, menghilangkan jejak atas perbuatannya lalu setelah itu, dia kembali ke kamar dengan perutnya yang kenyang. Setelah memastikan Jaehyun masuk kedalam kamarnya tanpa ada permasalahan sedikitpun, si kembar juga kembali ke kamar mereka masing masing.

Keesokan paginya. Seperti biasa, mereka sarapan bersama. Dan Jaehyun harus mendapatkan porsi makan yang sedikit. Jeno muak melihat kakaknya harus diperlakukan seperti ini, hendak akan mengeluarkan suaranya, Jaehyun telah terlebih dahulu menahan adiknya.

Selesai sarapan, mereka menuju ke mobil mereka masing-masing yang akan mengantarkan tujuan mereka. Yunho pergi terlebih dahulu bersama Boa, istrinya. Lalu setelah itu, Jaehyun. Sebelum Jaehyun dibiarkan masuk, Jeno menahan lengan kakaknya terlebih dahulu "kau bisa makan lagi sebelum berangkat" katanya.

Jaehyun tersenyum tipis mendengarnya. Ia senang adiknya peduli dengan keadaannya "tidak apa apa, aku bisa makan di kantin kampus"jawabnya.

"Dan membiarkan mu celaka lagi?!" Jaemin menyahut, sambil memberikan tatapan tajam pada Jaehyun. Pemuda februari itu tercenung mendengar pertanyaan adiknya.

"Kembalilah masuk, dan makan! Kami akan menemanimu!" Imbuh Jeno. Jaehyun segera menggeleng kan kepalanya, ia tak setuju dengan pendapat adik adiknya "tidak! Kalian bisa telat! Nanti ibu akan menambah hukuman kalian, aku tidak suka"

"Dan kami juga tidak suka mendengar kau celaka, di saat kami tak bisa menolong mu!" Jaemin meninggikan nada bicaranya. "Dengar Jaehyun, kami benar benar khawatir akan keadaanmu sekarang! Kami tidak bisa tinggal diam saat kau terluka! Menurutlah dengan kami!" Imbuhnya.

"Aku... Tidak apa apa... Jika kalian menemani ku masuk kedalam, kalian bisa telat. Kalian bisa terkena marah ayah dan ibu" ucapnya sambil kepala menunduk.

Jaemin kembali ingin mendebat perkataan kakaknya, tapi Jeno sudah lebih dahulu menahannya "baiklah kalau begitu, terserah katamu saja!" Jeno kesal lantaran kakaknya terus menolak pertolongan mereka. Ia langsung masuk kedalam mobilnya dan Jaemin pun menyusul. Mobil si kembar melaju terlebih dahulu meninggalkan Jaehyun sendirian.

Sesampainya di kampus, seperti hari kemarin, Jaehyun mampir terlebih dahulu ke minimarket untuk membeli beberapa roti dan minuman. Ia berencana akan memakannya lagi dikelas.

Di kelas, duduk di bangkunya. Mengambil roti yang baru saja ia beli, membuka bungkusnya lalu memakannya. Jaehyun makan dengan begitu rakusnya membuat kedua pipinya mengembung. Sambil makan, Jaehyun mengeluarkan beberapa bukunya, mempersiapkan untuk jam  perkuliahan nanti.

Selesai perkuliahan sesi pertama, Jaehyun dan Doyoung duduk di taman kampus. Doyoung menunjukkan kotak bekalnya kepada sahabatnya sesuai janji kemarin yang akan membuat bekal untuk Jaehyun. Si valentine nampak berbinar begitu Doyoung membuka satu persatu penutup kotak bekalnya, ia sudah tidak tahan ingin melahap langsung makanan yang ada di depannya.

"Makanlah" katanya.

Jaehyun menatap binar Doyoung "selamat makan!" Lalu memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya. Mengunyahnya dengan penuh kenikmatan, lalu menelannya dengan perasaan puas dan bahagia. "Wah... Ini enak sekali! Kau sendiri yang membuatnya?" Tanyanya lalu memasukkan lagi satu suapan ke dalam mulutnya.

"Sebenarnya... Itu masakan ibu ku" jawabnya, dengan gugup.

"Waah... Ibu mu pandai memasak ternyata"

"Iya, tapi..."

"Tapi kenapa?"

Saat Doyoung akan kembali berbicara, muncul sebuah tangan dari samping kepala Jaehyun. Menahan tangannya agar tak memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Kedua sahabat itu terfokus pada tangan itu, lalu melihat nya sampai ke asalnya yang ternyata tangan itu adalah milik Kan Seulgi.

Seulgi mengukir senyum lebarnya "sayang, jika kau terus makan sebanyak ini, tidak akan membuat berat badan mu turun" ucapnya dengan nada manja.

Jaehyun menenggak ludahnya dan termangu, sedangkan Doyoung menatap kesal pada wanita itu. Seulgi merebut sendok yang berisi makanan dari tangan Jaehyun lalu meletakkan nya kembali ke asalnya. Lalu wanita itu mengambil posisi duduk di samping Jaehyun, tanpa melepaskan cengkraman tangannya. "Kau jangan seperti ini, sayang. Makanan makanan ini tidak baik untuk mu" Seulgi mencondongkan tubuhnya, mendekatkan bibirnya ke telinga Jaehyun "siapa tahu, ada racun di dalamnya" bisiknya yang masih bisa didengar oleh Doyoung.

Tentu saja Doyoung kesal mendengarnya, wanita yang duduk di samping sahabat nya itu telah menghina masakan ibunya. Hendak Doyoung bersuara tetapi "jaga bicara mu, Kang Seulgi!" Jaehyun telah terlebih dahulu melakukannya.

Doyoung dan Seulgi terkejut mendengar nya, begitupun dengan Jeno yang turut mendengar dari kejauhan. "Kau tidak bisa menghina masakan orang begitu saja! Tidak mungkin Doyoung akan melakukan itu kepada ku!" Jaehyun bangkit dari duduknya, melepaskan dan menjauhkan diri dari Seulgi.

"Kau tak bisa melarang ku untuk makan sepuas ku! Ini perutku, dan tubuh ku. Kau tidak bisa mengaturnya! Jangan hanya karena hubungan orang tua kita dekat, kau jadi seperti ini, Kang Seulgi! Jika kau ingin menikahi orang dengan tubuh yang sempurna, menikahlah dengan binaragawan!" Setelah Jaehyun mengeluarkan segala keluh kesahnya pada Seulgi, ia merapikan semua kotak bekal itu lalu menarik lengan sahabatnya "ayo Doyoung! Kita pergi dari sini!"

Kedua sahabat itu langsung meninggalkan Seulgi begitu saja tanpa memberikan wanita itu untuk berbicara. Jaehyun merasa lega pada setiap langkahnya telah melimpah kan semua yang sudah lama ia tahan. Kini mereka berhenti di kantin kampus, duduk berhadapan di sana dan Jaehyun kembali membuka kotak kotak bekal itu. Doyoung menatap kagum Jaehyun yang telah berani membentak musuhnya, tak biasanya sahabatnya melakukan itu, sampai sampai Doyoung tak mengedipkan kedua matanya.

Jaehyun kembali fokus pada makanannya tanpa memperdulikan tatapan Doyoung. Ia ingin makan dengan tenang dan khidmat. Kembali Jaehyun memasukkan makanan makanan itu kedalam mulutnya, sampai menggembung pipinya dan hal itu mengundang kegemasan bagi Doyoung.

Makanlah yang banyak, sampai kau dan kedua bayi mu kenyang.

Di lain tempat, Jeno mengepalkan kedua tangannya setelah mendengar kejadian hari ini. Kang Seulgi benar benar mahir memancing keributan, ingin sekali Jeno membinasakan wanita itu dengan cara keji tak peduli jika Jaehyun membencinya atau tidak, yang terpenting wanita itu tak lagi berada di sisi Jaehyun.

"Kang Seulgi"

Our HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang