Bukan rahasia umum lagi kalau setiap kota besar tidak punya jam tidur. Hiruk pikuk manusia di dalamnya tidak akan berhenti, karena disaat sebagian besar dari mereka beristirahat yang lainnya bangun dan bekerja.
Mereka yang beraktifitas dibawah sinar matahari tidak akan tahu apa yang lainnya lakukan saat sang mentari tenggelam, dalam gelapnya malam.
Sebuah bangunan besar di depanku tampak begitu gemerlap dengan segala lampunya. Tulisan besar bercahaya itu mengatakan identitas gedung itu yang adalah sebuah hotel.
Ini adalah sedikit contoh dari apa yang kukatakan tadi. Hotel yang mulai ramai saat malam sudah larut. Untuk masuk kedalamnya diperlukan kode rahasia, yang harganya cukup lumayan. Hanya manusia berduit banyak yang bisa menikmati keindahan hotel ini.
Dan aku juga, tidak susah bagiku untuk mengumpulkan uang, dengan sedikit pesonaku aku sudah mendapatkan tiket masukku ke acara hebat didalam sana.
Manusia takluk oleh kertas bernominal. Aku dituntun pekerja disini yang ramah dan tampan, dia mengantarku ke suatu kamar di hotel ini, dimana kegiatan itu akan berlangsung.
Aku memberikannya tip karena pantatnya cukup montok, kemudian membuka pintu dan masuk kedalam sana.
Didalam pencahayaan remang remang dengan lampu sorot berwarna warni berkedap kedip, musik disko langsung menghantam telingaku sementara hidungku dijejali bau minuman keras.
Rasanya hidungku berjengit dan mataku berkunang kunang. Akhh... Kelakuan manusia, tidak bisakah mereka bersemang senang dengan cara yang sedikit lebih elegan?
Ini yang mereka bilang pesta gemerlap mewah?
Didalam sudah ada banyak orang dan mereka terbagi menjadi dua kelompok. Yang satu adalah mereka yang berpakaian rapih, berjas, berduit, berwajah jelek dan berperut buncit. Sementara yang satunya adalah mereka yang punya badan bagus, laki laki maupun perempuan yang punya badan memenuhi kriteria enak dipandang, mereka berpakaian terbuka nan menggoda. Dan mereka liar didalam sini, semuanya tidak malu untuk mempertontonkan organ privasi mereka atau melakukan hal hal seksual yang menurunkan harga diri mereka.
Mereka dikuasai si kertas bernominal. Menggadaikan badan mereka demi sejumlah uang.
Menyedihkan, bahkan untukku. Suatu saat kupastikan akan menghentikan permainan belakang ini. Tapi aku tidak bodoh juga, bisnis semacam ini akan terus ada dan berkembang selama manusia ada dimuka bumi. Menghilangkan semuanya adalah mustahil, tapi menggilas mereka satu persatu juga mungkin saja.
Tapi itu urusan nanti, akan kuselesaikan secara bertahap.
Begitu aku masuk aku langsung dikerubungi para penjajah badan ini. Kebanyakan para perempuan yang melekukan badannya sedemikian rupa sambil menggodaku, mereka benar benar centil, tangan mereka tidak bisa diam menggerayangi areanya sendiri dan setiap ucapannya selalu diselingi desahan kegagalan.
Orang lain mungkin akan langsung bersemangat, namun aku tidak, sejujurnya aku malah agak merasa jijik dan banyak merasa iba. Beberapa kali aku punya tugas untuk menghukum laki laki yang merendahkan atau melecehkan perempuan, melihat hal seperti ini membuatku merasa gagal.
Mereka semua pergi saat aku bilang kalau mereka bukan arahku.
Kamudian giliran para lelaki berotot yang mengelilingiku. Aku tidak bisa menahan bibirku untuk tidak tersenyum menyambut kedatangan mereka.
Seperti yang kubilang, level para pekerja disini adalah yang terbaik. Mereka benar benar mengurus tubuh mereka sebaik mungkin. Buktinya adalah ini, semua laki laki yang mengerubungiku punya badan sempurna dalam kelasnya masing masing, mereka semua berotot dan mereka pandai membuat wajah mereka menawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Higher Than The Top
Short Story"Who's higher than the top? That's me." Aku datang kepada mereka, bermacam macam latar belakang dan masalah. Aku mengatasi mereka dengan caraku sendiri, kadang dengan hukuman, tak jarang juga dengan berkah. Yang manapun tidak terlalu beda, semuanya...