"Dari tadi dia liatin?" Seru si polisi, dia tidak meledak ledak tapi sepertinya sedikit marah.
Aku berkata dengan tenang sementara memandang Serta, teman satu selku itu tanpa sadar sudah memanjakan batang kontolnya ketika melihat adegan langsung di depannya, dan saat aku panggil tadi, Serta sedang berusaha mencari tahu bagaimana rasanya merasakan nikmat dari belakang. "Ya... Tadi siang dia katanya pengen liat langsung."
Baik Serta maupun si polisi tidak berkata lagi. Mereka saling lirik, Serta terlihat canggung dan segera menarik tangannya keluar dari celananya sendiri, dan si polisi yang masih terbogol dalam posisi menantang, merapatkan pahanya, malu bagian vitalnya Serta lihat.
"Nah, karena sekarang kita bertiga, jadi ayok. Kita main bareng bareng."
Serta terkejut, dia melirikku dengan alis terangkat. "Kenapa? Bang Serta penasaran kan, gimana rasanya main sama cowok? Jadi sekalian aja, lagian makin banyak makin baik."
Dia tidak sempat mengutarakan pertanyaannya tentang bagaimana aku bisa tahu isi hatinya karena si polisi yang terkapar tanpa busana dibawah sudah membuka mulut.
"Main sama dia?!" Nadanya seolah olah ideku buruk sekali. "Nggak mau gue... " Matanya sekilas melirik ke selangkangan Serta dan langsung saja menyimpulkan, "... Kontolnya kecil... "
Raut wajah Serta berubah tak suka, sedikit mengingatkan kepada orang yang memukuliku di sel ini. "Berisik lu, lonte! Tinggal ngangkang juga!"
"Ngomong apa lu, Anjing!" berang si polisi, matanya melirikku dengan kebencian pada Serta yang berkobar kobar, "Lepasin borgol gue, sayang, mau gue pukul tuh napi sialan! Sini lu anjing!"
Belum sempat aku menangani, Serta sudah memanas manasi keadaan. Dia tersenyum mengejek dan membungkuk untuk menunjukan ekspresi menjengkelkannya ke si polisi. "Mau pukul pukulan? Ayok! Maju sini lu, polisi lonte! Bangun dari borgol mainan aja nggak bisa, banyak gaya mau mukulin orang!"
Si polisi mengumpat keras keras. Padahal seharusnya aku yang marah, borgol mainan? Lancang sekali.
Akhirnya aku turun tangan, tanganku mencegah Serta menghajar si polisi dengan cara menahannya di dada. Pria gagah seksi ini hilang kontrol saat si polisi membawa masa lalunya.
"Udah udah... Kalian apa apaan sih?! Kayak anak kecil!" Dua pria yang badannya lebih besar dariku itu patuh dan menciut saat aku bentak.
Aku mendecak menyesal, "Saya padahal lagi pengen banget main bertiga, udah lama nggak begitu. Tapi malah kelihatannya kalian berdua nggak mau... Ya udah lah... "
Aku berlutut mengeluarkan kontolku, bersiap mengucurkan kunci untuk membuka ikatan itu. "Ck, padahal besok saya udah keluar sini. Hahh... Saya kira malam terakhir saya disini bakal berkesan... Terlalu banyak berharap saya... "
Serta dan si polisi saling tatap. Si napi sudah membuka mulut, tapi kata kata sudah terlebih dahulu meluncur dari si polisi, "Aku nggak tau besok kamu pergi."
Aku mengangkat bahu, tanpa kata kata kontolku menyemburkan air keputihan kental, banyak yang menjatuhi wajah tampan kebingungan si polisi dan ada yang berhasil menyentuh gembok di tangannya, membukanya seketika.
"Serius lu pergi besok?" Tuntun Serta.
Aku mengangguk lemah, "Iya... Yang ngejeblosin saya kesini udah narik tuntutannya tadi siang."
Kemarahan menguap di wajah berantakan tapi seksi punya Serta, dia memandangku tanpa kedip sampai matanya berair. Hatinya jengkel karena selama ini terlalu banyak berpikir dan kurang berani sampai akhirnya melewatkan banyak kesempatan untuk lebih dekatku. Dan tidak ada yang bisa kulakukan karena memang sudah jalannya, penyesalan akan selalu datang diakhir dan lagi... Aku sendiri yang menghendaki ini, hihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Higher Than The Top
Historia Corta"Who's higher than the top? That's me." Aku datang kepada mereka, bermacam macam latar belakang dan masalah. Aku mengatasi mereka dengan caraku sendiri, kadang dengan hukuman, tak jarang juga dengan berkah. Yang manapun tidak terlalu beda, semuanya...