Get out 2

613 27 9
                                    

Lucu melihat laki laki yang badannya besar berotot memandang takjub tangannya sendiri, seolah olah bagian tubuh itu baru saja dimilikinya.

Aku menjatuhkan badanku ke tubuh Hudson yang masih tepar, ah, lupa, badan disampingku bukan punya Hudson. Tapi karena masih ada kaitannya dengan semua ini, maka seoonggok daging dan tulang ini juga menjadi tanggung jawabku, aku rengkuh dia, memasukannya ke dalam pelukanku sambil tanganku membelai pantatnya. Ini akan menyembuhkan segala kerusakan yang sudah Hudson lakukan ke badan malang ini ini.

Dasar Hudson, mau enak tapi tidak mau rugi. Ingin bermain melewati batas, tapi bersembunyi dibalik badan orang lain, pengecut sekali.

Pandanganku sekarang aku arahkan ke Hudson yang menatapku dengan kagum, mata merahnya melebar dan mulutnya sekarang terkatup rapat, dia menolehkan wajahnya yang memerah saat aku menaikan alisku.

Aku membelai tubuh malang di sampingku dan berujar, "Ada yang mau diomongin bang Hudson?"

Tanpa menoleh kepadaku, punggung kekar itu bergetar, "Kamu... Kamu mau bunuh aku?"

Menjadi lebih sopan dan segan, seperti banyak orang lain saat tahu sedang berhadapan dengan siapa. Hahah, tapi apa katanya tadi? Membunuh?

"Enggak, saya nggak ngebunuh."

Hening beberapa saat. Aku membuang waktu dengan menatap wajah laki laki di depanku, sekarang dia tidak lagi terlihat tampan walau wajahnya sekilas masih sama seperti beberapa menit lalu. Kehadiran Hudson di tubuh pria ini jelas mempengaruhi penampilannya, dia memberi pesonanya secara tak langsung ke tubuh ini. Makanya sekarang ketika dia sudah keluar, pria ini menjadi ya... Pria biasa.

"Kalo gitu... Sa-saya pasti dihukum kan?"

Aku tersenyum dan menempelkan bibirku ke wajah di depanku, menciumnya di tengah ketidaksadarannya supaya dia merasa bahagia saat bangun nanti. Untuk menjawab Hudson aku hanya terkekeh kecil, walau Hudson cukup tahu bagaimana aku bertugas, tapi untuk memahami pemikiranku dia jelas masih terlampau jauh.

"Sa- saya nggak percaya bisa ketemu anda... "

Sementara cukup untuk menangani tubuh tak bersalah ini, maka aku bangkit dan duduk juga di tepi kasur. Disamping, dengan ada jarak, aku merasakan badan Hudson bergerak bergetar takut.

"Nggak usah terlalu formal juga, ngomong biasa aja sama gue, kek sebelumnya."

Aku suka kepada Hudson yang langsung mematuhi apa yang kukatakan tanpa bertanya walau dia sendiri merasa bingung dan aneh. Dia berusaha tertawa keras walau masih terdengar canggung, "Hahahahah... Gue nggak nyangka bisa ketemu lu, gue kira lu cuma mitos!"

Aku menggeser pantat untuk bisa menjajarinya, tanganku aku taruh di bahu Hudson, membuatnya bergidik ngeri, respon yang berlebihan padahal aku cuma ingin bicara santai dengannya. "Kalo gue mitos, lu sendiri apa? Hahah ada ada aja lu, orang orang termasuk yang barusan lu masukin juga nganggep lu mitos."

Hudson tertawa lagi, agak lebih bebas. Dan aku mengiringinya dengan tertawa juga, selain ini menghangatkan suasana, karena hal kecil ini Hudson juga menjadi lebih nyaman. Dia tidak lagi berpikir aku orang jahat yang akan melukainya.

Aku menurunkan punggung dan menyangga badan dengan telapak tangan, membentuk gestur santai. "Jadi kenapa?"

Laki laki yang sekarang aura seksinya lebih menguar itu sudah tahu apa yang kubicarakan, dia terlihat sedang berpikir serius.

"Nggak usah cari alasan, saya udah tahu semuanya. Cuma kepengen denger langsung dari mulut bang Hudson aja."

Setelah dia kuberikan lagi senyumku barulah mulutnya berani bercerita, "Ya... Nggak ada alasan khususnya sih... Eh maaf, enaknya say- ergh maksud gue, enaknya gue panggil lu apa ya?"

Higher Than The Top Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang