Celah dari salah satu gedung perkantoran membentuk satu gang kecil, gang yang tidak benar benar gang karena ujungnya selalu buntu, disana biasanya ada tempat sampah besar rumah kucing dan anjing liar, kadang gelandangan juga tidur disana, dan ada juga walau jarang, penjahat kelamin bersembunyi disana.
Aku memperhatikan dari atasa sini, di depanku ada dua gedung pencakar langit yang berhimpitan dan membentuk gang kecil.
Gang itu sudah cukup melegenda, konon katanya, kalau ada wanita berani masuk ke dalam gang itu, dia tidak akan keluar baik baik saja. Didalam gang itu, bersembunyi di kegelapan, seorang predator bersembunyi disana.
Dia kan melahap makanan apapun yang masuk ke sarangnya, entah itu para pegawai kantor yang mencari jalan memutar cepat, atau seorang gadis yang baru pulang berbelanja, kalau bertemu orang itu, sudah bisa dipastikan pakaian mereka akan compang camping dan selangkangan mereka akan basah.
Malam ini akan kujinakan predator liar itu. Ah akan ku sebut dia anjing liar, bukan bermaksud menghina, aku suka anjing, dan dia liar. Anjing liar cocok untuknya.
Desas desus yang kudengar tak pernah sekalipun membahas apa yang akan terjadi kalau laki laki yang memasuki gang ini. Dugaanku, orang yang menjadikan gang itu tempat makan, tidak doyan barang punya lelaki.
Ah, padahal punya lelaki itu nikmat. Baiklah, akan kutunjukan padanya.
Deskripsi gang khas daerah metropolitan benar benar sesuai dengan tempat ini. Dua gedung jejer berhimpit menyisakan jalan yang paling punya lebar sekitar enam meter, paving bloknya kusam dan beberapanya bahkan retak, sangat jauh berbeda yang didepan sana yang bersih kinclong dan terawat.
Banyak sampah kertas dan plastik berhamburan, sisa makanan pun turut ada dan meramaikan situasi dengan bau semerbaknya. Ada satu buah tempat sampah besar yang salah satu penutupnya sudah tidak ada, dari sana tumpukan sampah manusia menggunung, sangat menjijikan.
Aku yakin selain fisik yang terluka, para korban predator ini juga mengalami tekanan bathin yang cukup kuat. Maksudku dipaksa menyerahkan tubuhnya untuk dikotori ditempat lusuh dan menjijikan ini? Hal itu pasti sangat memalukan.
Hal yang memiriskan lagi adalah njing luar ini bodoh dan kotor. Dia selalu mamastikan spermanya menuju tempat yang hangat dan nyaman alih alih membuang benda menjijikan itu jauh jauh. Akhirnya beberapa korbannya terpaksa mengandung anaknya, semua dari mereka setuju untuk melenyapkan nyawa anak malang itu sebelum dirinya menyapa dunia luar.
Banyak nyawa tak berdosa yang tidak tau apa apa yang menjadi korban dia juga. Memang benar benar anjing.
Aku berjalan santai sambil bersiul, kedua tanganku menyatu dibelakang sementara aku memandang ke atas ke langit malam yang kelam.
Aku tahu, di samping tempat sampah itu dia berada. Kehadiranku sudah diketahuinya juga, namun seperti yang kubilang, dia tidak merespon karena aku memang bukan mangsanya.
Dia yang jadi mangsaku kali ini.
Satu kaleng minuman ringan kutendang, kaleng itu melambung melewati tempat sampah dan mendarat tepat di kepalanya.
Dia masih diam bersembunyi, agak kesal tapi memilih diam. Karena dia tidak tertarik padaku.
Aku mengujinya lagi, kali ini kubuat satu batu kerikil berukuran cukup besar menyasar kepalanya.
"Hei!" Dan umpanku berhasil, dia keluar.
Namanya Toro. Pria berusia tiga puluh dua tahun. Badannya cukup besar dan berotot dan dia bisa bela diri
Badan bagus dan punya kekuatan malah digunakan untuk menindas yang lemah demi kepuasan pribadi. Toro memang bajingan.
Para wanita melihatnya sebagai sosok lelaki kasar berpenampilan urak urakan, karena Toro memang tidak masuk standar tampan berani kebanyakan wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Higher Than The Top
Storie brevi"Who's higher than the top? That's me." Aku datang kepada mereka, bermacam macam latar belakang dan masalah. Aku mengatasi mereka dengan caraku sendiri, kadang dengan hukuman, tak jarang juga dengan berkah. Yang manapun tidak terlalu beda, semuanya...