Malam belum larut. Langit diatas kota ini tidak berbintang, kelip diatas sana hanya helikopter atau benda angkasa buatan manusia lainnya.
Kota kecil yang punya jam tidur larut. Hembusan angin malam menyambutnya ketika pertama kali melangkahkan kaki keluar dari rumah kumuh persembunyian.
Ya, untuk mendukung kegiatannya si pria gagah sampai membeli rumah kumuh dipinggiran kota seperti ini. Agak lucu dan ironis sebenarnya, tempat yang dia niatkan untuk menahan mangsanya malah mengurung dirinya sendiri, hahah!
"Ayok keluar!" Aku tarik rantai dan Rakan mulai menunjukan dirinya, badannya menjulang dan telanjang, diterpa hembusan angin malam yang dingin senjatanya sangat terlihat lucu ketika mengkerut.
"Sekarang kita jalan jalan... " Seruku sembari mulai melangkahkan kaki sambil menyeret peliharaan kesayanganku ini.
Disepanjang jalan kami menelusuri terotoar, kepala Rakan tidak pernah tidak tertunduk. Kedua lengannya menutupi kemaluannya mati matian sampai aku yakin cengkramannya bisa meninggalkan luka di bendanya itu.
Walau begitu dia tetap menurutiku dengan melangkahkan kakinya di belakangku. Rakan menutup matanya hampir setiap saat karena merasa malu akan keadaannya yang seperti ini, dia hanya mengandalkan tarikan rantaiku di lehernya sebagai navigasinya.
Aku yang gemas akan tingkah sok malunya terpikirkan ide jahil. Dengan sengaja aku berjalan terlalu dekat dengan tiang lampu pinggir jalan, kalau Rakan masih tidak membuka matanya dia akan menghantam tiang ini dengan keras saat melewatinya nanti.
Dan...
Tung...
Ah.... Bunyinya renyah dan memuaskan, hampir sama merdunya dengan desahan laki laki gagah saat pertama kali merasakan nikmatnya kontolku.
Benturan itu cukup keras karena si tiang lampu sendiri sampai bergetar getar. Rakan terjungkal kebelakang sebagai sebab pertemuan dahinya dengan batang besi itu, kedua tangannya terlepas dari kemaluannya, menampakan batang kontolnya yang terjatuh menjuntai lemah.
"Aarrgghh... " Dan karena jatuhnya terduduk, maka secara tidak langsung bagian ekor Rakan terduduki dan didalamnya melesak maju.
Batang yang menjuntai menjadi tegang, dan lolongan kesakitannya bisa diartikan yang lain... "Aarrgghh... "
Karena aku majikan yang baik maka aku mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.l, lagipula bukan bagian Rakan untuk melakukan hal enak di depan umum, yang seperti itu sudah aku jadwalkan untuk yang lain.
"Makanya kalo jalan liat liat!" Rakan membuka mata, menelusuri sekelilingnya yang dipenuhi manusia yang sibuk dengan kegiatannya masing masing, kebanyakan dari mereka berlalu lalang entah dari mana atau menuju ke mana.
Raut wajahnya penuh tanda tanya, dia kebingungan karena walau warga kota terkenal invidualis, tapi seharusnya tidak sampai seperti ini juga.
Maksudnya, serius? Saat ini dirinya telanjang bulat, seseorang yang melihat ini seharusnya memberi respon.
Rakan melihat perempuan muda berjalan melewatinya, dan dia tidak tampak terganggu sama sekali dengan penampakan Rakan. Si perempuan tetap berjalan bergegas, tidak berteriak kencang walau Rakan secara sengaja menyingkirkan tangannya dari kemaluannya.
Aaahhh... Manusia memang mudah bingung.
Aku menarik rantai dalam genggamanku, mengisyaratkan Rakan untuk lanjut berjalan. Sadar dia tidak akan bisa menikmati jalan jalan ini kalau terus penasaran maka aku memberinya sedikit kelonggaran, "kamu boleh ngomong-"
Dia hampir berseru sebelum kemudian aku melanjutkan kalimatku tanpa menoleh lagi kepadanya, "-tapi tetep harus ada guguknya."
"Kenapa?... Nggak ada yang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Higher Than The Top
Short Story"Who's higher than the top? That's me." Aku datang kepada mereka, bermacam macam latar belakang dan masalah. Aku mengatasi mereka dengan caraku sendiri, kadang dengan hukuman, tak jarang juga dengan berkah. Yang manapun tidak terlalu beda, semuanya...