Wagging tail

1K 31 15
                                    


Ada beberapa kasus dimana seseorang tiba tiba menghilang.

Beberapa yang beruntung bisa ditemukan, yang sial tidak. Ada beberapa kasus bagaimana para manusia ini bisa tiba tiba tidak terlihat lagi, salah satunya seperti ini.

Oh tidak, bukan aku. Aku tidak menculik manusia. Walau aku ingin sejujurnya, tapi kode etikku melarang. Dan lagipula untuk apa menculik kalau aku bisa menemui mereka kapanpun aku mau?

Aku sekarang sedang berjalan sendirian di trotoar dalam suatu kota kecil. Langkah kakiku membawaku ke samping tembok usang yang banyak tertempel selembaran, salah satu dari lembaran kertas itu menarik atensiku.

Disana tertulis pemberitahuan kalau seseorang baru saja hilang. Dia seorang perempuan dan dari selembaran itu mencakup informasi tentang wanita itu, dilengkapi dengan foto terkahirnya ada biodata diri juga. Dari keterangan aku tahu kalau dia baru hilang tiga hari, cukup lama sebetulnya.

Perempuan didalam gambar adalah seseorang berambut pirang, rambutnya itu bergelombang dan tampak indah tapi sepertinya hanya bagian tubuh itu yang menurutku bagus, yang lain dari wajahnya... Kelihatan biasa saja, jangan salahkan aku, itu pendapat pribadi. Seandainya aku menjadi penculik, aku tidak akan membuang waktu untuk bermain dengan wanita macam itu, sejujurnya dari pada menangkap dan menyekap gadis biasa saja seperti dia aku lebih memilih menangkap para pria gagah berotot yang punya bagian belakang menonjol. Sekali lagi ini cuma masalah selera.

Aku masih sedang berandai andai apa yang akan kulakukan andai kata aku boleh menculik manusia ketika bunyi sesuatu yang cukup heboh mengalihkan pandanganku. Terlihat beberapa meter di belakangku, sesorang laki laki paruh baya yang tampaknya baru saja pulang dari kantor berjalan tergesa gesa. Tunggu, dia tidak berjalan, baru saja dia menendang sesuatu dari balik gang, dan sampai di trotoar pun kakinya masih menendang sesuatu yang hanya bisa meringik perihatin itu.

Dia menendang seekor anjing. Dan baru berhenti setelah makhluk malang itu bisa berlari kabur.

Sekilas aku melihat penampilannya, dia mengenakan setelan jas kantoran, dan dari postur tubuhnya terlihat kalau badannya tegap, besar dan tinggi. Wajahnya menyiratkan dingin dan wibawa yang terlalu mencekam, aku berani bertaruh seseorang yang gemar menyapa semua orang pun akan berpikir dua kali untuk menegur pria yang satu ini.

Dia sadar aku memperhatikan gerak geriknya, dan responnya hanya kembali memasang wajah kaku dan berlalu begitu saja melewatiku. Dan walau hanya terjadi beberapa mili detik, dia melirik poster tentang sang perempuan yang hilang.

Dia tidak tahu bahwa sebenarnya aku tahu kalau dia terlibat dengan hilangnya orang itu. Dan dia pun tidak akan menyangka kalau aku akan terlibat dalam hidupnya, dan juga melibatkan makhluk yang baru saja dia siksa.

***

Aku sekarang berada di sebuah tempat yang tampaknya adalah ruang bawah tanah suatu rumah. Mengabaikan semua barang barang yang berserakan disini, aku langsung tertuju ke pojok ruangan. Dimana di sudut yang tidak terjangkau cahaya temaram lampu murahan, seseorang berada.

Ada satu tiang disana yang digelangi sebuah rantai besi. Dan benda itu bergemrincing saat aku mendekat.

Aku mengabaikan jeritan histerisnya dan tetap bergerak membuka rantai itu dengan kunci yang sudah aku punya. Ketika rantai terlepas sosok yang sema terkekang langsung berlari, dia tampaknya tidak tahu kemana harus melangkah karena pada akhirnya dia hanya berputar putar di ruangan ini.

Aku menyuruhnya untuk berhenti tapi dia tidak juga diam.

Apa yang ada dalam selembaran itu? Baju kuning? Rambut pirang, mata biru, dahi lebar dan tanda lahir berupa tahi lalat dipunggung. Kesemuanya ada pada perempuan ini, tidak salah lagi inilah si perempuan yang hilang.

Higher Than The Top Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang