Ini adalah hari dimana aku menjadi murid baru. Lagi. Berpikir akan membuat masalah karena kesulitan dalam mengontrol emosi. Melakukan beberapa tragedi berdarah dan ...
...PYU!!
Aku akan dikeluarkan dari sekolah. Lagi.
Tapi, sebelum aku berangkat sekolah, sebuah pesan wassap muncul dinotifikasi layar hp.
Jika kamu membuat masalah lagi di sekolah barumu, Kali Ini aku benar-benar akan memaksamu pulang bahkan jika perlu menculikmu dan akan kujebloskan kamu ke sekolah asrama!!!!'
Sial.
Tentu saja itu chat dari mak lampir, maksudku ibuku tersayang. Aku yakin dia tidak bercanda soal pernyataannya barusan. Karena ini adalah pindahanku yang keempat kali selama duduk dibangku SMA.
Jika ditanya bagaimana bisa, tentu saja karena kenakalanku yang membuat kerusuhan dan beberapa korban di sekolah lamaku. Entah bersikap kurang ajar kepada guru, pembullyan kepada orang yang lebih lemah dariku, merokok, ketahuan melakukan seks dengan perempuan, dan serentetan kasus yang dipandang buruk oleh kedua orang tuaku.
Tapi tenang saja. Aku tidak pernah melakukan tindak kriminal seperti mencuri, membunuh, dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Sejujurnya, alasanku memilih SMA UA, karena aku ingin mengubah diriku. Demi seseorang yang telah lama hinggap di hatiku. Namun, karena kesalahanku, sosok itu telah pergi meninggalkanku.
Kuutarakan keinginanku kepada kedua orang tua dan kepala sekolah, walhasil mereka mendukung keinginanku. Berharap aku bisa menjadi lebih berguna di masa depan.
Memasuki ruang kelas yang baru, aku memilih duduk di bangku paling belakang pojok kanan dekat jendela.
Mendudukkan pantat, aku merasakan beberapa tatapan aneh mengarah padaku.
Mata sialan. Minta dicolok, hah??
Ingin rasanya aku berteriak dan menghajar mereka satu persatu, tapi kutahan sebisa mungkin demi kelangsungan hidupku di sekolah ini. Mencoba tidak peduli, jadi kubalas saja mereka dengan tatapan tajam dan lihatlah! Mereka langsung menunduk dan mengalihkan tatapan dariku.
Berusaja berhasil mendinginkan kepala, seorang bocah berambut aneh menghampiriku membuat orang-orang kembali menatapku atau lebih tepatnya kami dengan tatapan menyebalkan mereka. Tidak cukup sampai di situ. Mereka bahkan berbisik entah apa.
Dia terus menatapku. Kubalas dengan tatapan serupa seraya menyilangkan kaki ke atas meja.
"Apa??" Tanyaku tak tahan lagi dengan tatapan dari manik dua warna itu.
"Kau murid kehormatan?"
Akhirnya buka suara juga. Mendorongku untuk menyeringai dan dengan bangga berujar,
"Aku tak peduli apa julukanku di sini, tapi kau bisa memanggilku Bakugou. Kau sendiri, siapa namamu?"
Remaja berambut aneh tak menjawab. Terus memandangiku dengan ekspresi datar super menyebalkan.
"Oi?!" Tegurku tak tahan lagi. Sememesona apakah diriku ini sampai-sampai laki-laki saja bisa membeku karenaku??
Kata 'oi' itu menyadarkan dia dari lamunan. Segera menggeleng lantas mendudukkan pantat di bangku sebelahku tanpa menjawab pertanyaanku.
Kesal karena diabaikan, aku mendecakkan lidah cukup keras. Dasar.
"Eham," dia berdeham, "aku Todoroki Shouto, utusan kepala sekolah yang akan membantumu supaya terbiasa di sekolah ini. Jadi, mohon kerjasamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Screen
FanfictionKatsuki Bakugou tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia benci menjelma menjadi orang yang paling ia sayangi. Perjuangannya menyatakan cinta terhenti karena rasa gengsi setinggi gunung dan tidak pekanya objek yang ia cintai. akankah Katsuki b...