Chapter 19. Sweet Like Honey

280 23 16
                                    

Mereka duduk di ruang tamu Katsuki, mengerjakan tugas masing-masing. Obrolan tentang seks gay sudah lama terabaikan.

"Apa yang terjadi?"

Todoroki mendongak dari mengerjakan soal, menatap Katsuki dengan mata dua warnanya, "Apa yang terjadi apa?"

"Kamu menghilang selama satu pekan. Apa yang terjadi?"

"Aku tidak hilang," Todoroki tampak cemberut. "Aku berada di rumah--"

"Maksudku--!" bentak Katsuki memotong Todoroki. Butuh kesabaran ekstra mengobrol dengan bajingan setengah-setengah yang sangat padat ini. Terlebih untuk orang dengan sumbu pendek seperti Katsuki, dia harus siap kehabisan suara saking seringnya berteriak. Sialnya Todoroki sama sekali tidak terpengaruh dengan teriakan dan amarahnya. "Kau tidak mengganggu hidup berhargaku selama seminggu terakhir ini. Apa yang terjadi di rumahmu?!"

Pertanyaan 'kenapa tidak datang ke apartemenku dan kenapa tidak menelepon atau mengirimiku pesan' tersangkut di tenggorokan. Mana sudi Katsuki melontarkannya.

"Oh." Manik tidak serasi Halfie berkedip lambat. "Jadi selama ini aku mengganggumu?"

"Fuck!" habis sudah kesabaran Katsuki, ia pun segera menukar lembar jawabnya dengan milik Todoroki. "Lupakan saja pertanyaanku."

Sebelum Katsuki sempat mengoreksi lembar jawab Halfie, si empunya lebih dulu menariknya kembali. "Aku belum selesai," jelasnya seraya membalik halaman dan kembali mengerjakan sambil bergumam, "Kalau kamu ingin tahu kenapa aku tidak menghubungimu selama sepekan ini, jawabannya adalah: aku sakit."

"Peduli setan," tukas Katsuki, memilih bersandar ke sofa dan memejamkan mata, mengabaikan rasa bersalah yang menggerogoti pikiran. Halfie sakit sementara Katsuki tidak mengetahuinya. Teman macam apa dia ini?

Katsuki ingin bertanya, sakit apa? Bagaimana kondisimu sekarang? Apakah kau istirahat dengan benar? Namun yang keluar dari mulut justru, "Mau kau sakit, pingsan, atau mati sekalipun aku mana peduli."

Katsuki menunggu komentar Todoroki namun beberapa detik berlalu hening, jadi Katsuki membuka mata dan duduk tegak menghadap si kepala permen tongkat. "Brengsek, kau dengar aku tidak?"

"Aku sudah selesai." Todoroki mengabaikan pertanyaan Katsuki, menukar kertas mereka dan berkata tanpa menoleh ke arah pemuda pirang, "Jadi, apa jawaban nomor 1?"

Mendengus, Katsuki menyambar kertas Halfie. Mereka saling mengoreksi dan lanjut mengerjakan tugas lainnya hingga jam di dinding menunjuk angka satu. Bertepatan dengan Halfie yang meletakkan pena kemudian merogoh Tote bag mengeluarkan sebungkus mie instan. Katsuki seratus persen yakin bahwa Todoroki diam-diam membeli barang itu tanpa sepengetahuan orang tua dan kakak-kakaknya.

"Katsuki, aku pinjam dapurmu."

"Tidak."

"Kenapa?"

"Tidak ingin kau menyalakan alarm kebakaran lagi sehingga mengundang para tetangga."

"Permisi? Aku hanya ingin memasak soba dingin."

"Kalau yang kau maksud memasak soba adalah menuangkan air panas ke dalam mangkuk berisi makanan sampah di tanganmu itu, maka aku melarangnya."

Black ScreenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang