Akhir musim semi di tahun kedua sekolah menengah, adalah awal dari bangkitnya emosi dan perasaanku.
Hari itu, kepala sekolah memintaku mengurus seorang murid baru. Beliau menyebutnya sebagai murid kehormatan. Karena dia mampu mendapat beasiswa dan dukungan penuh dari sekolah ini, SMA bergengsi UA.
Mr. Nezf, kepala sekolah UA juga berkata bahwa murid baru itu memiliki sedikit masalah dengan tata krama dan kedisiplinan. Maka dari itu beliau menasihatiku untuk sedikit bersabar dalam menghadapinya.
Mungkin akan sedikit merepotkan. Pikirku selama berjalan menuju kelas, ingin menemui murid kehormatan itu.
Dari mulut pintu, aku melihat seseorang duduk di kursi pojok kanan paling belakang. Itu adalah bangku yang biasa aku duduki.
Aku melangkah ke arahnya. Seketika bisikan -bisikan terdengar begitu aku berdiri tepat di depan orang asing itu. Siapa pun pasti akan terheran-heran dengan orang asing tersebut karena selama ini, tidak ada satu pun yang berani duduk di sebelahku apalagi menduduki kursiku. Mungkin mereka takut dengan diriku yang terkenal dingin dan introvert, atau mungkin karena alasan yang entah, Aku sendiri tidak memiliki teman untuk menanyakan alasannya.
Kutatap ia dengan wajah datar, dia balas menatapku dengan tatapan tajam selagi duduk menyilangkan kaki di atas meja.
"Apa?" Suara serak dan berat khas remaja mengalun bersama manik merah ruby yang kian menajam.
"Kau murid kehormatan?" Tanyaku tak berniat duduk terlebih dahulu.
Pria pirang menyeringai, auranya cukup menyeramkan. Namun kuakui kalau dia itu tampan dan ... seksi?? Sejenak aku tertegun. Tanpa sadar mencermatinya dari ujung rambut hingga perut. Sayang, bagian bawah tertutup meja.
Otot bisep terekspos lantaran lengan kemeja yang pendek tak mampu menutupinya. Pun otot dada nampak menggiurkan karena kancing kemeja atasnya terbuka.
"Aku tak peduli apa julukanku di sini, tapi kau bisa memanggilku Bakugou. Kau sendiri, siapa namamu?"
"Oi?!" Tegurnya karena aku tak menjawab pertanyaannya.
Kata 'oi' itu menyadarkanku dari lamunan. Aku segera menggeleng dan reflek mendudukkan pantat di bangku sebelah Katsuki tanpa menjawab pertanyaanya.
Aku bisa mendengar decakkan keras dari Katsuki. Ah, dia pasti mengira kalau aku sombong dan meremehkan dia.
"Eham," Aku berdeham, "aku Todoroki Shouto, utusan kepala sekolah yang akan membantumu supaya terbiasa di sekolah ini. Jadi, mohon kerjasamanya."
Jeda sejenak. Katsuki sepertinya enggan merespon sapaanku.
"Sebenarnya aku tidak membutuhkanmu, tapi terserahlah."
Itu saja. Perkenalan yang cukup kaku. Untung saja pak guru Aizawa datang tak lama kemudian untuk membuka kelas dan memperkenalkan Katsuki kepada murid-murid yang lain.
Kuperhatikan Katsuki tidak menyimak guru di depan. Ia sibuk sendiri dengan mencorat-coret sesuatu atau menengok keluar jendela. Dan jika sudah bosan, dia akan menenggelamkan kepala ke lengan yang terlipat rapi di atas meja. Memulai mimpi indah dalam tidur nyenyak, seolah tak peduli dengan guru yang mengajar.
Seperti ini kah murid kehormatan yang dibangga-banggakan Mr. Nezf??
Aku sungguh tak menyangka bagaimana bisa sekolah bergengsi ini memilih orang seperti Katsuki Bakugo. Tak ingin kehilangan fokusku lebih lama, kuhilangkan pikiran-pikiran mengganggu tentang orang di sampingku ini.
***
Bel istirahat berbunyi pertanda pelajaran berakhir. Pak guru Aizawa segera menutup pelajaran dan pergi keluar kelas diikuti para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Screen
FanficKatsuki Bakugou tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia benci menjelma menjadi orang yang paling ia sayangi. Perjuangannya menyatakan cinta terhenti karena rasa gengsi setinggi gunung dan tidak pekanya objek yang ia cintai. akankah Katsuki b...