Chapter 05. Red Tie

389 44 5
                                    

Beberapa hari setelah perjanjian menyebalkan dengan Shouto Todoroki, Katsuki semakin menunjukkan sikap kesalnya kepada Shouto. Baik di kelas, di kantin, bahkan saat pelajaran olahraga di lapangan.

Shouto sadar bahwa Katsuki memberikannya tatapan sengit, tapi apa daya? Kulkas 1000 pintu itu tidak akan peduli dengan lingkungan sekitarnya dan hal tersebut semakin membuat Katsuki Bakugou muak.

Menengok ke belakang, pagi ini Shouto mencegatnya di mulut pintu kelas XIB. Tanpa permisi mendekati Katsuki. Memasukkan kancing kemeja. Merapikan kerah. Merogoh saku kemejanya sendiri untuk kemudian mengeluarkan dasi merah seragam UA. Sama seperti kemarin, pemuda bermarga Todoroki mengalungkan dasi tersebut di bawah kerah Katsuki dan menyimpulnya dengan teramat rapi.

Naasnya, diperlakukan seperti ini, Katsuki hanya bisa diam dan membiarkan Shouto lanjut menyisir rambut pirang.

"Sudah selesai." Tuturnya sebelum membalik badan dan duduk tenang di kursinya. Sedangkan Katsuki melongo tak percaya sampai Eijiro menepuk bahunya dari belakang.

"Pagi, Bakubro! Wow, tumben rapi."

Eijiro berbisik di telinga Katsuki, "pasti mau nembak cewek, ya?"

"Nembak cewek dengkulmu! Aku hanya-argh!! Ayo masuk!"

Sambil menyeret Eijiro ke dalam kelas, Katsuki terus menatap tajam Shouto yang kini memainkan ponsel.

"ARGGH!! MAU DIA APA, SIH??!"

Katsuki mengacak rambutnya kesal. Dia Baru saja menghempaskan tubuh ke atas ranjang, malam hari setelah balapan liar bersama rekan-rekan satu geng.

Hari ini dia kalah telak gara-gara kepalanya dipenuhi oleh si setengah-setengah Shouto Todoroki.

Menarik dasi merah di atas nakas, Katsuki memandangi dasi tersebut sambil menggumam, "dasi kelima yang dia berikan setelah satu minggu aku sekolah di UA. Dia punya berapa sih? Jangan-jangan dia menyetok berlusin-lusin dasi??"

Mendesah lelah, Katsuki memasukkan dasi tersebut ke dalam loker meja belajar. Menyimpannya bersama empat dasi lain.

"Senin besok dapat lagi tidak, ya?" Monolognya lantas berjalan menuju dapur. Membuka lemari pendingin. Meraih dua butir telur. Memecahkannya di atas panci yang berisi ramen yang tengah direbus. Disusul potongan sawi dan beberapa potongan sayuran.

Selesai menyiapkan makan malam, Katsuki duduk manis di atas sofa sambil menonton acara di televisi. Baru seruputan pertama, ia mendengar notifikasi handphonnya berbunyi.

Pemuda pirang pun segera menekan ponsel membaca pesan dari nomor tidak dikenal.

Besok hari libur. Waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas present mic

Katsuki mengerutkan kening.

Siapa

Todoroki Shouto

Kita kerjakan sendiri-sendiri

Ini tugas kelompok
Kita harus jujur

Peduli setan
Kau saja yang kerjakan
C

uma merekam wawancara kan



Kita harus bekerja sama
Dimana sikap sportifmu
Kau laki-laki kan


Brengsek

Besok kutunggu di kafe xx
Kita akan mewawancarai salah satu pelayan di sana

Black ScreenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang