Biar aku mulai ceritaku dari awal. Dari mulai pertemuanku dengannya.
Saat itu, aku baru saja menjalani kuliah di semester 6 sebuah universitas di Jogja, aku nggak akan beritahu di mana pastinya, takut disomasi. Sebenarnya kala itu harusnya aku libur kuliah, tapi karena ada kewajiban KKN, jadi aku mengorbankan waktu liburku untuk kegiatan 50 hari tersebut. Tidak terlalu lama, karena kebetulan kepentok dengan libur hari raya Idul Fitri.
Aku bersyukur karena mendapat lokasi KKN di kota. Jadi tidak perlu menempuh jarak yang jauh. Ada 11 orang dalam kelompok kami, 6 laki-laki, 5 perempuan, kelompok kami berasal dari jurusan IT, bahasa/sastra, psikologi, hukum, dan ilmu komunikasi, memang jurusan yang lebih cocok untuk di tempatkan di kota, karena ilmunya memang lebih mudah diterapkan pada masyarakat perkotaan yang umumnya mempunyai tingkat pendidikan yang mumpuni.
Aku sebagai tipe si bubur ayam seperti yang kalian tahu, tentu akan menjadi orang yang sangat ramah, hangat, radiance saat pertama kali ketemu sama mereka semua. Aku dengan rajinnya nulis daftar kontak semua anggotaku, dan menghubunginya satu-persatu, ku kirimkan pesan dengan template sama pada mereka semua.
Assalamu'alaikum
Hai, Aku Juniel, jurusan Sastra Inggris
Aku satu kelompok KKN dengan kalian yang lokasinya di xxx.
Kapan kita bisa ketemu untuk membahas program kelompok kita?Tentu semua orang membalasnya dengan ramah, karena mereka semua butuh program KKN mereka sukses, dan karena ada yang membuka obrolan tentu tinggal di sambut saja seperti air yang menyambut gayung. Sukses dengan mudah aku mengumpulkan mereka di halaman rumput kampus tempat banyak kelompok lain juga melakukan hal yang sama. Aku, tentu saja tidak ingin terlihat sok leader, jadi diam-diam saja, dan lebih memilih berkenalan dengan cewek yang duduk di sebelahku. Sayangnya dia berbicara terlalu kencang, hingga anggota lain menoleh ke arahku.
"Oh, jadi kamu Juniel, yang ngumpulin kita di sini?"
Aku hanya meringis saja. Berharap di notice, tapi juga nggak mau kelihatan sok leader.
"Iya, silakan yang cowok-cowok, biasanya kan ketua kelompok itu cowok. Yuk, siapa tahu ada yang mau menyampaikan sesuatu." Kataku pada mereka.
"Kamu aja lah, kan kamu yang ngumpulin kita semua, lagian ketua nggak mesti cowok kan." Kata salah satu anggota yang, jujur aku lupa siapa namanya sekarang, mari sebut saja namanya Abiel, cowok jurusan IT. Mereka semua hanya mengangguk meng-iya-kan. Karena nggak ada yang mau angkat bicara. Biar aku yang lanjutkan.
"Oke, assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh"
Langsung di jawab serentak ya kan.
"Kita mulai dari perkenalan saja dulu. Sebutakan nama, jurusan , semester berapa." Kataku
Aku nggak akan sebutkan nama asli mereka ya, jadi kita anggap saja begini. 6 laki-laki: Dayat, Erwan, Reza, Abiel, Dimas, Doni__nama macam apa itu?__.
5 perempuan: Juniel, Sahara, Rini, Tika dan Nuna.Sore itu kami semua membahas dari penunjukan ketua, wakil, bendahara, sekretaris, humas, dokumentasi, logistik. Lalu menuju ke pengaturan berangkat ke lokasi, karena tidak semua dari kami mempunyai kendaraan pribadi, menentukan waktu survey, memperkirakan biaya iuran kelompok dan lain sebagainya.
Aku, tentu saja nggak mau jadi ketua, karena nggak mau di sebut sok leader dan sangat paham dengan sifat bubur ayamku, jika aku sudah lelah bersama mereka, aku akan berubah jadi si dingin, si anyep, si hambar, nggak cocok lah jadi ketua. Lalu, aku memilih ikut Dimas, si jurusan biologi buat pergi ke lokasi KKN nantinya. Bukan karena dia ganteng ya guys, tapi karena dia cantik, maksudnya nih, wajahnya kemayu, dan sepertinya dia tipe cowok yang lebih nyaman bergaul dengan cewek. Kalau gitu kan, menurut perkiraanku dia nggak mungkin macam-macam.
Kalian tahu kan, biasanya di satu angkatan, pasti ada jenis cowok seperti ini, ada 1 banding seangkatan sih biasanya, wajahnya kemayu, lebih nyaman bergaul dengan cewek, teman ceweknya banyak, nyaman di ajak curhat, tapi bukan berarti banci ya. Kadang aku bertanya-tanya, apakah orang macam ini bisa suka sama cewek juga? Tipe cowok kayak gini nih biasanya bisa sahabatan sama cewek dalam waktu lama tanpa drama cinlok. Ya seperti itu lah gambaran Dimas menurutku. Karena itu aku memilih buat berpartner dengan dia. Menurut instingku, cowok lain di kelompok adalah tipe cowok yang kalau kita open dikit akan baper dan bisa memulai drama cinlok yang paling ku hindari, karena aku nggak pacaran ya.
Tentu itu hanya perkiraan, yang bisa saja salah di tengah jalan, karena cerita khilafku sepenuhnya akan melibatkan Dimas, si cowok kemayu, yang berambut kriting. Kadang aku mikir, kenapa bisa begitu? Lalu aku datang pada kesimpulan bahwa, kebutuhan biologis itu tidak pandang karakter seseorang.
******
Gimana teman-teman?
Apakah sampai sejauh ini kalian mulai mengerti arah pembicaraannya?Vote ya teman-teman. Tinggalkan jejak boleh banget buat support cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhti Khilaf
Chick-LitTiba-tiba ia mencondongkan badan dan mencium bibirku. Astaga! Aku hendak bilang astagfirullah sebenarnya, tapi mengingat bahwa setelahnya aku bukannya menolak tapi malah menginginkannya lagi karena penasaran, jadi dari pada tobatku jadi tobat sambal...