Aku enggak menyangka kalau Dimas bisa membuat diriku ketar ketir. Aku jadi bertanya-tanya, sudah berapa banyak cewek yang menjadi partner in crime-nya selama ini. Dia mencumbuku dengan sangat luwes, dan keluwesannya tidak mungkin di dapat dari pengalaman kemarin sore. Sifatnya yang feminin dan kemayu itu sangat bertolak belakang dengan caranya mencumbu. Ia begitu liar, ekspresif, dan eksploratif. Kemayunya hilang entah ke mana. Apa mungkin dia mempunyai kepribadian ganda? Atau mungkin itu hanya normalnya dia? Normalnya seorang laki-laki tulen yang memang punya sifat kemayu karena polarisasi kromosom Y yang terjadi secara tidak sempurna. Ekspresi gen dari kromosom Y Dimas mungkin hanya terjadi setengah atau seperempat peregangan membuatnya mempunyai sifat feminin. Sebenarnya, bukan hanya sifatnya, karakter wajahnya juga terlihat seperti percampuran antara wajah maskulin dan feminin. Wajah androgini.
Sore itu juga kami kembali ke tempat KKN. Aku memaksa Dimas untuk segera kembali ke sana, tak ingin menunggu lebih lama lagi, apa lagi sampai malam. Berduaan dengan Dimas sangat membahayakan kesadaranku! Aku pikir akan lebih aman jika kami berdua berada di tempat ramai agar kami tak lagi berpikir untuk melakukan hal-hal yang mungkin di lakukan cewek dan cowok di kamar yang terkunci. Namun, keinginan hanyalah keinginan, yang terjadi malah sebaliknya. Dimas terus saja menempel padaku. Dia terus saja mencoba membangunkan singa berahi dalam diriku. Sangat menyebalkan! Ia membuatku menginginkannya di tempat yang tidak semestinya!
Saat malam tiba, Dimas menarikku ke kamar mandi diam-diam. Tempat para setan bersarang. Mungkin Beezelbub atau mungkin kalian lebih familier dengan Baal Adh Dhubab sedang bertepuk tangan bangga dengan apa yang kami lakukan. Ia tak perlu lagi menggoda manusia untuk berbuat dosa, karena si manusia ini sudah masuk dalam sarangnya, melakukan perbuatan dosa dengan suka rela. Setelah menutup pintu, kami yang sama-sama tahu apa yang kami mau langsung saling mengulum bibir. Dari bibir turun ke leher, lalu turun ke dada, dan turun lagi sampai pada pusat gravitasi seksual, yoni. Tangan Dimas mulai berani menyelusup ke dalam rokku, mengelus benda paling sakral dalam aktivitas seksual dengan gerakan lembut namun sensual. Wajah androgininya seperti turut menikmati, berekspresi sangat erotis.
“Jeje habis cukur ya?” tanyanya di tengah-tengah aktivitas yang menegangkan.
“Hah?! Kok tahu?” ucapku sambil menahan erangan geli dan nikmat secara bersamaan.
“Tajam Je!” Bisiknya di telingaku.
Aku memang habis mencukurnya sekitar dua atau tiga hari yang lalu. Tak ku sangka ia begitu peka dengan hal seperti ini. Harusnya aku cukup tahu mengingat ia yang begitu mengerti tentang cewek.
“You’re so wet, baby!” Bisiknya lagi menggoda. “Down here.” Lanjutnya sambil terus memainkan yoniku.
Rasanya begitu... ah! Kau coba sendiri saja nanti. Dengan pasangan halalmu tentunya. Karena ini terlalu dangkal untuk digambarkan dengan kata-kata atas rasanya yang begitu dalam. Hampir saja desahanku lolos dari mulut jika Dimas tidak segera menangkupkan telapak tangannya di bibirku pelan. Sepertinya di luar ada orang yang sedang berjalan melewati area kamar mandi. Dimas menempelkan telunjuknya di bibirnya.
Stttt....
Setelah beberapa menit yang terasa sangat lama, akhirnya kami bisa bernafas lega karena orang di luar sepertinya sudah berlalu. Tidak terdengar lagi suara apa pun.
“Udahan Dim... keluar sana! Kalau anak-anak tahu gimana?”
“Hemmmm... tapi kamu belum sampai puncak Jeje! Nanggung!”
“No no! Not here!
Dimas diam, seperti sedang berpikir.
“Not here? Kalau di kos mau?” tanyanya kemudian sambil senyum-senyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhti Khilaf
Literatura FemininaTiba-tiba ia mencondongkan badan dan mencium bibirku. Astaga! Aku hendak bilang astagfirullah sebenarnya, tapi mengingat bahwa setelahnya aku bukannya menolak tapi malah menginginkannya lagi karena penasaran, jadi dari pada tobatku jadi tobat sambal...