10. Pakai Perasaan

1K 16 7
                                    

Enggak terasa 2 hari lagi KKN akan berakhir, kami semua sibuk mempersiapkan acara perpisahan dengan warga tempat kami KKN. Kami memang berencara membuat acara tasyakuran kecil-kecilan bersama warga, sekaligus mengucapkan terima kasih dan mohon maaf jika dalam berinteraksi banyak melakukan kesalahan atau menyinggung perasaan mereka. Selain itu, kami juga berencana untuk memberikan kenang-kenangan untuk warga agar bisa menjadi pengingat bahwa kami pernah meninggalkan jejak di tempat tersebut.

Aku, Rini, Reza, menjadi orang paling sibuk disini, karena kami lah yang harus berurusan dengan warga. Sementara yang lain membantu mengurus keperluan lain yang tidak terlalu urgen. Karena itu, aku jarang menghabiskan waktu dengan Dimas. Saat harus bepergian pun aku lebih sering pergi dengan Rini.

Sore itu, Aku dan Rini baru saja kembali dari rumah pak RT.  Kami sowan ke sana untuk mendiskusikan tentang undangan yang akan kami kirim ke rumah warga. Aku lihat anak-anak lain sedang berkumpul, mereka telah menyelesaikan membungkus beberapa bingkisan yang nantinya akan kami berikan pada warga saat acara perpisahan.

"Hola guys!" Rini menyapa teman-teman lain yang langsung di sambut 'hai' balik oleh mereka semua, kecuali Dimas yang wajahnya terlihat bad mood.

"Hei cantikkk... kok mukanya di tekuk?" Tanya Rini ke Dimas.

"Emang kelihatan ya kalau aku lagi sebel?" Dimas bertanya balik dengan suaranya yang di genit-genitkan.

Iuhhh... bisa-bisanya dia play two characters. Topengnya tebel banget kali.

"Iya lah, biasanya ceria terus. Kok akhir-akhir ini kayak bete mulu." Balas Rini lagi.

"Tanya aja tuh sama Jeje! Dia yang bikin aku sebel!" Rajuknya.

Ihh! Pengen banget itu mukanya aku giles pakai ulekan!

"Apaan? Aku gak tahu apa-apa!" Ku jawab dengan cuek.

"Hayooo.. Juniel! Di apain Dimasnya?"

"Tahu ah! Gak jelas dia!"

"Pokoknya! Kamu harus nemenin aku beli siomay! Kalo nggak aku bakal marah sama kamu Je!"

Genit banget suaranya. Menyebalkan sekali cowok satu ini. Jijay!

"Gak ah! Males. Mau marah ya marah aja!" Masih saja aku cuek.

"Ayo lah Je! Aku ngidam siomay nih..."

Wajahnya seperti ekspresinya Newt__karakter paling sweet__ saat merayu Fuse__karakter paling pemarah__, di kartun Oddbods. Kalau kalian nggak tahu, nonton sendiri saja. Benar-benar memelas! Bikin kamu nggak bisa nolak. Sebel dengan permintaanya, tapi gak bisa nolak gara-gara ekspresi wajah memelasnya.

"Ishh... ya udah ayok!"

Setelahnya, kami jalan mencari penjual siomay yang enak. Kami hanya mampir sebentar untuk bungkus, setelahnya langsung mlipir ke kos Dimas. Kali ini aku sudah bertekad untuk tidak lagi tergoda oleh bujuk rayu Dimas yang kelakuannya sudah seperti Lucifer sang penggoda. Aku kuat-kuatin hatiku, ekspresi wajahku juga aku buat sedatar mungkin agar dia enggak berani ganggu. Seakan-akan ada tulisan 'senggol bacok' di mukaku.

"Habis makan siomay balik ya, aku nggak mau lama-lama di sini."

"Oke, beb."

Dimas segera melahap siomaynya.

"Hoomay goohd, this is sooo hoohht!"

Rupanya dia memasukan siomay yang masih panas langsung ke mulutnya. Tentu saja ia kepanasan. Mulutnya megap-megap seperti ikan. Lucu sekali. Entah mengapa orang yang lagi ketiban sial itu selalu mengundang tawa, padahal harusnya enggak boleh ditertawakan ya. Tapi mau gimana lagi, emang lucu kok.

Ukhti KhilafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang