Enam: 10-4

102 15 2
                                    

Kini Naendra mondar-mandir dengan gusar, ga beda jauh sama Husein yang meluk lututnya pakai kedua tangan di sudut ruangan. Sementara Yoga daritadi ga berhenti menghela napas kasar sambil ngeliatin jalanan komplek yang basah karena di guyur hujan. Ketiganya lagi overthinking karena udah dua jam berlalu belum ada kabar baik dari James ataupun Jevan. Bahkan Husein ga bisa menghubungi Januar, nomornya sibuk. Apalagi cuaca lagi hujan deras di susul petir-petir gini, mereka tau betul James takut petir karena trauma masa kecilnya. Kalau di pikir-pikir mereka kepikiran, tapi kalau ga di pikirin makin kepikiran.

"Udah jam sepuluh ini.." desis Husein pelan.

Naendra mendesah berat sambil noleh ke arah jam dinding, "Ya ampun.. Ini kenapa mendadak handphone semuanya gabisa di hubungin, sih. Bang Bagas juga,"

"Hujan. Gangguan sinyal udah biasa," celetuk Yoga yang ada benarnya juga.

Husein menatap taman bunga kecil-kecilan Naendra dengan sendu, dia lagi duduk di ambang pintu. Sebagai pengguna kartu Tiga yang sinyalnya suka ilang pas mati listrik dan hujan, dia merasa ga berguna. Diantara Yoga dan Naendra cuma dia yang punya kuota, Yoga biasanya pakai Wi-Fi di rumahnya dan kuota Naendra kebetulan baru habis siang tadi. Kalau udah kayak gini gaada yang bisa di lakuin lagi selain berdoa kepada Yang Maha Kuasa, tapi Husein ragu doanya bakal di dengar, dia jarang ibadah soalnya.

Sementara yang lagi di khawatirin lagi leha-leha diatas matras yang biasanya di pake buat latihan bantingan pencak silat. Mereka berada di tempat latihan Januar, kebetulan tiba-tiba hujan dan Jevan tau James itu takut sama petir. Jadilah mereka lari ke tempat latihan Januar yang jaraknya cuma beberapa gang dari tempat mereka berpijak sebelumnya, sekalian neduh. Siapa sangka mereka bakal ngalamin serendipity --menemukan sesuatu yang indah padahal tidak dicari alias kebetulan, Tara ada di tempat Januar. Awalnya mereka seneng karena Tara ketemu, tapi ngeliat lebam-lebam yang terlihat jelas di sekujur tubuhnya mereka kaget.

"Kenapa bisa sampe begini, sih, Tar?" tanya Jevan khawatir, Tara mencoba buat duduk sambil meringis. James yang sadar keadaan langsung bantuin Tara.

"Gue tadi di pukulin di belakang sekolah. Untung ada Januar yang nolongin,"

"Kenapa ga kasih tau kita, sih?" tanya James sedikit kecewa. Dia merasa gagal sebagai teman karena gatau temennya punya masalah.

"Gue mau ngasih tau tadi, cuma Tara bilang gausah, takut masalahnya bakalan tambah panjang dan dampaknya ke kalian. Apalagi Bang Yoga yang gampang kesulut emosi buat balas dendam. Yang mukulin Tara anak kelas 10-4, gara-gara Tara mergokin geng mereka yang mau loncat dari pagar samping. Akhirnya Tara di keroyok, untung gue dateng karena ngeliat kegaduhan pas izin ke WC," jelas Januar panjang lebar. James dan Jevan mengangguk paham, sementara Tara hanya berdesah letih, sekujur badannya sakit semua, sumpah.

"Iya, gue minta tolong ya jangan ceritain ini ke yang lain. Gue gamau mereka marah dan nyamperin anak-anak itu, gue gamau yang lain kenapa-napa," mohon Tara dengan wajah memelasnya, ia terlihat serius dan tulus pas ngomong.

"Tapi kalau ga di kasih tau, gua ga yakin mereka ga bakal marah, Tar. Apalagi yang bentukannya dramaable kaya Husein, mereka pasti bakal ngerasa lu ga percaya lagi sama mereka sampe nyembunyiin masalahnya gini," ujar Jevan ada benarnya.

Tara mendengus, dia gatau harus ngapain. Emang bener apa yang Jevan bilang, kalau dia ngerahasiain masalah yang bisa disebut agak besar ini dari mereka, kepercayaan mereka ke Tara bakalan hilang. Dan secara ga langsung, itu bakal ngerusak pertemanan mereka karena Jevan dan James juga tau hal ini. Tapi ga bisa di pungkiri, Tara juga khawatir anak-anak kelas 10-4 bakal nyelakain temen-temennya karena dia jatuhnya cepu, apalagi ada Yoga yang gampang kepancing emosi. Liat aja tadi Sagara di apain pas di ciduk sama Yoga.

[✓]〝BEST CLASS〞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang