Enam belas: Hilang (3)

90 12 0
                                    

"Hm.."

Husein berdehem speechless pas tau dia adalah orang pertama yang datang ke sekolah. Sebenernya udah ada beberapa kakel di lantai bawah, cuma untuk penghuni lantai atas dialah yang pertama menginjakkan kaki ke dalam kelas 10-3 ini. Tapi bukan itu yang bikin dia speechless, tapi keadaan kelas.

Macem habis kena guncang gempa bumi, cok!

Meja ga tertata, berantakan sana sini, sampah kertas, minuman, makanan dan segala macem di lantai dan di atas meja, kursi yang terjungkir sana sini, papan tulis yang di coret-coret sama kata-kata umpatan, semuanya bikin kepala sampai ujung kaki Husein sakit, apalagi matanya.

Ini nih malesnya, kemaren ada praktek seni tari pelajarannya Bu Jinan, guru seni budaya. Jadi mereka harus ngegeser meja dan kursinya ke sudut ruangan semua, untuk buat space kosong di tengah untuk mempraktekkan lenggak-lenggok tarian nanti. Bangsatnya mapel ini ada di pelajaran terakhir, dan posisinya pas itu Husein lagi ke toilet di menit terakhir jam pulang. Jadi yang bertugas piket hari itu pun kabur karena ga ngeliat ada wujud Husein, kesempatan.

Anjing emang.

Dengan desahan lelah, Husein naruh tas ranselnya diatas meja guru, habis itu dia meregangkan pinggangnya sebelum ngedorong meja dan kursi balik ke posisi seharusnya. Setelah selesai, dia ngambil sampah-sampah yang bisa di genggam --macem gelas plastik, kertas, sendok plastik-- dan dibuang ke tong sampah. Habis itu dia ngambil sapu untuk nyapu pasir-pasir dan sampah-sampah mungil yang ada. Sebelumnya dia udah naruh serokan didepan pintu, biar ga susah nantinya. Setelah semuanya selesai, dia langsung bersandar lelah di kursinya, tenggorokanya kering. Baru aja dia mau nutup mata, suara langkah kaki bikin telinganya salfok dan akhirnya ga jadi tidur.

"Eh, Bang Yoga," sapanya.

"Pagi," ucap Yoga seperti biasa, singkat dan jelas.

"Pagi juga,"

Yoga ga ngomong apa-apa lagi setelahnya, dia langsung ngambil posisi paling pojok belakang tempat dia duduk lalu ngeluarin buku kasnya. Setelah nulis sesuatu disana, dia noleh ke arah Husein yang lagi nenggelemin kepalanya diantara lipatan tangan diatas meja. Yoga bisa ngeliat ada keringet yang ngalir di dahi Husein, dia jadi heran. Husein ini tipikal orang yang selalu mandi kalau mau kemana-mana, apalagi sekolah. Beda sama Yoga yang setiap hari mandi sekali sehari, itupun sore.

Dia mau nanya tapi urung, karena selain bukan tipe orang yang banyak omong, Husein juga keliatan capek, Yoga jadi makin bingung. Tapi dia cuma diem dan lanjut ngitungin jumlah pengeluaran kelas untuk modal bikin baju buat fashion show kemarin, juga pengeluaran bazaar.

"Husein, uang kas," ucap Yoga agak lantang biar Husein denger. Soalnya meja mereka berjarak dua baris, apalagi Husein lagi rebahan gitu, takut ga kedengeran.

Bingung?

"Sein," panggil Yoga sekali lagi, tapi gaada jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sein," panggil Yoga sekali lagi, tapi gaada jawaban.

Mager sih sebenernya, tapi karena otak dan hatinya ga sinkron, Yoga jadi nyamperin Husein buat ngecek keadaannya. Pantes dikacangin, anaknya lagi tidur ternyata. Cara Husein narik napas dalam buat Yoga bingung untuk kedua kalinya, ini anak habis kerja rodi atau gimana?

[✓]〝BEST CLASS〞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang