Dua belas: Saingan

73 10 0
                                    

"Mana Oliver, Ren?" tanya Naendra pada Daren yang lagi melukin kusen di ambang pintu. Ini anak emang rada-rada kalau kata temen-temennya.

Daren yang agak kaget itu tersenyum canggung karena kepergok ngelakuin hal-hal random di depan orang lain selain temen sekelasnya, bisa hancur citra (sok) coolnya ntar, "Oliver ada di dalem, Naen. Pasti ngebahas lomba lagi, nih. Jadi Ketua Kelas ternyata sesibuk itu, ya,"

"Sendirinya jadi Sekretaris ga ribet emang?" tanya Naendra penasaran. Soalnya Sekretaris di kelasnya --Jevan tentunya-- santai-santai aja selama ini.

"Ribet, sih. Gue paling males ngabsenin anak kelas, apalagi ngerekap kehadiran," keluh Daren, Naendra cuma mengangguk paham.

"Semangat deh, Ren. Ini by the way gue izin masuk, ya,"

"Masuk aja,"

Setelah dapat perizinan dari Daren, Naendra pun melangkahkan kakinya ke dalam kelas 10-1. Ini sebenarnya bukan yang pertama untuknya, jadi ga gugup lagi. Cuma ya dia ngerasa harus tetap izin sebagai bentuk sopan santun. Emang baik budi betul ketua kita satu ini.

"Oliver!" sapa Naendra dengan suara agak keras, ngebuat Oliver yang tadinya lagi ngobrol sama Justin noleh.

"Eh, Naendra. Ada apa, nih?" tanya Justin sok akrab, akhirnya di bales senyuman plus lesung pipi dari Naendra.

"Ini, Tin. Mau ngobrol sama Oliver sebentar," ucapnya.

"Apa nih apa nih, ada gosip terbaru, ya?" Sebastian yang semula cuma nguping dari jauh kini mendekat.

"Rusuh amat lu, anjing. Duduk sini, ga usah di ganggu, urusan ketua kelas paling," sanggah Ryan sambil narik balik Sebastian untuk duduk. Ini anak satu emang harus diawasi 24/7.

"Emang sebagai wakil gue ga boleh tau?" tanya Sebastian mencebik, padahal ntar kalau udah selesai ngobrol juga Oliver bakalan nyeritain semuanya, cuma emang Sebastian ini orangnya ga sabaran jadi ya gini.

"Duduk aja disini, mending kalau ga ada kerjaan bantuin gue ngitungin duit kas. Lo juga mending sini Rey, ngapain coba suit bareng semut gitu," ucap Kandra geleng-geleng kepala miris, ini sohib-sohibnya kaga ada yang beres --kecuali Ryan yang mirip banget sama Yoga, anteng. Bedanya Ryan lebih gampang untuk ngomong di banding Yoga yang sangat amat hemat suara.

Reygan yang mendengar namanya di sebut itu menoleh, "Dapet upah kaga kalau bantuin lu?" tanyanya penuh selidik. Keamanan satu ini mana mau kerja diluar jam kerjanya kalau gratisan.

Daren yang udah selesai urusan meluk kusen itu langsung nimbrung, "Tenang aja, nanti di traktir bakso sama Oliver, ya ga ya ga?" ucap Daren sambil naik-turunin alisnya.

Oliver mendesah lelah, ini temen-temen plus adeknya --Sebastian-- natap dirinya penuh harap. Heran dia tuh, mau punya waktu ngobrol sama Ketua Kelas tetangga aja harus mengorbankan uangnya untuk nraktir manusia-manusia bangsat ini. Tapi demi kesejahteraan bersama dan sedikit dengusan, Oliver pun menyetujuinya.

"Iya, nanti gua traktir bakso satu orang satu porsi. Udah pada jauh dulu dari gua, ya," ucapnya kemudian sambil berdesah lelah, sementara Naendra cuma bisa cengengesan karena sirkel Oliver ini ga beda jauh sama sirkelnya, macem guguk semua.

"Mending kita ngobrol di depan," usul Naendra sambil tersenyum sebelum Oliver ngangguk dan jalan ke arah pintu.

"Mending kita ngobrol di depan," usul Naendra sambil tersenyum sebelum Oliver ngangguk dan jalan ke arah pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓]〝BEST CLASS〞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang