KEPERGIAN BUNDA [END& REVISI]

105 11 19
                                    


"Bunda jangan tinggalin izza hiks" seru izza

"Sudah nak biarkan ibu mu tenang di sana, ayo kita pulang" ucap sang kakek

"Kakek pulang saja terlebih dahulu, aku masih ingin di sini" jawab Izza

"Baik lah, tapi ingat jangan terlalu larut dalam kesedihan nak" jawab kakek membelai pucuk rambut sang cucu

"Baik kek" jawab Izza

******

Arkan maishriz Praya kakek nya yang berusia 65 tahun yang sangat amat berarti di hidup Izza setelah ibunya, dia menyayangi kakek Arkan karena dia tak punya siapa siapa lagi selain kakek, dia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya tanpa saudara, apa lagi tanpa kakek yang dia punya.

"Bunda kenapa hidup Izza seperti ini bunda, hiks hiks aku tidak sekuat itu bunda." ucapan itu terus lolos dengan Izza memeluk batu nisa ibunya.

"Kenapa takdir hidup Izza seperti ini hiks, kenapa Izza tidak bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Izza ingin merasakan itu walau satu menit saja Bun hiks hiks," ucap Izza menyayat hati.

"Sakit tuhan hiks hiks sakit sekali, aku tidak kuat." Izza terus memukul dadanya yang sesak teramat.

Seolah tau Izza sedang berduka, merasakan sakitnya dada, menahan semua sakit yang dia tanggung selama ini awan pun ikut menangis menyaksikan betapa malang nya hidup gadis cantik ini.

"Bunda Izza gak kuat... Izza gak sanggup hiks hiks, kenapa tuhan takdir ku dengan takdir mereka sangat berbeda. Aku selalu menahan air mata ku di depan ibu ku, aku selalu mencoba kuat hiks hiks... mencoba kuat untuk ibuku. Tapi kenapa kau ambil orang yang aku sayangi tuhan!!!" teriak Izza mencoba agar sakit di dada nya hilang.

Dirinya memukul tanah dengan kuat, menyalurkan rasa sakitnya kepada semesta bahwa dinding tebal yang dia rasakan sesaknya teramat dalam hati ini runtuh. Dinding itu runtuh di atas gundukan tanah yang membawa jiwa ibundanya.

Setelah dirinya sudah lumayan tenang, izza kembali berdamai dengan semuanya walau pun sedikit mustahil rasanya. "Izza akan kembali bunda, jangan hiraukan Izza di sini aku b-baik baik saja b-bunda," ujar Izza terbata bata lalu pergi dengan keadaan basah kuyup.

"Assalamualaikum kakek." salam Izza yang acak acakan tak berbentuk.

"Astaghfirullah Izza kakek sudah bilang cepat pulang jadi basah kuyup kan!!" omel kakek Arkan.

"Maafkan Izza kek, Izza ke kamar dulu ingin mandi," ucap Izza dengan keadaan berantakan.

"Iya, setelah selesai mandi ke meja makan ya nak..."

"Aku tau kau kuat nak, bersabarlah suatu saat kau pasti akan bahagia..." Lirih kakek Arkan menatap cucunya dengan tatapan kasihan.

Izza masuk kedalam kamarnya dengan muka yang pucat pasi, dia kehilangan arah. Dia tak tau harus bagaimana mengekspresikan rasa sakit nya seperti apa lagi, ia teringat ibunya yang rela menanggung rasa sakit di tinggal oleh ayah nya, dia berjuang untuk dirinya sungguh membayangkan nya ia tak sanggup.

Izza masuk kedalam kamar mandi, setelah selesai ia menunaikan sholat ashar, lalu beranjak ke dapur untuk membuat makan malam untuk dirinya dan kakek.

"Kek makanan sudah siap ayo makan kek!!" panggil Izza.

"Tunggu sebentar nak." ucap kakek.

"Ayok!" ajak kakek.

Dia dan kakeknya makan dengan keheningan, Izza hanya makan sedikit dia tidak napsu makan, dia teringat ibunya yang selalu duduk di kursi sampingnya Tampa sadar air matanya lolos begitu saja.

USAI DAN LUKA [END& REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang