KEJUTAN TUHAN [END&REVISI]

54 3 0
                                    

BIASAKAN UNTUK VOTE AND KOMEN TERLEBIH DAHULU YA GUYS.

★★★

Sudah 5 bulan dari kejadian itu, Adiba selaku adik Abiyyan berusaha menuntut atas tindakan yang dilakukan Ilham kepada kakaknya, wanita itu tak segan untuk menyewa pengacara terkenal demi memenangkan tuntutannya.

Setelah mendengar keputusan dari hakim Adiba tersenyum karena bisa membebaskan izza atas tuntutan nenek sihir itu, syahwa selalu Adiba panggil dengan sebutan nenek sihir. Wanita itu kini tersenyum kala menuju ke sel dimana izza ditahan.

"Saudara izza, anda boleh keluar karena anda sudah dibebaskan." Kata petugas membuat izza keluar dari sel dan di sambut perempuan cantik yaitu Adiba.

"Assalamualaikum mbak," salam Adiba memeluk izza erat.

"Waalaikumsallam, kamu yang bebasin mba?" Tanya izza dengan wajah yang pucat pasih.

Adiba yang melihat izza sakit tak menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan izza, justru wanita itu fokus kepada wajah izza.

"Mbak sakit, kok pucat banget mukanya?" Tanya diba

"Enggak kok, cuman pusing aja sedikit."

"Kita ke dokter aja yuk mbak," ajak Adiba.

Namun ajakan itu tidak di setujui izza, wanita itu kini bersiap untuk pulang dengan adik iparnya.

Sepanjang jalan izza terus melamun, dan satu perkataan membuat Adiba tersadar. "Mbak masih boleh tinggal di sana?" Tanya izza.

"Boleh dong, kan rumah mas Abiyyan rumah mbak izza."

"Adiba, mbak bukan lagi bagian dari keluarga kalian. Masihkah umi menerima mbak?" Tanya izza dengan gemetar.

"Umi sangat menerima mbak, umi bahkan menganggap mbak seperti anaknya," kata Adiba menenangkan.

"Makasih yah," ucap izza dibalas senyuman manis Adiba.

Keduanya kini sampai di tempat yang membuat izza diam, rumah yang dulunya menjadi kenangan dengan Abiyyan. Dimana pria yang selalu menjahilinya itu? Dia kehilangan pria manis itu untuk selamanya.

"Aku pulang ya mbak, kalo butuh apa apa bilang aja. Besok aku sama umi ke sini oke?"

"Iyah hati hati ya Adiba," jawab izza melambaikan tangannya.

Izza masuk setelah mengantarkan Adiba tadi, wanita itu masuk ke kamar menaruh barang barangnya. Dirinya duduk di balkon kamar yang selalu Abiyyan tempati saat memantau izza.

Tes

"Hiksh, sakit sekali tuhan. Biarkan aku pergi, hamba menyerah untuk kali ini." Isak itu lolos begitu saja dari mulutnya mengutarakan sakitnya.

"Mas maafin aku, hiksh harusnya aku yang mati bukan mas Abiyyan. Harusnya aku yang dibunuh Ilham bukan Abiyyan," ia meringkuk memeluk lututnya.

Sudah satu jam lebih izza berada di luar hingga sore telah berganti malam, sedangkan angin semakin kencang menyapa wajahnya yang semakin pucat.

Dering ponsel membuat dirinya beranjak dari duduknya untuk mengangkatnya. "Hallo, assalamualaikum."

"Waalaikumsallam, masuk tidak baik di luar."

Setelah mengatakan itu sambungan telepon di akhiri dengan sepihak oleh sosok yang tidak izza kenal. Dirinya segera menuju balkon melihat siapa yang memantaunya.

Sedikit terlihat sosok tinggi memakai baju lengan panjang serta memakai topi dan masker berlari meninggalkan rumahnya.

"Siapa dia?" Tanya izza dalam benaknya.

USAI DAN LUKA [END& REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang