Kamu tertawa dan kamu berbohong. Ada segaris yang kamu lupakan saat kamu bilang malam ini kamu sedang bahagia. Melekuk-lekuk di sudut matamu, tepat di tempat biasa kamu menyimpan semuanya sendiri saja.
Di titik itu, kilauan menjadi-jadi. Berkilau sekali mengalahkan bintang-bintang di atas sana. Mengalahkan berlian di etalase-etalase kaca. Tapi, bukan seperti pandangan bersinar untuk orang.
Lebih kepada ... tatapan nanar seperti butuh belas kasih.
Kamu tertawa dan kamu berbohong. Kamu mungkin baru saja, atau sedang marah. Rekan kerja seperti bukan rekan. Bekerja selalu seperti sendirian.
Di dadamu terasa sesak.
Tapi kamu harus tertawa. Karena di lingkaran ini, di samping kanan dan kirimu, juga ada jiwa.
Kamu tertawa dan kamu berbohong. Mungkin siang tadi kamu makan dan mengunyah dengan gigi geraham mencengkeram. Menelan habis-habisan pertengkaran dan peperangan. Ini sederhana tapi tak pernah benar-benar sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA ITU CERITA USAI
PoetryRamai yang sepi. Setiap harinya aku dihadapkan dengan kenyataan bahwa aku akan bertemu banyak orang. Setiap harinya juga selalu kutanyakan "Apa mampu aku membaur dengan mereka?" Suara bising dari mulut mereka nyatanya lebih keras dibandingkan nyalik...