3. Terabaikan

468 36 7
                                    

Akhir-akhir ini aku sangat tertampar dengan kalimat yang sering masuk berandaku, aku tidak tahu semesta punya maksud apa hingga membuat kalimat itu berkali-kali terbaca olehku. Kalimatnya begini "Belajarlah untuk terbiasa tidak di ajak, tidak di undang, diabaikan, ditinggalkan."

Sebuah kalimat biasa yang membuat air mata ini turun tanpa rasa. Aku mengingat-ingat lagi beberapa kejadian di mana aku terdiam seorang meratapi kemalangan nasib tentang sebuah ajakan sederhana yang tidak aku dapatkan, aku menangis memeluk bantal di kamar bertanya kenapa aku di bedakan, lalu aku berusaha menjadi mereka agar tidak di abaikan, aku yang rela mengalah agar tidak ditinggalkan. Tapi nyatanya semua tidak pernah membuatku nyaman.

Berada di sekeliling orang-orang yang menerimaku dengan syarat ternyata tidak pernah mendatangkan tenang. Aku seringkali di hantui rasa takut, takut akan di tinggalkan, di abaikan. Tapi setelah aku keluar dari mereka aku mengerti bahwa menjadi berbeda tidak masalah, tidak menjadi peran utamanya juga bukan sebuah masalah. Buktinya aku lebih bahagia dengan diriku yang sekarang, diriku yang lebih waras dan lebih berani untuk sendiri. Aku tidak butuh siapapun lagi untuk mengakui diri ini ada dibumi.

KALA ITU CERITA USAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang