Bagian 8

10 1 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum teman-teman ku!!!!

Yahahahaha balik juga ni cerita, ya gitu sebenernya kalo sekolah bakalan aktif sih ini gue. Malesin banget buka watsap.

Sekian dari gue yang ribut makasih

Happy reading

"Oke, dua minggu... Kalo lewat dari dua minggu, kita putus!"

"Putus? Gimana Bu?"

"Maaf, kalo lewat dari dua minggu... Kamu siap-siap pergi dari kontrakan" Agnes mengangguk-anggukkan kepalanya seakan tak paham. Karena sedari tadi dia menahan tawanya yang ingin keluar sampai dia bisa mengontrol diri agar tidak tertawa. "Iya Bu, pasti saya bayar kok" Agnes menjawab dengan tersenyum manis lalu ibu kontrakan itu pergi meninggalkan Agnes yang masih tersenyum di depan pintu.

Saat si ibu kontrakan itu pergi pun Agnes setia menahan tawanya agar tidak dikira gila saat di luar. "Ngapain kamu senyum-senyum begitu? Gila?" Agnes menolehkan kepalanya, dia tidak kaget dengan kehadirannya yang begitu tiba-tiba. "HAHAHAHHAHAHA PUTUS ANJRIT!!! HUMORKU HANYA SEKEDAR KITA PUTUS HUAHAHAHAHHA HAHAHAHA NGAKAK BANGET DASAR IBU-IBU!!! ASTAGA DRAGON!!! YA ALLAH, ASTAGHFIRULLAH!!!" setelah puas tertawa, Agnes menarik nafasnya lalu menghembuskan nafasnya dengan pelan "Eheheheheh, bapak hahaha ngapain kesini? hahahaha" karena manusia receh seperti dia ini meskipun setelah menghela nafas saja masih bisa tertawa sambil bertanya.

"Emang ga boleh saya kesini?" Agnes masih setia tertawa-tawa dengan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menutupi mulutnya menggunakan telapak tangannya. "Emangnya kamu ketawa kenapa? Gila?"

"Kalo iya emang kenapa? Ga boleh?" Kan, berubah jadi galak. Dasar perempuan, moodnya selalu saja berubah. Padahal saya ini juga perempuan, maaf teman-teman. Jadi perempuan memang merepotkan. "Bapak kalo cuma mau ngatain saya ya jangan kesini dong hahahahhahaha!" Agnes malah teringat ucapan ibu-ibu tadi sehingga dia jadi tertawa, merasa dia terlalu banyak tertawa, Agnes menghela nafasnya dan berhenti tertawa.

"Ya gak lah, eh mau kemana kamu?" Tanya Jayden yang melihat Agnes pergi dari ruang tamu. "Ga lihat saya ke dapur?" Jayden mengernyitkan keningnya lalu berdecak "ck! Saya mau ngajak kamu! Ayo siap-siap sana, mumpung masih jam setengah dua belas!"

"Heleh, gausah siap-siap. Mau kemana sih ribet amat siap-siap segala?" Agnes pun mengambil kunci rumah dan pergi mendahului Jayden yang dibelakangnya. Yang ngajak siapa yang duluan siapa. "Nih kunci" Agnes malah menyerahkan kunci rumahnya pada Jayden, tanpa rasa bersalahnya dia pergi ke arah mobil Jayden yang terparkir agak jauh dari gang kontrakannya. Jayden yang ditinggal hanya menggelengkan kepalanya heran, kenapa orang seperti Agnes bisa hadir di bumi. Mendingan dia ditempatkan di planet Kepler.

Biar apa? Biar ga bisa dicari.

"Astaghfirullah, dia manusia macam apa yang engkau ciptakan ya Allah" keluhnya sambil mengelus dadanya seperti menyemangati dirinya agar tetap sabar dengan kelakuan Agnes.

"Pak? Mobil siapa sih berdiri di jalan gini hah?" Agnes mengernyit karena sinar matahari yang terik menerpa wajahnya yang cantik tanpa make up. "Mobil saya" terlihat Agnes mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menghela nafasnya lagi "Alphard nih Alphard, mobil Alphard... Heran sama ni orang kok bisa-bisanya dia ganti mobil suka-suka dia?"

"Wah bagus ya tempat duduknya, ada sandaran buat tangannya juga... Keren banget buset. Supir? Apa? Supir? Supirnya daritadi disini? Astaghfirullah tega banget ni orang, kagak kasian sama supirnya kepanasan begini... Eh ini kan mobil mana bisa kepanasan? Kan ada ac-nya, bodoh banget sih aku!" Agnes duduk di dalam mobil sambil memandangi tampilan yang ada di dalam mobil Jayden tersebut. Kepalanya mendongak kesana-kemari melihat-lihat karena dia kagum dengan ekspresi biasa saja. Ekspresi biasa saja, tapi hatinya berdecak kagum.

[A.1] Ineffable : Agnes's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang