Hai guys!!
Gimana kabarnya??
Semangat till the end ga si?
Huft, kadang aku suka ngelag kalo pas lagi bikin haha...
Sebenernya aku pake muka mbak Aisha everglow itu cuma buat face claim ya, dan yang namanya cerita fiksi itu cerita suka-suka... Mau kamu bikin si cast itu lebih tua atau lebih muda, yang pendek jadi tinggi, yang tinggi jadi pendek, itu ga masalah karena cuma face claim aja.
Aku tau sebenernya kalo Aisha itu lebih tua dari Jay, tapi aku juga bikin si Aisha itu lebih muda dari Jay dan aku juga bikin si Aisha itu lebih pendek dan menyesuaikan sama tinggi badan aku.
*Aku 157 juga guys hehe... Aku juga dimirip-miripkan sama Aisha hehe...
Oke, hope you enjoy guys!!
Happy reading!!!
—•—
"Kenapa sih Agnes aku denger kamu kok gerutu ngga jelas gitu? Kenapa? Ada apa?" Tanya Hana yang kaget. Agnes yang dipanggil pun menoleh menampilkan wajah julidnya.
"Ih kak Hana tau ngga, tadi pas aku nganter pesenan pak Jayden ya aku malah disuruh duduk te-"
"Cieee... Kan bagus, pe'a! kamu disuruh duduk sama pak Jayden" potong Hana sambil senyum-senyum tidak jelas.
"Malah pe'a kak Hana... Aku belum selesai ngomong woi! Terus dia malah nyuruh aku nggak kuliah tapi dia nyuruh aku nemenin dia buat beli barang buat mamanya dia"
"Apa? Apa? Demi apa? Aku nggak salah denger kan?" Ujarnya kaget sambil melotot seperti habis mendapatkan berlian.
"Kamu ngapain berdiri kayak gitu, saya sudah bilang... Lepas celemek yang kamu pakai, ikut saya!" Titahnya, Agnes memutar matanya. Malas. Tapi dia menuruti perintah Jayden, melepas celemeknya dan menaruhnya dimeja dengan kasar.
"Aaarrghh bangke!! Kenapa saya harus ikut bapak sih? Hah?" Agnes kalau sudah kesal, sikap sopannya menghilang seketika. Hana saja sampai kaget mendengar Agnes mengumpat, apalagi dia mengumpat pada CEO sekaligus pemilik asli dari kafe itu.
Jayden tak bereaksi, tapi tangan Bathari yang jadi korban tarikan oleh Jayden. Bagaimana, Agnes? Jantung sehat? Tentu saja jantung Bathari itu kebal, jadi tidak baik-baik saja. Tapi marah sekali.
"Kayaknya kamu bahagia ya?" Agnes berhenti berjalan mengikuti Jayden, entahlah suara siapa yang didengarnya. Rasanya sangat familiar. Tidak tahu kenapa tiba-tiba otaknya menjadi sangat susah diajak kompromi untuk mencari tahu suara siapa yang dia dengar tadi.
"Ngapain kamu berhenti disitu?" Tanya Jayden ketika melihat Agnes melihat ke arah lain dan pergi begitu saja. "Kamu mau kemana? Hei, Agnes!! Hati-hati!!" Teriaknya sambil mengejar Agnes yang semakin menjauh, Agnes yang tak mendengar teriakan Jayden masih berlari hingga menyebrang jalan. Tiba-tiba dari arah lain ada motor yang akan lewat, "Agnes, awas!!" Teriaknya tapi masih tidak didengar Agnes. Tiba-tiba Agnes terserempet motor tersebut sehingga membuat kepalanya terbentur trotoar dan kakinya berdarah.
"Dasar bodoh, kamu ngapain sampai begini sih!" Jayden menghampiri tubuh Agnes yang tergeletak tak berdaya, lalu menggendongnya dan membawanya ke mobilnya. Jayden memutari mobilnya dan pergi ke rumah sakit terdekat, setelah itu dia mengeluarkan ponselnya "Halo"
"Cari yang nabrak cewe saya, saya kirim platnya"
Cewe saya gak tuh
Jayden lalu mematikan teleponnya dan melanjutkan perjalanan ke rumah sakit. "Dasar ceroboh! Dia kenapa sih selalu bikin orang-orang disekitarnya khawatir?" Jayden menggerutu saking paniknya hingga sekitar 8 menit sudah sampai di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[A.1] Ineffable : Agnes's Story
Fiksi PenggemarSesuatu tiba-tiba terjadi padanya, cinta pertamanya yang ternyata menjadi hantu lalu bertemu dengan lelaki tampan dan kaya-raya. Berawal dari bekerja di kafe dan bertemu selama berbulan-bulan. Tak disangka, takdir tuhan memberikan banyak kejutan. Ga...