Bagian 12

5 1 0
                                    

Halooo
Happy reading!!

Hari Rabu, saat sedang asyik duduk di kereta, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menemuinya dan duduk di depannya. Wajahnya mengingatkannya pada seseorang, seperti tidak asing bagi Agnes sendiri. Mahesa- orang ini mengingatkannya pada Mahesa. Akan tetapi, Agnes masih memikirkan keadaan Jayden yang ada di Surabaya ya dia tidak mengerti kenapa dia bisa memikirkan Jayden. Sepeduli itukah dia pada Jayden? Apa dia hanya memikirkan saja?

Agnes hanya diam saja tanpa berbicara satu katapun, dia tidak tahu ingin berbicara seperti apa. Dia bingung ingin berbicara kepada siapa, Agnes saja merasa agak risih bila ada lelaki di sekitarnya meskipun demikian dia tidak begitu risih kala bersama Jayden. Gadis tengil itu malah suka menggoda Jayden, dengan mencubit pinggang Jayden. Kenapa? Katanya lucu. Kenapa sekarang dia sudah tidak bisa melihat Mahesa lagi ya? Semenjak kejadian dia berpisah dengan Mahesa waktu di alam lain itu, dia sudah tidak bertemu lagi dengan Mahesa.

Disisi yang lain, mari ke sudut pandang orang tua Agnes. Orang tua Agnes, ayahnya dulu seorang petani, ibunya hanya berjualan baju daster. Ibunya begitu disukai oleh banyak masyarakat di desanya, sedangkan ayahnya antisosial. Tau kan Agnes menurun dari siapa? Sikap antisosial yang dimiliki Agnes dari ayahnya, tapi jika dia mulai terbiasa akan jadi seperti ibunya, memiliki sifat bersahabat. Arya Penangsang dan Winara Setyaningsih, pasangan tukang bertengkar ya entah masalah sepele atau masalah besar sekalipun.

Agnes tidak pernah mempedulikan mereka, Agnes hanya memberikan uang untuk kebutuhan dirumah saja. Tak peduli dengan masalah yang menimpa orang tuanya, menurutnya yang penting dia tidak punya masalah hutang apapun atau yang lain. Agnes menyarankan ibunya agar pindah bersama adiknya ke Yogyakarta, pergi ke rumah kakak ibunya - pakdhe. Tapi tidak mau, ya terserah saja jika tidak mau, Agnes pergi sendiri saja. Dewe tatag. Begitu kalau kata orang Jawa bilang. Agnes saja ingin pergi ke rumah bibinya tidak pernah sempat, kadang dia malas, dia sibuk kuliah, sibuk bekerja juga.

Saat ini, orang tua Agnes sedang berada di ruang tamu. Bersama siapa? Teman lama? Iya betul, itu adalah teman lama orang tua Agnes dan entah teman lama dari mana. Membawa laki-laki yang merupakan anak mereka, tidak tahu siapa. Pertanda apakah ini?

"Iya, nanti kalau dia sudah sampai. Kita langsung bicarakan saja, nggeh" begitu bicaranya, ayah Agnes - bapak Arya.

"Pripun, apa kita menunggu anak panjenengan saja dulu?" Ujar ayah dari si lelaki berwajah datar itu.

Laki-laki yang merupakan anak mereka hanya menampilkan raut wajah datar sebagai ketidaksukaan dengan perencanaan yang sudah dibuat oleh orang tuanya. Sedangkan bapak Arya hanya mengangguk dengan tenang menandakan mereka harus menunggu anaknya pulang dahulu. Hingga orang yang ditunggu sudah datang, tapi dia hanya membawa tas kecil dan tidak membawa baju ganti. Ya, itu Agnes. Dia malas bertemu orang tuanya, pasti ada maunya pikirnya.

"Wah, sudah datang. Baru saja dirasani sudah datang sendiri, panjang umur ya, nduk" ujar sang ibu menyambut kedatangan anaknya sejak hampir 5 tahun tidak bertemu- Winara. Agnes yang melihat itu pun sangat kesal, tapi ditahan. Bukannya menahan rasa rindu, dia malah menahan rasa kesal. Dia hanya menampakkan wajah datarnya di depan semua orang yang ada di rumahnya, melirik Naya sang adik.

Lalu Agnes melirik ke arah anak lelaki yang datang bersama orang tuanya, dengan sinis. Memasang wajah yang tampak jahat. Agnes bingung yang terjadi dirumahnya, kenapa tiba-tiba ada orang asing disini. "Cuci kaki dulu, nanti balik lagi kesini ya" titah sang ibu dengan halus dan Agnes mengangguk sekali, dia pergi cuci kaki kan kembali lagi ke ruang tamu.

Di belakang ada Naya, "ada apa di sana?" Agnes bertanya dengan perasaan tidak tenang. "Sampean mau dijodohkan kayaknya"

"Jancok! Salahku hingga dijodohkan itu apa?" Agnes berhasil mengumpat dengan lirih, saat berbincang dengan Naya.

[A.1] Ineffable : Agnes's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang