Welcome!!!
Happy reading!!!"Gangsal ewu itu berapa?" Bisik Jayden pada Agnes yang menghadap ke keramaian taman. Melihat ada yang berpacaran di taman, ada yang bercanda ria dengan teman-temannya, ada banyak anak-anak yang sedang asyik bermain juga. "Hm?"
"Lima ribu, ga bisa bahasa Jawa ya?" Bisik Agnes tengah mengejek Jayden, Jayden tentunya kesal. Dia lagipula memang bukan orang Jawa, Jayden akui itu. Jayden adalah keturunan Amerika-Jakarta, Jakarta bagian selatan yang banyak manusia-manusia dengan pergaulan yang salah. "Mas, mbak nya iki pacaran nggeh?" Agnes berbalik, terkejut dengan sang penjual yang mengatai bahwa mereka pacaran dan itu tidak benar.
"Iya, kami pacaran Bu" Agnes mau bicara saja terpotong oleh Jayden, hatinya apa kabar hari ini? Sedari awal bertemu Jayden telah mengguncang dunia Agnes, sehingga ia berpikir apakah Jayden seperti ini karena menganggap Agnes adalah adiknya dan jika begitu Agnes tak akan mau berharap lagi. Lelaki hanya memberi harapan palsu, perempuan juga salah kenapa harus baperan segala sih. Tanpa Agnes sadari, rambutnya tertarik oleh tangan seseorang siapa lagi kalau bukan Jayden sendiri. Rambutnya terikat oleh tangan Jayden, waktu masih kecil dia juga terkadang rambutnya diikatkan oleh ayahnya atau ibunya. Tangan Jayden tidak membuat kepalanya sakit, justru Agnes malah mengantuk dibuatnya. Tak malu Jayden mengikat rambutnya di depan umum, meskipun sedikit jauh dengan penjual tadi. Toh, orang-orang juga tidak memperhatikan mereka.
Ada juga yang memperhatikan mereka "owalah aku pengen kaya ngono, ya Allah... pengen nduweni sing kaya ngene owalah ya Allah ya Allah" itu kata-kata orang lain yang berbicara dan melihat ke arah Jayden yang mengikat rambut Agnes tanpa malu di depan umum. Agnes dan Jayden mendengarnya, si gadis hanya tersenyum tipis melihat orang yang berkata seperti itu tadi. "Denger kan mbak-mbak tadi bilang apa?" Bisik Jayden pada Agnes selesai mengikat rambutnya, Jayden meletakkan kedua tangannya ke pundak Agnes. Agnes terdiam sejenak dengan mencerna kata-kata Jayden, dia kira Jayden tidak bisa bahasa Jawa.
"Hm, iya" jawaban Agnes tidak memuaskan bagi Jayden. Lalu apakah Jayden bisa berbahasa Jawa dia harus peduli? "Saya ga perlu teriak, kan... kalau bapak bisa bahasa Jawa?"
....
Akhirnya setelah kejadian waktu di Tamansari Semarang, Agnes pulang kembali ke rumahnya. Meskipun menghabiskan waktu 2 hari untuk pengerjaan laporan di Semarang, dia tetap bertanggungjawab untuk membersihkan kost nya yang sedikit berdebu karena ditinggalkan olehnya selama 2 hari. Masih mengingat kejadian yang tidak terduga, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya setelah pulang dari Semarang, Agnes mengambil kunci kamar dari Bu Jeje dia juga punya hutang bayar kost kepada Bu Jeje. Padahal Agnes diberi waktu dua minggu untuk membayarnya, tapi telah dibayar oleh Jayden. Sikap aneh diawal bertemu membuat Agnes ragu. Sebenarnya Jayden hanya mendekatinya karena apa?
Dari awal hingga sekarang masih ada perhatian dari Jayden untuknya. Entah tujuannya apa, yang jelas dia tidak berharap banyak dari Jayden. Tidak peka? Bukannya tidak peka, pada dasarnya manusia itu peka meskipun hanya pada orang terdekatnya, manusia itu peka terhadap hal-hal yang disekitarnya. Peka tapi sebagai manusia kita juga hanya bisa menduga-duga yang akan terjadi kedepannya. Entah itu baik atau buruk, menyesal atau tidaknya itu urusan belakangan, tapi kita juga harus menanggung konsekuensi sendiri. Bukannya tidak peka, tapi juga untuk menutupi sebuah harapan yang tidak pasti. Kalau realita tidak pasti, kita bisa apa? Berencana memang bisa, tapi tuhan lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[A.1] Ineffable : Agnes's Story
FanfictionSesuatu tiba-tiba terjadi padanya, cinta pertamanya yang ternyata menjadi hantu lalu bertemu dengan lelaki tampan dan kaya-raya. Berawal dari bekerja di kafe dan bertemu selama berbulan-bulan. Tak disangka, takdir tuhan memberikan banyak kejutan. Ga...