Bagian 9

9 1 0
                                    

Halo halo hola...

Abis sakit

Hwehehehehehhehehehehehehhehhehhehhehehhehehehhe

Agak penyakitan emang...

Happy reading guys

....

Setelah pergombalan yang dilontarkan Jayden pada Agnes yang hanya dibalas cuek dan tidak peduli, gadis itu pun mengiyakan omongan Jayden seolah tidak peduli. Walaupun hingga sekarang dia masih memikirkan omongan Jayden waktu itu. Menggeleng untuk menyingkirkan ucapan Jayden yang terlintas di otaknya, Agnes segera mandi dan bersiap-siap.

Tak sengaja saat bercermin, hidung Agnes mengeluarkan darah. Dia mimisan. Tapi tak apa, Agnes masih bisa tetap menjalankan study tour nya. Lalu ada suara ketukan pintu dari arah ruang tamu. Agnes pergi dari depan kaca, lalu pergi menuju ruang tamu dan membuka pintu rumahnya. "Ayo, sudah siap?"

Oh mungkin dia mau mengajak Agnes pergi bersama? Siapa lagi kalau bukan Jayden. Tak disangka ternyata Agnes yang dulu tidak pernah percaya dengan lelaki akhirnya akrab dengan bosnya sendiri, Agnes bingung sendiri kenapa dia bisa akrab dengan bosnya. Agnes yang paham pun mengambil ranselnya, tak lupa membawa tas yang dibelikan Jayden untuknya dan membawa hpnya tentunya. Agnes segera mengunci rumahnya "ayok ke bu Jeje" Jayden mengangguk lalu mengikuti Agnes.

"Bu nitip kunci ya, saya mau ke Semarang... Nanti saya bawain oleh-oleh"

"Kalo aja saya boleh ikut, saya mah ikut... Bisa foto bareng" ujar Bu Jeje. Agnes sedikit tertawa mendengar penuturan Bu Jeje. Setelah berpamitan, Agnes dan Jayden pun berangkat pergi ke kampusnya. Diantar naik mobil, dengan supir tentunya. Mobilnya masih Alphard, Agnes sekali lihat ya udah terbiasa. Sekarang Agnes malah ngelamun sambil melihat ke arah jendela mobil.

Lawang Sewu

Jika dia mengingat-ingat apa yang dia pikirkan saat ini, mungkin salah satu kejadian yang akan dia ingat selalu adalah sebuah insiden yang pernah dia alami sewaktu pertama kali berkunjung di Lawang Sewu. Ada orang yang bunuh diri, menjatuhkan dirinya dan darahnya mengenai bajunya dan sehingga membuatnya pingsan tak sadarkan diri hingga 5 jam lamanya setelah dievakuasi.

"Kok aku takut lagi ya" lirihnya

"Kenapa?" Jayden yang ada disamping Agnes bertanya. Karena saat ini mereka berdua sedang berjalan berdua melihat pemandangan sekitar Lawang Sewu. Banyak ruangan yang dia kunjungi bersama Agnes, sebenarnya Agnes tidak mau pergi bersama Jayden. Dia ingin pergi bersama Kei, tapi dia diminta menemani Jayden oleh pak Vernon. Mentang-mentang kawan. Sehingga terpaksalah jalan-jalan berdua.

"Orang itu mau ngapain?" Agnes menunjuk ke seseorang yang sedang terlihat sedih, dan matanya melihat ke bawah seakan-akan dia ingin terjun. "Apa?" Jayden tidak mengerti dengan Agnes. Tiba-tiba petakilan, tiba-tiba galak, tiba-tiba gila, tiba-tiba kalem, sekarang tiba-tiba aneh. Dan Agnes itu memang serba bisa, maksudnya sedikit serba bisa yang penting belajar.

"Cowo itu loh, dia kenapa?" Agnes berlari meninggalkan Jayden, lagi. Karena ini sepertinya dia mendapat firasat buruk, entah dia berfirasat seperti apa. Agnes menghampiri lelaki tersebut dan menepuk pundaknya. "Hei! Lagi lihat apa?"

"Eh, gapapa kak" jawab cowok itu dengan sedikit lirih. Ternyata tidak terlalu tinggi dari Agnes. "Oh, kayaknya kamu sedih ya? Kamu mau nggak cerita dikit kenapa sedih? Itung-itung biar plong aja sih, daripada kamu lihat ke bawah terus ga ada apa-apa" dari raut wajahnya, cowok itu malah menundukkan kepalanya dihadapan Agnes dengan wajahnya yang terlihat pucat dan menyedihkan lalu memalingkan wajahnya ke bawah, entah melihat apa.

[A.1] Ineffable : Agnes's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang