Prolog : Langkah untuk pergi

2.9K 189 5
                                    

"Mobilnya udah siap, Ka." Seorang wanita memasuki sebuah kamar, membuyarkan lamunan panjang seorang anak laki-laki yang tengah menatap sebuah figura berisi foto laki-laki dengan senyum lebar.

"Iya, nanti aku turun." Katanya tanpa mengalihkan pandangan dari figura itu. Seakan-akan jika ia mengalihkan pandangannya figura itu akan menghilang.

Yang perempuan hanya menghela nafasnya berat, terlampau berat. "Kamu beneran mau pergi ? Mama nggak mau kamu sedih."

"Aku udah janji, Ma."

"Janji sama orang yang udah pergi ? Terus kamu bakal dapet apa ?" Agaknya wanita itu sudah frustasi.

Anak remaja yang baru menginjak usia 17 tahun itu hanya geming. Mungkin juga bertanya-tanya haruskah ia pergi ? Apakah pergi akan menyelesaikan semua rasa penyesalan yang 3 tahun ini membelenggu dirinya ?

Ia tidak tahu, setidaknya ia perlu mencoba.

Lantas ia menoleh pada wanita dengan wajah keibuan itu, "Aku udah janji, Ma. Mau hasilnya kaya apa nanti seenggaknya aku lega,"

Perkataan yang justru membuat tangis sang Mama pecah lantas menghampiri anak laki-laki pertamanya itu, "Mama sayang kamu, Nak. Mama pengen kamu hidup normal mama nggak mau kamu terus-terusan sedih kaya gini. Kalau emang pilihan kamu pergi, mama ikhlas tapi kamu harus janji, kamu bakal bahagia disana, ya ?"

Tidak ada yang lebih menghangatkan selain pelukan sang mama. Langkah-langkahnya akan memberat selepas pergi dari rumah, namun ia tahu doa-doa mama nya akan selalu meringankan setiap jejak yang akan ia buat.

Lalu ia peluk tubuh keibuan itu dengan kasih, sebelum menyangklongkan tas dan memasukkan figura foto tadi ke dalam kopernya.

"Kalau ada apa-apa langsung telfon mama sama papa, janji ?" Ia mengangguk, "Pasti."

Sebelum pergi di tatapnya seluruh kamar yang pernah menjadi saksi betapa bahagianya ia tahun-tahun sebelumnya. Ia pasti akan merindukan kamar ini, dan sekejap dalam pandangan ia mampu melihat sebuah bayangan laki-laki yang tersenyum ke arahnya di ujung ranjang.

Senyum yang membuat ia ingin menangis dan memeluk dirinya sendiri.

Senyum yang seperti racun untuknya 3 tahun belakangan ini.

Ia ingin terjatuh dan mendekap dirinya erat, namun ada janji yang harus ia tepati.

Mengurai semua hal yang masih rumit.

Untuk dia, yang kini mengabur dengan udara.

"Semua bakal baik-baik aja, semoga." Ucapnya bersamaan dengan tertutupnya pintu itu. Meninggalkan semua hal untuk tersimpan rapi dalam kamar

Kenangan.

Wangi parfum.

Tawa seseorang.

Ataupun seseorang itu sendiri...

"Iya semua akan baik-baik aja." Seseorang dalam kamar itu bersuara, sebelum akhirnya....

menghilang.

_________________
Cast utama : Arkana...

_________________Cast utama : Arkana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast akan hadir seiring berjalannya cerita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cast akan hadir seiring berjalannya cerita

8 Pintu Untuk Arkana | Zerobaseone ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang