Janji Pengikat Jiwa

542 88 15
                                    


"Sibuk itu kata yang aneh." Di atas teras rumah, Mas Juna terduduk dengan pandangan lesu, di sampingnya Evano dan Rendra mendampingi kegiatan tak berfaedahnya itu.

"Kok aneh ?" Mas Juna mengernyit berusaha memahami perkataan Evano.

"Pandangan lo yang salah, mas. Waktu itu lebih luas dari ruang gerak manusia, sifatnya selamanya, kan ? Sebelum lo tidur waktu udah berjalan, pas lo bangun waktu juga masih berjalan nggak akan berhenti sampai kapanpun. Nggak bisa di cegah juga. Kalau mbak Jihan marah karena lo bilang sibuk sampai ga bisa ngabarin ya wajar aja. Kalimat 'nggak ada waktu' itu bullshit." yang paling tua masih menyimak dengan hati merana.

"Emang iya ?" Sebab Rendra juga penasaran akhirnya ia bertanya.

Evano menatap penghuni kos nomer 4 dengan senyum terang memperlihatkan gigi-gigi rapinya yang makin membuat wajahnya kelihatan ganteng, "Nggak tau kan lo, Ren ? Lo kan nolep soal cewe tapi kok bisa ya cewe banyak yang suka sama lo ?" Rendra mengedikkan bahu ia juga tidak tahu.

Yang paling muda menghela napasnya panjang, "Nalar nya cewe lebih hebat dari yang lo kira Mas Jun, suka nggak ketebak. Kalau lo ngomongin orang sama sesama cowo pasti isinya cuma soal permasalahannya aja, kan ? Nah kalau lo gosip sama cewe udah pasti sampe gimana tanggapan tetangga beserta jajarannya, gimana gerak gerik keluarga liat kelakuan orang itu."

"Maksud omongan lo apa nih ? Gue masih bingung."

"Ini nih nolep banget sama cewe, muka doang ganteng tapi masalah di putusin aja sampe lemes lesu gini," sedangkan Mas Juna hanya berdecak lalu merebahkan tubuhnya di lantai teras sembari memandangi awan mendung pagi hari, suasana nya cocok sekali dengan perasaannya yang tak kalah kelabu, 3 hari lalu Jihan sang kekasih hati memutuskan dirinya berkata bahwa seorang Junanda adalah manusia paling tidak berperasaan dan nggak peka!

"Waktu itu luas Mas Juna. Dan perkataan sibuk dari mulut lo buat Mbak Jihan itu bullshit, gue yakin mbak Jihan nggak butuh lo stay 24 jam sama dia, dia tu cuma pengen lo ngabarin aja. Ngechat gitu, lho. Lo sibuk apa sih sampe 2 menit ngabarin lewat hp aja nggak bisa ? pemikirannya mbak Jihan tu kaya gitu Mas Jun dan itu nggak salah." Evano melanjutkan kalimatnya, pandangannya terpaku dengan sosok Mas Juna yang sejak 3 hari lalu merana meratapi nasibnya, putus cinta memang bisa menghilangkan semangat hidup apalagi kalau konsepnya sudah setara Mas Juna yang cinta mati.

"Mbak Jihan bukan nggak ngertiin lo, dia ngerti banget makanya dia cuma minta waktu dikiiiiiit aja buat lo ngabarin. Kalau dia nggak ngertiin lo, lo udah di suruh tuh ke rumahnya buat stay 24 jam."

"Nggak ada waktu itu omong kosong, It's about priority, Mas Juna. Kenapa lo nggak ngabarin dia dulu sebelum kesibukan lo itu dateng ? sebelum lo bergelut sama semua kesibukan yang lo omongin, sebelumnya lo pasti punya waktu, kan ? NAH ITU LOH YANG DI MAKSUD MBAK JIHAN."

Rendra terkekeh pelan, "Pinter juga lo masalah cewe, Van." pujinya.

Evano mengalihkan padanya dari Mas Juna, lalu menatap awan kelabu yang bergerak perlahan, menggumpal dan siap menurunkan hujan, anehnya awan itu justru terukir senyum cantik rima dengan lesung pipi yang semakin membuat Evano jatuh cinta. Mereka mungkin tidak tahu bahwa pelajaran baik tentang perlakuan untuk seorang perempuan Evano dapatkan dari sang calon mertua alias bapak dari Adinda Rima tercinta. Maka setelah lama bergaul dengan bapak dari sang kekasih, bijaklah pemikirannya.

"Jadi gue harus gimana ?"

"NANYA LAGI, SAMPERIN SONO AYANG LO MINTA MAAP SAMA BAWA BROWNIES GIH PERGI, SEPET GUE DARI KEMARIN LIAT LO LONTANG LANTUNG KAYA NGGAK ADA SEMANGAT HIDUP." Teriak Rendra sembari menggeplak paha Mas Juna, menurunkan tingkat kesopanannya terhadap pria itu hingga membuat Mas Juna terkaget karena efek geplakan Rendra ternyata mampu menjernihkan otaknya.

8 Pintu Untuk Arkana | Zerobaseone ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang