"Bang, kalau harus di suruh milih buat pulang abang mau pulang kemana ?"
"Kemanapun asal abang bisa ngeliat kamu."
_________________________
Kata Evano Kencana Putra itu seperti rumah kedua.
Evano bilang seandainya waktu di putar kembali ia akan tet...
"Selamat ulang tahun meski masamu disini sudah habis."
______________
Hidupnya adalah anugerah Tuhan.
Ia dilahirkan saat bumi begitu terang.
Ia dilahirkan ketika dunia sedang tersenyum membawa penyambutan.
Dunia tahu, sangat tahu.
Bahwa Evano adalah sosok sempurna yang baru saja dilahirkan.
Tangisnya pertama kali adalah obat bagi mereka yang menantinya.
Evano adalah anugerah yang Tuhan siapkan untuk meleburkan kesepian dari orang-orang terdekatnya.
Evano itu spesial.
Sespesial bagaimana Evano kerap kali memanusiakan manusia.
Hari ini, doa-doa agung di langitkan untuk dirinya.
Hari di mana orang-orang mengudarakan harapan untuk dirinya.
Merayu Tuhan dengan rayuan paling pilu. Bahwa mereka ingin Evano di tempatkan pada tempat terbaik.
Orang-orang tidak mampu menjaga senyumnya, maka dari itu hari ini mereka mengharapkan Sang Pemilik Hidup menjaga senyum Evano
Orang-orang tidak mampu menjaganya, maka dari itu hari ini mereka mengharapkan Sang Pengatur Hati untuk menjaga Evano
Mereka tidak mampu memeluk Evano dengan erat, maka mereka meratap dengan nanar agar mendapat belas kasihan bahwa mereka sangat ingin dan berharap Evano di peluk Sang Pencipta dengan nyaman.
Sebab Evano sudah kembali ke rumah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
____________________________
Dari Rima untuk Evano
"Selamat ulang tahun, Van." Di depan ombak air pantai yang sangat dingin, Rima berdiri dengan tangis. Lagi dan lagi setiap ia bertemu dengan hari ini, ia tidak mampu menyembunyikan kesedihannya.
Hari ini ia sudah menghanyutkan 100 tangkai bunga sebagai perayaan ulang tahun Evano. Sebab ia tidak mampu pergi ke rumah abadi laki-laki itu, Rima hanya mampu melakukan hal sederhana ini.
Subuh-subuh ia sudah berada disini berselimutkan jaket milik Evano. Di tangannya terdapat kue tart tanpa lilin.
Iya, tanpa lilin sebab seandainya lilin itu dinyalakan juga percuma.
"Selamat ulang tahun, Van. Tiup lilin dulu dong-HEH JANGAN DI MAKAN ITU LILIN!"
"loh bukan cokelat ? Apa apaan ini ngebeliin gue kue lucu tapi lilin semua."
"lebay. Ini yang lilin cuma pajangan, tuh yang bisa di makan kue nya."
"Bentar. Tunggu diem dulu, gue juga bawa sesuatu."
