Rumah Kencana Putra

2.1K 192 29
                                    

"Seumpama hujan adalah gambaran tangisan paling parah, maka sepanjang waktu berlalu luka itu tidak akan pernah sembuh. Seperti tangisan saat aku kehilanganmu."


___________________

Semarang di guyur hujan deras, sambutan untuk seseorang yang memasuki kota baru harusnya terasa cerah, namun alih-alih terang Semarang justru membasahi dirinya untuk menyambut kehadiran penduduk baru.

Kota ini terlihat lebih redup, orang-orang akan menatap kota ini sebagai hal romantis dan magis. Namun tidak untuk dia, Semarang lebih terlihat seperti murung.

Redup dan dingin.

Membuat perasaan seseorang yang baru datang itu menjadi biru.

"Arkana..." Lamunannya buyar saat sang papa menepuk pundaknya. Ia tak bisa fokus sejak dari rumah tadi.

Ada yang rumit dan riuh dalam kepalanya. Ia sedikit menghembuskan nafas kasar. "Maaf pa, Arka nggak fokus tadi."

"Kamu masih punya pilihan buat pulang, jangan memaksa hal yang sudah nggak perlu di ungkit, Nak." Papa jelas menatap anaknya khawatir, bingung harus bagaimana.

Arkana Aditya adalah definisi keras kepala yang sesungguhnya. Namun ia tahu anaknya selalu memiliki alasan untuk menjadi keras kepala, lantas ia biarkan anak itu memilih pilihannya.

"Nggak pa, sejak awal pilihan Arka adalah ini."

Lagi dan lagi papa menghembuskan nafasnya berat, "Yaudah ayo turun kita ketemu sama pemilik kos-kosan nya dulu." Arka mengangguk, meskipun tangan dan dadanya menggigil untuk sesuatu yang akan ia sambut di depan nanti.

"Gue udah disini." Katanya dalam hati.

_________________________

Rumah Kencana Putra adalah sebuah kos-kosan yang berada tak jauh dari kawasan kota lama Semarang. Kos-kosan ini di khususkan untuk laki-laki, sebelum kesini Arka sudah banyak mendengar rumor bahwa dulu tetua yang mendirikan Rumah Kencana Putra adalah seorang wanita yang tidak bisa mendapatkan anak, sehingga ia membangun sebuah kos-kosan agar hidupnya tidak kesepian, selepas meninggal kos-kosan ini di pindah tangankan ke keluarga terdekat, lebih tepatnya pada Bu Hindar Briani.

"Jadi bisa di tempatin kan, Buk ?" Bu Hindar tersentak, atmosfer dalam ruangan terasa mendingin mungkin faktor hujan atau justru faktor lain.

"A-Eh anu sebenernya masih bisa, Kos-kosan ini masih punya satu kamar tapi..."

"Tapi ?"

"Tapi saya takut buat ngebuka pintu itu buat orang lain, sejak 3 tahun lalu saya mengosongkan kamar itu supaya ndak di tempati siapa-siapa, karena insiden-"

"Aku mau nempatin." Arka menyeletuk, Bu Hindar–selaku pemilik kos-kosan Kencana Putra menatap Arka dengan ragu. Harusnya ia menolak, tidak ada yang boleh menempati kamar itu namun ntah bagaimana nalurinya tergerak ia justru berkata lain.

Berusaha memantapkan diri Bu Hindar lantas mengangguk, "Baik. Kalau gitu ayo ibu tunjukkan kamarnya."

Kos-kosan ini bukan bangunan yang mewah bahkan terkesan sederhana, dengan cat abu-abu tapi nampak asri sebab dikelilingi pohon-pohon dan tanaman-tanaman hias, bangunan ini hanya terdiri dari 8 pintu.

1 pintu adalah rumah utama Bu Hindar, 7 lainnya adalah kos-kosan yang di tempati oleh beberapa laki-laki muda.

Di depan kos-kosan terdapat taman mini yang berisi berbagai bunga, satu yang menyita perhatian Arka adalah taman depan pintu nomer 4, taman itu begitu rimbun dengan daun-daun hijau dan semuanya tidak ada bunga, hanya tanaman hijau.

8 Pintu Untuk Arkana | Zerobaseone ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang