Cerita Dari Mereka Yang Di Tinggalkan

751 99 35
                                    

"Udah semua nih ?"

"Ini yang belum, gara-gara Riki nih, Eh blonde lo niat ngasih Arka buah buat di makan apa di jual lagi sih ?! Parsel mah satu aja kali."

"Suka suka gue dong ngasihnya berapa, ngapa lo yang sewot ?"

"Parsel lo nyusahin bangsul."

Terhitung 2 hari Arka berada di rumah sakit, dan hari ini adalah kepulangannya. Sebab merasa tubuhnya sudah membaik jadi dia memutuskan pulang meskipun pada awalnya mendapat penolakan dari mama karena mama menginginkan Arka sembuh total terlebih dahulu.

Mama sendiri sudah pulang beberapa jam lalu, pekerjaan papa tidak bisa di tinggal terlalu lama dan Arka juga tidak ingin menyusahkan dua orang tuanya itu. Jadi atas kesepakatan bersama, mama dan papa memutuskan untuk pulang dan menitipkan anaknya itu pada Ibu Hindar, dengan janji minggu depan mereka akan menjenguk Arka lagi.

"Lagian ini ngapain pada maksa ikut sih ?! Jemput orang sakit kayak nganterin haji." Rendra menatap semua orang yang ada di ruang rawat inap. Sedangkan Arka hanya mendesah pasrah melihat sekelilingnya sembari menunggu infus di tangannya di cabut perawat.

Kepalanya sudah pusing, ruangan ini sesak sekali. Setahunya yang akan menjemput dia disini hanya Sandy dan Rendra sesuai kesepakatan tapi ternyata semua orang memaksa ikut. Belum lagi Riki yang ternyata sudah pulang dari Thailand membawakannya 3 parsel buah. Sedangkan hanya ada 2 mobil, yang sudah dapat di pastikan penuh sesak.

Tak sampai disitu, beberapa menit setelahnya Rima datang menjenguknya ke rumah sakit yang sialnya juga membawa 1 parsel buah.

"Pokoknya gue nggak mau desek-desekan pas nanti di mobil nanti, kalau nggak muat Mas Daniel yang suruh duduk di bagasi." Ucap Arka. langsung mendapat tatapan melotot dari Daniel, "LAH KOK GUE ?! Mas Rendra aja nih yang badannya kecil."

"Dih kaga mau. Nyadar diri dong lu, badan segede bagong gitu. Kaga-kaga pokoknya gue yang di depan titik."

"Bagi dua ajalah ada yang sama Riki, mobilnya dia juga muat." Zico bersuara.

"Nggak boleh lebih dari 4 orang yang masuk mobil gue." yang punya mobil memberi titah, dia sendiri sedang membawa mini cooper tidak mungkin bisa menampung banyak orang. Apalagi dengan parsel bawaannya juga.

"Kalo gitu Arka sama gue di mobil Riki. dan lo emh... Lo mau ikut mobil kita ?" Zico menatap Rima yang sejak tadi menjadi penonton dadakan drama perbacotan Kencana Putra. Yang di tanya justru menatap Riki, "Nggak apa-apa, Ki ?"

"Lebih baik gue nampung lo daripada si bangsat-bangsat ini." begitu ucapnya. Jadi Riki akan menampung Rima, Zico dan Arka di mobilnya. Sisanya akan ikut Sandy.

"Gimana udah siap ? Oh iya, Ka minggu depan lo check up lagi." Mas Juna datang, setelah sebelumnya menyelesaikan administrasi rumah sakit atas titah orang tua Arka yang menitipkan anak mereka padanya.

"Iya mas, makasih ya. Makasih buat semuanya, padahal gue masih penghuni baru, tapi kalian bener-bener baik sama gue." Semua orang di sana terkekeh, bahkan Sandy tak segan untuk menepuk kepala Arka.

"Arka bahkan mirip banget sama lo Van." Ucap Sandy dalam hati.

____________________________

Di penghujung hari saat matahari sudah mengeluarkan warna orange yang cantik, Arka terduduk di atas lantai kamarnya. Jendela kamar sore itu ia biarkan terbuka, tirai putih menghujani wajahnya dengan sinar emas yang menghangatkan.

Fisiknya sudah sepenuhnya pulih meski kadang-kadang pusing masih menyerang kepalanya. Di antara kehangatan sore, Arka menyelesaikan tugas kelompok sosialnya bersama Nimas beberapa hari lalu yang belum sepenuhnya ia selesaikan.

8 Pintu Untuk Arkana | Zerobaseone ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang