Ini cerita pada bulan Desember. Saat salju telah memenuhi seluruh daratan Eropa dan Indonesia berada pada puncak musim hujan. Hari libur telah tiba, seharusnya bagi mereka yang merantau saat-saat seperti ini akan menjadi waktu emas untuk pulang.
Melepas rindu dengan keluarga.
Bercanda dengan bertoples-toples makanan ringan.
Atau sekedar menonton bersama drama kesayangan.
Iya harusnya seperti itu...
Tapi tidak dengan anak-anak Kos Kencana Putra. Masing-masing kamar masih terisi penghuninya.
Sebenarnya, Evano telah memiliki rencana untuk pulang. Sudah 2 bulan ia tidak pulang, tapi ternyata mama menghubunginya untuk tidak pulang sekarang, beliau sedang di Singapura berlibur tanpa dirinya, lalu menjanjikan Evano kalau Januari bulan depan mereka akan mengunjungi Evano di Semarang.
Rendra, Zico, Ricky dan Sandy sudah merencakan liburannya, namun harus di urungkan, sebab tak tega meninggalkan Evano sendirian.
Jadi atas usulan Mas Juna sebagai pemilik kos yang perhatian terhadap penghuninya. Mereka memutuskan untuk pergi liburan bersama.
"RENDRAA CEPETAN ELAH LAMA BANGET SIK LO TINGGAL NGAMBIL HOODIE DOANG." Ini bahkan masih sangat pagi tapi Zico sudah di uji kesabarannya oleh Rendra, manusia lelet yang kalau di kasih tahu bilangnya iya-iya doang.
"JADI BERANGKAT KAGA SI INI." sejujurnya juga Evano enggan ikut. Bukan karena dirinya tidak tertarik, melainkan ia sangat malas untuk sekedar bangun subuh-subuh hanya untuk bersiap-siap.
Pria dengan jaket yang membalut tubuh tingginya itu menjongkokkan diri sembari menopang kepala dengan kedua tangan, masih ngantuk sebenarnya. Andaikan Zico tak menyiramnya dengan air dingin demi apapun ia tidak akan sudi bangun.
Kasurnya basah dan dia harus menjemur kasur itu padahal cuaca sedang basah-basahnya.
Evano heran mengapa pria yang lebih tua darinya 3 tahun itu sangat tidak menolerir bangun telat padahal kalau di pikir-pikir bangun telat ataupun tidak mereka akan tetap berangkat jam 7 Sedangkan Evano di bangunkan jam 4 subuh.
"Emang gila." desisnya sembari mendekap tubuh, udara masih begitu dingin. Evano justru mengumpati ide liburan ini, cuaca ekstrem belum mereda dan mereka malah berniat untuk liburan ke Dieng!
"Siapa yang gila ?" Zico bersuara.
"Gue yang gila." Evano menjawab dengan decakan kesal. Moodnya hari ini benar-benar buruk.
"Semua nya udah siap ?" Kemudian Mas Juna datang dengan seorang perempuan cantik, siapa lagi kalau bukan kekasih tercinta.
Evano jadi ragu kalau sebenarnya mereka akan liburan, ini lebih tepat di sebut mengawal Mas Juna pacaran.
Gadis itu cantik, atau bahkan sangat cantik di mata Evano. Kulitnya putih, tubuhnya tinggi semampai padat di bagian tertentu dan pastinya berpendidikan tinggi.
Pantas saja Mas Juna yang gantengnya tersohor sampai kabupaten sebelah kepincut dengan wanita itu.
"Rik lo seriusan beneran cuma pake kaos doang ?" Sandy bertanya saat mendapati Riki berjalan hanya memakai setelan kaos, jeans belel dan sendal jepit, catet sendal jepit.
"Mang napa ?" yang di tanya mengerutkan dahinya.
"Kan liburan ?" pernyataan yang terdengar seperti pertanyaan.
"Norak. Ke Dieng doang ngapain cakep-cakep." Yang langsung mendapat semburan tawa dari Mas Juna.
Jangan tanyakan Evano sebab laki-laki itu sudah lebih dulu ketiduran dengan menumpukan tubuhnya pada Zico.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Pintu Untuk Arkana | Zerobaseone ✔️
Fanfiction"Bang, kalau harus di suruh milih buat pulang abang mau pulang kemana ?" "Kemanapun asal abang bisa ngeliat kamu." _________________________ Kata Evano Kencana Putra itu seperti rumah kedua. Evano bilang seandainya waktu di putar kembali ia akan tet...