One

230 30 2
                                    

Writer's note:
Before you proceed to read this story, please keep in mind that it's 100% fiction. The plot, the cast, and anything else are not true. I made this as a purpose for writing only. What's on this story, stays on this story.

Side note: I post a picture of the cast visualization at the end of the chapter but feel free to think about anyone else that (you think) might suits the characters better.

The main plot is inspired by "When in Rome" movie.

Xx.

🍂🍂🍂

Viviane's POV.

Let me tell you one of the sickest things for being an adult.

Seeing everyone sharing stories about their little happy family.

Oh, let me correct it.

The sickest thing for being a single adult.

Kenalin, nama gue Viviane. Panggilnya Viv aja supaya simple. Umur? hmm 28. Kalau orang-orang bilang umur 25 itu umur lagi galau-galaunya karena quarter life crisis, tapi fase itu masih berlangsung sama gue sampai detik ini. Sad, right?

Oke lanjut.

Pekerjaan? nah ini. Kayaknya salah satu hal yang bisa gue banggain ke orang-orang ya kerjaan gue. Gue kerja di salah satu perusahaan jasa konsultasi bisnis yang lo semua pasti tau hanya dengan satu clue.

Here's the clue, you'll see my company name in most Annual Financial Reports.

Udah tau? oke keep it in your mind.

Posisi gue sebagai staff. But hey it's one of my biggest achievement in my life! Buat tembus di sana tuh perjuangan gue banyak banget. Gue harus jatuh bangun dulu buat bisa dapetin nomor karyawan di kantor ini. Yah, berdoa aja semoga 2 tahun lagi siapa tahu gue jadi manager nya, ya kan?

Hobi? duh, nothing special dengan hobi gue. Gue suka nulis. Nulis apa aja. Mostly cerita fiksi (yang) ngawur sih. Dulu gue pernah jadi freelancer penulis artikel di salah satu majalah remaja. Gak lama, cuman bertahan 5 bulan sampai akhirnya gue resign. Alasannya? I need more money for a living.

Well, semakin bertambah umur gue semakin realistis. Kebutuhan gue makin banyak. I need to make more money.

Lastly, status? As you can see, I'm single and I'm happy.

Nah, I'm lying for the last one.

Yes I am happy. But I still need affection from someone.

Gue iri liat temen-temen gue pada jalan sama pasangannya. Gue juga iri liat temen gue tiba-tiba udah nikah, udah punya anak, tiba-tiba tunangan.

Iya, gue pengen juga.

On my defense, before kalian semua judge gue, alasannya bukan karena gue picky. Hell no, I'm not that type of pick me girl the gen z always talked about.

Alasan singkatnya, I got no time for love. Bukan karena nggak peduli, tapi beneran my schedule is well packaged the whole day.

Kerja - gym - tidur.

Siklus gue gitu aja setiap hari sampai bosen. Nevertheless, I'm still enjoying my life though! Walaupun kadang iri dengki menghampiri (roll eyes).

Speaking of it, pas banget barusan gue dapat telepon dari adik perempuan gue satu-satunya. Adik gue—yang bakal—ngelangkahin—gue.

Yup.

Minggu depan dia bakal nikah sama pacar 5 tahunnya. Barusan dia telepon gue buat reminder gue kalo minggu depan gue WAJIB hadir.

"Kak, pokoknya flight lo jam 5 pagi. Gue gak mau tau ya lo gak boleh kabur. Jangan ada alasan klasik lain. Lo my only bridesmaid so don't disappoint me, got it?"

Kurang lebih kata-kata ancaman itu yang gue denger setiap hari. Iya, emang gue sempet bilang ke dia kalau gue kayaknya gak bisa hadir. Dia langsung marah besar dan ngambek berhari-hari. Akhirnya gue ngalah, everything's for my sister!

Oh anyway, alasan gue gak bisa hadir bukan karena kerjaan sih.

Alasanya pertamanya karena gue males banget ketemu keluarga besar gue yang 100% gue yakin bakal kena cibir karena gue dilangkahi adek gue.

"Viv, kapan nyusul? Masa dilangkahi adeknya sih, gak malu?"

"Viv, gak usah nikah dulu deh. Pasangan aja masa belum ada?"

"Kamu tuh udah mau kepala 3 kok masih sibuk kerja di kantor? Harusnya udah ngurus keluarga."

Ugh, typically ibu-ibu Indonesia. I've done enough with those shitty questions. Like, stop asking me like that if you give zero contributes in my life.

Alasan kedua, adek gue nikah di ROMA.

Yes, you read it right.

THAT FUCKIN' ROME.

Gue males banget pergi jauh. Selain harus pakai jatah cuti, gue harus bawa kerjaan jauh. Susah koordinasi.

"Ayolah Kak. Gue nikah cuman sekali loh masa lo gak dateng sih?"

Lagi-lagi gue luluh sama kata-kata adek gue.

Jangan tanya gandengan. Karena gue bakal dateng sendiri. Pegangan gue emang cuman agama aja udah.

Well Rome, I guess see you in a week?

End of Viviane's POV.

End of this chapter.

🍂🍂🍂

Viviane—si super sibuk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Viviane—si super sibuk!

🍂🍂🍂

Ci vediamo alla prossima!

What Happened in RomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang